BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan. menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011;

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. mampu melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan,

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian ini didapatkan 7 (tujuh) tema yaitu : pengalaman mengenai. penilaian pelayanan kesehatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

Ketepatan identifikasi pasien. Peningkatan komunikasi yang efektif. Pengurangan risiko pasien jatuh.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

INSTRUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA KOMITE KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA KESELAMATAN PASIEN RSUD SYEKH YUSUF GOWA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

CAPAIAN INDIKATOR MUTU TH 2016 RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN

TAHUN Disusun Oleh : J

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011; Budiharjo,2008). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) dalam Kemenkes (2015) Keselamatan pasien terkait dengan asuhan pasien, insiden yang dapat dicegah dan dikategorikan sebagai suatu disiplin. Berdasarkan konsep diatas maka disimpulkan keselamatan pasien merupakan keharusan bagi rumah sakit untuk melayani pasien dengan aman, nyaman, bebas dari cedera. Namun pada faktanya masih ada rumah sakit yang belum berkosentrasi menjalankannya, sehingga banyak ditemukan kejadian tidak diharapkan. Keselamatan pasien saat ini masih menjadi masalah di rumah sakit, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Cahyono (2008) mengungkapkan di Amerika kasus Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) 10.000/tahun, sedangkan di Australia mencapai 16,6% yang berarti setiap 100 pasien yang masuk rumah sakit berisiko KTD sebesar kasus. Di Indonesia menurut data Kemenkes (2015) terdapat Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 197 kasus, KTD 330 kasus dan Kejadian Tidak Cedera (KTC) 205 kasus, sedangkan dari kejadian insiden tersebut yang mengakibatkan kematian sebanyak 29 kasus, cedera berat 9 kasus, cedera sedang 104 kasus, cedera

2 ringan 132 kasus dan tidak cedera 458 kasus. Seharusnya angka kejadian ini dapat ditekan sehingga tidak merugikan pasien. UU no. 44 tahun 2009 tentang kewajiban Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk menekan masalah ini. Terkait dengan langkah-langkah pencapaian keselamatan pasien, maka Kemenkes (2011) menegaskan bahwa rumah sakit wajib menumbuhkan budaya menjaga keselamatan pasien, budaya melaporkan insiden dan budaya belajar dari insiden yang terjadi, untuk itu kepala ruangan sebagai pemimpin perawat pada garda terdepan wajib membangun budaya keselamatan pasien ini agar penerapan sistem keselamatan pasien bisa optimal. Penerapan budaya keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan sudah dimulai sejak lama. Budaya keselamatan pasien dalam bidang kedokteran juga sudah digagas lama oleh Hipocrates 2400 tahun yang lalu pernah menyampaikan tentang first, do no harm. Artinya hal utama yang harus dilakukan dokter adalah tidak membuat cedera dalam memberikan pelayanan(kemenkes,2015;cahyono,2008). Jadi budaya keselamatan pasien bukan merupakan hal baru dalam pelayanan kesehatan, faktanya penerapan budaya keselamatan pasien belum menjadi kebiasaan bagi seluruh tenaga pelayanan dirumah sakit. Berbagai penelitian melaporkan terkait masih kurangnya penerapan budaya keselamatan pasien diantaranya penelitian Pujilestari, dkk, (2013) di RSUP Sudirohusodo melaporkan 62,2% perawat masih memiliki budaya yang rendah dalam menjaga keselamatan pasien, demikian juga dengan penelitian

