I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

MEKANISME KERJA OBAT ANTIRADANG. Soewarni Mansjoer. Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWA ANTI-INFLAMASI

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditemukan pada plak gigi dan sekitar 10 spesies telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

I. PENDAHULUAN. digalakkan oleh pemerintah. Kembali menggunakan bahan alam (back to nature),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

30,90%; heksil format 4,78%; derivat monoterpen teroksigenasi (borneol 0,03% dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (kamfen 0,04%,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam (back to nature) untuk pengobatan menjadi pilihan saat ini, masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam dalam pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan kimia yang banyak diproduksi dengan teknologi modern dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan karena terkait dengan penggunaan unsur-unsur kimia yang ada didalamnya (Inna, et al., 2010). Obat herbal diyakini lebih aman tanpa efek samping, dapat dipakai oleh seluruh keluarga, sejalan dengan kebiasaan turun-temurun, dan berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit serta harganya relatif lebih murah (Sari, 2006). Salah satu bahan alam yang sering digunakan tersebut adalah rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang terbukti memiliki efek antiinflamasi, analgesik, pengusir nyamuk, larvasida, vasorelaksan, obat penenang, antineoplastik, antibakteri, antioksidan, anti alergi dan dapat mempercepat penyembuhan luka (Umar, et al., 2011). Menurut Hasanah (2011) zat yang terkandung dalam rimpang kencur yang berfungsi sebagai agen antiinflamasinya adalah polifenol, kuinon, triterpenoid, saponin, tanin, dan flavonoid yang bekerja melalui penghambatan pelepasan mediator kimia histamin ke tempat terjadinya radang. Selain itu, juga menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator utama dari inflamasi dengan cara 1

menghambat kerja siklooksigenase (COX) yang berfungsi merubah asam arakidonat menjadi prostaglandin bila terjadi radang. Sedangkan senyawa yang berperan sebagai antibakteri dilaporkan Febriana (2010) adalah kandungan minyak atsiri didalamnya, yaitu etil p-metoksisinamat. Ekstrak rimpang kencur memiliki kemampuan antibakteri dengan KHM sebesar 0,091% b/v dan KBM sebesar 2,724% b/v, yang ditunjukkan dengan IC50 sebesar 0,048% b/v dan EC50 sebesar 0,053% b/v. Berdasarkan kandungan antiinflamasi dan antibakteri ini, rimpang kencur (K. galanga) dapat digunakan dalam pengobatan secara sistemik dan lokal, termasuk penyakit pada jaringan periodontal rongga mulut, salah satunya adalah gingivitis. Gingivitis adalah adanya inflamasi gingiva yang diakibatkan karena akumulasi plak pada gingiva. Penderita gingivitis memiliki kondisi gingiva yang akan terlihat merah, bengkak, hingga berdarah. Gingivitis juga dapat disebabkan oleh penumpukan plak bakteri di margin gingiva (Nevil, 2002). Penyakit gingivitis ini bila dibiarkan terlalu lama akan dapat berubah menjadi penyakit periodontitis yang dapat menyebabkan kehilangan gigi tiga kali lebih besar atau enam gigi hilang, terjadi pembentukan poket atau kerusakan perlekatan jaringan 50 kali lebih tinggi (Bakri, 2015). Terapi gingivitis bertujuan untuk meredakan inflamasi. Terapi standar yang dilakukan antara lain pembersihan plak gigi (scaling) serta pemberian obat Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) (Nevil, 2002). Obat antiradang nonsteroid menurut struktur kimia dengan beberapa pengecualian dapat dibagi dalarn delapan golongan. (1) Turunan asam salisilat: asam asetilsalisilat, diflunisal. (2) Turunan pirazolon: 2

fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirin, arninopirin, (3) Turunan para-aminofenol: fenasetin. (4) Indometasin dan senyawa yang masih berhubungan: indometasin dan sulindak. (5) Turunan asam propionat: ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen, flurbiprofen. (6) Turunan asam antranilat : asam flufenamat, asam mafenamat. (7) Obat antiradang yang tidak mempunyai penggolongan tertentu: tolmetin, piroksikam, diklofenak, etodolak, nebumeton, senyawa emas. (8) Obat pirro (gout), kolkisin, alopurinol (Insel, 1991). Perawatan utama gingivitis adalah dengan pembuangan faktor etiologi, seperti dengan kontrol plak dan skeling untuk mengurangi atau menghilangkan peradangan, sehingga memberi kesempatan jaringan gingiva untuk sembuh. Plak melekat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat dihilangkan melalui pembersihan mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih seperti sikat gigi, dan pembersih interdental, sedangkan pengendalian plak secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur (Dewi, et al., 2011). Salah satu obat kumur yang sering digunakan adalah obat kumur yang mengandung klorheksidin. Klorheksidin telah dibuktikan keefektifannya dalam mencegah dan mengontrol terbentuknya gingivitis (Hartati, 2011). Klorheksidin merupakan agen kontrol plak yang menunjukkan hasil terbaik yang memiliki efek antiseptik (Marchetti, et al., 2001). Penggunaan obat kumur berbahan kimia jangka panjang ini memiliki efek samping seperti rasa yang tidak enak, sensasi terbakar, mengganggu sensasi rasa, kering dimulut (jika mengandung alkohol) dan menghasilkan warna coklat pada gigi yang susah disingkirkan (Nareswari, 2010). 3

Beberapa studi sudah dilakukan untuk melihat efektivitas antibakteri dan antiinflamasi secara invitro dan invivo -berbasis preklinis- pada rimpang kencur. Tetapi, studi yang mengemukakan bahwa rimpang kencur dapat mengatasi gingivitis secara klinis belum ditemukan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa secara klinis efek obat kumur yang mengandung ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap indeks gingiva pada penderita gingivitis, agar didapatkan obat kumur tradisional yang ekonomis, mudah didapatkan, serta efektif dalam mengurangi gingivitis sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul adalah : 1.2.1 Apakah ekstrak rimpang kencur telah memenuhi standar menurut Farmakope Herbal Indonesia? 1.2.2 Bagaimana aktivitas sediaan ekstrak rimpang kencur (K. galanga) terhadap penderita gingivitis? 1.2.3 Bagaimana efektivitas sediaan kumur ekstrak rimpang kencur (K. galanga) terhadap penderita gingivitis? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antigingivitis ekstrak rimpang kencur (K. galanga) terhadap penderita gingivitis. 4

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dilakukan penelitian ini adalah : a) Mengetahui aktivitas antigingivitis sediaan kumur ekstrak rimpang kencur (K. galanga) terhadap penderita gingivitis berdasarkan gingival indeks. b) Mengetahui efektivitas antigingivitis sediaan kumur ekstrak rimpang kencur (K. galanga) terhadap penderita gingivitis berdasarkan gingival indeks. 1.4 Hipotesis Berkumur dengan ekstrak rimpang kencur (K. galanga) dapat mengatasi gingivitis secara klinis. 1.5 Luaran yang diharapkan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal nasional atau internasional. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Memberi informasi kepada para masyarakat bahwa penambahan sediaan kumur ekstrak rimpang kencur (K. galanga) dapat dimanfaatkan untuk pengobatan gingivitis. 1.6.2 Sebagai bahan rujukan terhadap pelaku industri obat-obatan sehingga dapat memanfaatkan kandungan ekstrak rimpang kencur (K. galanga) sebagai obat yang dapat mengatasi gingivitis. 1.6.3 Sebagai informasi ilmiah dalam pengembangan tanaman obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gingivitis. 5