BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Satria Yudha Lesmana 1), Wing Wahyu Winarno 2), P.Insap Santosa 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

THEORY (IDT) DAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang dapat membantu

EVALUASI KESIAPAN PENGGUNA DALAM ADOPSI SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI DI BIDANG AKADEMIK PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE HOT FIT MUHAMMAD NASIR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERKEMBANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN AKUNTANSI PEMERINTAH

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Menggunakan Pendekatan Innovation and Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata Kunci: Model DeLone & McLean, SIMDA, Kesuksesan SIA, Kinerja Individu

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus terus memperbaharui sistem informasi yang mereka gunakan, hal

Model-Model User Acceptance

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat. Salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan akhirnya muncul kebutuhan untuk menggunakan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem perparkiran yang baik akan mendukung fasilitas umum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien dan efektif ( Ali dan Green,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Brata (2003) menyatakan bahwa

BAB I INTRODUKSI. pembayaran mikro, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan smartphone

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berorientasi pada profit maupun nonprofit khususnya pada sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1. Teori Technology Acceptance Model (TAM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan sistem teknologi informasi saat ini telah menjadi kebutuhan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dunia kerja mengalami perubahan, baik dalam organisasi bisnis, institusi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (2014: 31) Sistem. ikut merasakan ketergangguan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Service mempunyai banyak karakteristik seperti, bersifat intangible dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam setahun terakhir tercatat lebih dari 73 coffee shop tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dan informasi kepada pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari lingkungan pembelajaran telah meningkat secara drastis. Salah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi atau

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu baik dari segi pembangunan masyarakat, kesejahteraan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari masing-masing unit kerjanya. Sistem tersebut antara lain Internal Electronic

BAB 1 PENDAHULUAN. (Handayani, 2010 dalam Ratnaningsih, 2014). Teknologi informasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sistem informasi yang dikembangkan. memenuhi kebutuhan pengguna yang bersangkutan. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini meliputi beberapa sub bab yaitu 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang pesat. Perkembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan (F), diperoleh nilai F sebesar 50,567

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PENGGUNA MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat diperlukan masyarakat. Pelayanan rumah sakit termasuk pelayanan

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi (TI) telah menjadi faktor penting dalam keberhasilan

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada dasarnya merupakan suatu wadah terjadinya bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat menjadi bagian dari sarana

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan negara tersbesar ini dapat dilihat dalam RAPBN sebesar Rp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan pelaku bisnis untuk terus beradaptasi. Akibatnya persaingan pun menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi. Bodnar dan Hopwood (2010:1) mendefinisikan sistem sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. informasi fungsional, yaitu sistem-sistem yang diterapkan di fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai aspek baik perdagangan, bisnis maupun organisasi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) mobile banking. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM),

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berpengaruh dan umum digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah [1]. Sistem pengelolaan keuangan di Indonesia sendiri awalnya memakai sistem pembukuan tunggal atau sistem kameral yang diwarisi dari pemerintah Hindia Belanda. Namun karena sistem tersebut masih memiliki beberapa kelemahan maka pada tahun 1982 dimulailah modernisasi sistem pengelolaan keuangan di lingkungan pemerintah Indonesia. Modernisasi ini dilakukan oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan Akuntansi (PPSAPA). Dari proyek tersebut dihasilkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri atas dua buah sistem utama terpadu yaitu Sistem Akuntansi Pusat (SAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Hingga tahun 2001 tingkat penerapan sistem ini masih rendah pada tingkat daerah karena disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang terencana, kurangnya sumber daya manusia, resistensi dari pengguna sistem terhadap perubahan, kurang koordinasi antar lembaga terkait dan terbitnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Keluarnya dua undang-undang ini disertai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian menjadi dasar hukum bagi pemerintah daerah dalam menyusun laporan keuangan dengan standar akuntansi yang ditentukan sendiri berdasarkan keputusan kepala daerah sehingga memberikan keleluasaan terhadap daerah untuk mengelola keuangannya. Meskipun Standar Akuntansi Pemerintah belum ada namun penyusunan laporan keuangan tetap dilakukan dengan menggunakan standar yang berlaku karena hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap 1

DPRD sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 35. Pada tahun 2003 lahirlah UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan adanya suatu standar akuntansi pemerintah sebagai basis penyusunan laporan keuangan di instansi pemerintah. Untuk menyusun standar tersebut dibentuklah suatu komite gabungan antara pemerintah dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Komite tersebut akhirnya berhasil menyusun standar akuntansi pemerintahan dan pada tahun 2005 keluarlah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah tersebut pemerintah kemudian mengeluarkan lagi Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Di dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa SIKD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta mengolah data pengelolaan keuangan dareah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Sebagai bentuk dari pelaksanaan PP Nomor 56 Tahun 2005 maka Pemerintah melalui Direktorat Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri bekerjasama dengan PT.USADI mengembangkan Sistem Informasi Pelaporan Keuangan Daerah (SIPKD). Sistem ini bertujuan meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dan efisiensi dalam penghimpunan data keuangan daerah. Sistem ini mengintegrasikan database pemerintah kabupaten/kota dengan database pemerintah provinsi, baik secara online atau offline. Melalui integrasi tersebut pemerintah daerah dapat dengan cepat memberikan laporan pengelolaan keuangan daerah kepada pemerintah pusat [2]. Pemerintah Kota Banjarmasin adalah salah satu daerah di Indonesia yang telah menerapkan SIPKD ini sejak tahun 2010 sampai dengan sekarang. Sebelum tahun 2010 aplikasi keuangan yang pernah digunakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin antara lain aplikasi SAKD (Sistem Akuntansi Keuangan Dae rah) dan SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah). Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor SE.900/122/BAKD ada 6 (enam) regional yang 2

ditunjuk sebagai basis pengembangan dan koordinasi SIPKD. Salah satu provinsi yang ditunjuk sebagai lokasi kantor regional adalah Provinsi Kalimantan Selatan untuk wilayah regional IV. Karena ditunjuk sebagai basis pengembangan dan koordinasi SIPKD maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mewajibkan semua pemerintah kota dan kabupatennya untuk mulai menggunakan aplikasi SIPKD ini termasuk Pemerintah Kota Banjarmasin. Dalam menunjang keberhasilan penerapan sistem ini Pemerintah memberikan pelatihan intensif mengenai cara penggunaan dan pemeliharaannya. Dan bagi pemerintah daerah yang telah menggunakan aplikasi selain SIPKD, maka mereka dibantu untuk melakukan semua tahapan terkait dengan proses migrasi ke dalam sistem tersebut. Sejak tahun 2011 bantuan dukungan dari PT.USADI selaku pengembang sistem terhadap SIPKD di Pemerintah Kota Banjarmasin sudah tidak diberikan lagi namun pengembangan sistem tetap bisa dilakukan terbukti dengan adanya beberapa inovasi. Pengembangan sistem sendiri dilakukan oleh tim teknis pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Banjarmasin sebagai penanggung jawab sistem. Adapun beberapa inovasi yang dilakukan oleh tim tersebut antara lain : 1. Pembuatan laporan keuangan di sistem yang bisa dilakukan oleh setiap unit kerja sejak tahun 2013. Sebelumnya laporan keuangan setiap unit kerjadi sistem hanya bisa dikerjakan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). 2. Perencanaan kegiatan dan anggaran di sistem yang bisa dilakukan oleh setiap unit kerja sejak tahun 2014. Sebelumnya yang bisa memasukkan data perencanaan kegiatan dan anggaran setiap unit kerja di sistem hanya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). 3. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sekarang hanya bisa dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Sebelumnya setiap unit kerja bisa mengeluarkan surat tersebut. Namun adanya inovasi-inovasi yang dilakukan ternyata menimbulkan beberapa permasalahan. Berpindahnya kewenangan pembuatan laporan keuangan 3

dan perencanaan kegiatan dari BPKAD ke tiap SKPD mengakibatkan proses pelaporan keuangan dan perencanaan kegiatan agak terhambat karena pengguna SIPKD harus belajar dari awal lagi cara penggunaannya. Selain itu SIPKD yang sudah mendapat inovasi ini ternyata belum dapat digunakan untuk pelaporan aset, Sehingga untuk pelaporan aset,bendahara barang tidak menggunakan SIPKD. Permasalahan-permasalahan ini kemudian menimbulkan usulan di lingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin agar SIPKD diganti dengan sistem lain. Salah satu teori dalam sistem informasi adalah teori difusi inovasi (diffusion of inovation) yang disampaikan oleh Rogers. Menurut Rogers, adopsi diartikan sebagai keputusan individu atau organisasi untuk menggunakan sebuah inovasi, sedangkan difusi didefinisikan sebagai proses penyampaian sebuah inovasi melalui saluran tertentu setiap waktu diantara anggota sebuah sistem sosial. Inovasi sendiri didefinisikan sebagai sebuah ide,perilaku atau objek yang dianggap baru oleh individu, grup atau organisasi [3]. Teori difusi inovasi banyak digunakan untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi terhadap suatu inovasi dalam sebuah lingkungan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adopsi pengguna terhadap inovasi tersebut berdasarkan teori ini antara lain : relative advantage, complexity, compatibility, trialability dan observability. Penelitian ini akan mengkombinasikan teori difusi dinovasi dengan teori Technology Acceptance Model (TAM) untuk mengetahui penerimaan pengguna terhadap inovasi pada Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). TAM biasanya digunakan untuk mengetahui penerimaan pengguna akhir dari sistem informasi dalam suatu organisasi [4]. TAM dan teori difusi inovasi serupa dalam beberapa construct dan saling melengkapi satu sama lain untuk mengetahui penerapan sistem informasi / teknologi informasi. Para peneliti menunjukkan bahwa construct yang ada pada TAM dasarnya adalah subset dari karakteristik inovasi yang dirasakan oleh pengguna. Dengan demikian, integrasi dua teori ini dapat memberikan model yang lebih kuat daripada teori yang masing-masing berdiri sendiri [5][6]. Studi terdahulu membuktikan bahwa integrasi dua teori ini memberikan hasil yang baik [6] [7][8]. 4

1.2 Perumusan Masalah Inovasi-inovasi yang dilakukan terhadap SIPKD ternyata menimbulkan beberapa permasalahan. Pertama, proses pelaporan keuangan dan perencanaan kegiatan agak terhambat karena pengguna SIPKD harus belajar dari awal lagi cara penggunaannya. Permasalahan kedua, SIPKD yang sudah mendapat inovasi ini ternyata belum dapat digunakan untuk pelaporan aset. Adanya beberapa permasalahan tersebut tentu saja bertentangan dengan tujuan dari dilakukannya inovasi pada sistem yaitu untuk lebih mengembangkan kegunaan dari SIPKD. Meskipun sistem bersifat mandatory namun jika penerimaan penggunanya rendah maka inovasi yang dilakukan akan menjadi percuma apalagi sekarang di lingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin ada usulan agar SIPKD digantikan dengan sistem informasi keuangan yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui pengaruh dari inovasi terhadap penerimaan pengguna pada Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) di Pemerintah Kota Banjarmasin. 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang penerapan SIPKD di Pemkot Yogyakarta dengan menggunakan model DeLone dan McLean (2003). Pada penelitian ini model DeLone dan McLean ditambahkan dengan variabel harapan.hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SIPKD di Pemkot Yogyakarta sudah sesuai harapan sehingga berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna dan memberikan net benefit pada organisasi [2]. Penelitian lain yang juga menggunakan model DeLone & McLean adalah penelitian tentang evaluasi kesuksesan SIPKD di Pemerintah Kota Ambon. Pada penelitian ini model DeLone & McLean dimodifikasi dengan menambahkan variabel kesesuaian tugas teknologi ( task technology fit) dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pengguna SIPKD dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas informasi tapi untuk kualitas sistem dan kemudahan penggunaan tidak begitu berpengaruh. Dampak individual SIPKD ternyata dipengaruhi secara signifikan oleh kesesuaian tugas 5

teknologi dan kepuasan penggunaan. Sedangkan kemudahan penggunaan SIPKD ternyata dipengaruhi secara signifikan oleh kesesuaian tugas-teknologi [9]. Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan evaluasi SIPKD adalah penelitian di RSUD Liwa Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini menggunakan metode HOT- Fit untuk mengukur kesesuaian antara teknologi dengan manusia, kesesuaian teknologi dengan organisasi dan kesesuaian organisasi dengan manusia pada SIPKD. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kesesuaian teknologi dengan manusia dan kesesuaian teknologi dengan organisasi berpengaruh signifikan terhadap penerapan SIPKD [10]. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang membahas mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pemanfaatan SIPKD di Pemerintah Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) dengan menggunakan tiga variabel independen, yaitu: ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial serta satu variabel dependen, yaitu: minat pemanfaatan sistem informasi pengelola keuangan daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial, ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial berpengaruh secara signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem informasi pengelola keuangan daerah [11]. Penelitian mengenai adopsi organisasi terhadap Sistem Computerized Provider Entry (CPOE). Penelitian ini bertujuan untuk memahami sikap dan pemikiran dokter dan perawat tentang pelaksanaan dan penggunaan sistem CPOE.Tiga variabel dari teori Difusi Inovasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah relative advantage, complexity dan compatibility. Dari hasil penelitian diketahui bahwa bagi dokter relative advantage dari sistem tidak begitu banyak. Namun mereka merasa bahwa compatibility dan complexity CPOE berpengaruh terhadap penggunaan sistem tersebut. Bagi perawat relative advantage dan complexity sistem berpengaruh terhadap penggunaan sistem. Sedangkan untuk compatibility dari sistem kurang begitu berpengaruh [12]. Penelitian mengenai hubungan antara Difusi Inovasi dan Human Resource Information System (HRIS). Pada penelitian ini inovasi berperan sebagai variabel independen sementara HRIS sebagai variabel dependen. Dari penelitian diketahui 6

bahwa relative advantage, compatibility, observability dan kemampuan dapat diujicoba berpengaruh terhadap fungsi dari HRIS. Sedangkan complexity tidak memiliki pengaruh apapun terhadap fungsi dari HRIS [13]. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat pegawai untuk menggunakan sistem e-learning. Penelitian ini menambahkan lima variabel dari teori difusi inovasi ke dalam model TAM. Lima variabel tersebut adalah relative advantage, compatibility, complexity, observability dan trialability. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lima variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap niat pegawai untuk menggunakan sistem e-learning. Sedangkan relative advantage, compatibility dan complexity berpengaruh signifikan terhadap perceived usefulness pada sistem. Sementara relative advantage dan kemampuan untuk dapat diujicoba berpengaruh signifikan terhadap penentu kemudahan pemakaian dari sistem [8]. Penelitian mengenai faktor penentu yang mempengaruhi adopsi Radio Frequency Identification (RFID) pada industri manufaktur. Penelitian ini menambahkan tiga variabel yaitu relative advantage, compatibility dan complexity yang berasal dari teori difusi inovasi ke dalam framework TOE ( Technology Organization Environment). Dari penelitian didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi adopsi Radio Frequency Identification (RFID) pada industri manufaktur adalah compatibility, ukuran perusahaan, tekanan kompetitif dan tekanan partner dagang [14]. Kebaruan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan kombinasi TAM dengan menambah variabel compatibility dan relative advantage dari teori difusi inovasi. Selain itu model konseptual penelitian ini dibuat dengan menghilangkan variabel complexity dari teori difusi inovasi karena complexity memiliki konsep dan konstruk yang sama dengan kemudahan penggunaan dari TAM [5][15][16][17]. 7

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh dari inovasi terhadap penerimaan pengguna pada Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi penerimaan pengguna pada Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Banjarmasin. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain : 1. Pemerintah Kota Banjarmasin Memberikan informasi mengenai pengaruh dari inovasi terhadap penerimaan pengguna pada Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan keberlanjutan SIPKD di Pemerintah Kota Banjarmasin 2. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh inovasi terhadap penerimaan pengguna dalam suatu sistem informasi yang ada di pemerintahan. 3. Akademis Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam penelitian yang ada hubungannya dengan inovasi dan penerimaan pengguna dalam suatu sistem informasi. 8