3 Nivalinda, dkk (2013) di Rumah Sakit Semarang didapatkan penerapan budaya keselamatan pasien kurang baik sebesar 51,4%. Kondisi ini berbeda dengan penelitian Rasdini (2014) di RSUP Sangla Denpasar memperlihatankan sebagian besar penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat dalam kategori baik (71,39%). Membangun budaya keselamatan pasien merupakan kunci terwujudnya asuhan pelayanan yang bermutu dan aman. Namun, ada beberapa faktor yang melatar belakanginya. Geller (1994) dan Chooper (2000) menjelaskan ada tiga faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan pasien yaitu faktor personal, faktor perilaku organisasi dan faktor lingkungan. Faktor personal yaitu dari personal yang bekerja baik pengetahuan, sikap ataupun motivasi perawat. Penelitian Lestari, dkk(2013) di RSU Muhamaddiyah Bantul, ada hubungan yang signifikan dengan pengetahuan perawat. Penelitian Wahyuningsih, dkk (2012) di RSUD Syekh Yusuf Gowa, ada hubungan yang signifikan baik pengetahuan ataupun motivasi. Penelitian lain oleh Ariyani (2008) di RSUD Dr Moewardi Surakarta, ada hubungan baik pengetahuan dan motivasi perawat. Jadi, faktor personal memegang peranan penting dalam budaya keselamatan pasien. Faktor yang kedua adalah faktor perilaku organisasi yang sangat berkaitan dengan pimpinan yang memegang kendali. Nursya baniah (2013) di RS Universitas Hasanudin didapatkan hasil bahwa komponen kepemimpinan efektif memiliki hubungan yang bermakna. Nivalinda (2013) di RS Semarang, didapatkan hasil ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang.

4 Kartika (2013) di RS Hermina Panandaran, bahwa gaya kepemimpinan transformasional direktur telah melibatkan staf dalam menerapkan budaya keselamatan pasien. Dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku organisasi memiliki peranan penting dalam budaya keselamatan pasien. Faktor yang ketiga adalah faktor lingkungan yaitu tersedianya sarana prasarana yang mendukung proses pelayanan kesehatan seperti tersedianya Standar Prosedur Operasional (SOP). Suparna (2015) di RS Panti Rini, Kalasan Sleman, didapatkan hasil SOP yang dilaksanakan 100% dokumentasi, 50% pengkajian dan 51% pemasangan tanda pada resiko cedera. Penelitian lain yang dilakukan oleh Natasia (2014) di RSUD Gambiran Kediri didapatkan hasil sebagian besar perawat pelaksana kurang patuh terhadap pelaksanaan SOP. Jadi, pelaksanaan SOP masih belum optimal sehingga brpengaruh pada budaya keselamatan pasien. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang pertama kali dikenal dengan RSU Megawati. Tahun 1953 berubah nama menjadi RSUP Padang dan tahun 1978 resmi disebut RSUP Dr M Djamil Padang. Mempunyai visi menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional yang terkemuka di indonesia tahun 2019 serta mempunyai salah satu tujuan terwujudnya pelayanan prima dan paripurna dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif, berdaya saing dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat, memenuhi kaidah keselamatan pasien. Sehingga RSUP.Dr.M.Djamil berkomitmen menyelenggarakan keselamatan pasien.

5 RSUP.Dr.M.Djamil Padang mempunyai jumlah perawat sebanyak 787 orang, berdasarkan data pada bulan maret 2016 kapasitas tempat tidur 800, BOR 61,70%, LOS 7,26%, TOI, 4,68 hari. Meskipun RSUP telah berkomitmen untuk melaksanakan keselamatan pasien dan telah mencapai akreditasi paripurna, namun masih ada beberapa kejadian terkait keselamatan pasien. Berdasarkan data Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dari Komite Mutu RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 terdapat 20 kasus yang terjadi, yaitu KTD 30%, KTC 25%, sentinel 25%, KPC 15% dan KNC 5%. Insiden yang paling sering terjadi 55% adalah pasien jatuh, salah pasien 10%, salah rute injeksi 5% serta salah obat 5%. IKP berdasarkan tempat kejadian 65% terjadi di Instalasi Rawat Inap (IRNA), maka peneliti akan melaksanakan penelitian di IRNA RSUP.Dr.M.Djamil Padang. Hasil studi pendahuluan, berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada enam orang perawat pelaksana ada dua perawat pelaksana yang tidak melakukan identifikasi pasien dalam lima moment dan dua perawat yang berkomunikasi yang kurang baik dengan memanggil pasien dari ruang perawat (nurse station). Ketika ditegur oleh rekan sejawatnya, perawat tersebut hanya beralasan agar pekerjaan lebih cepat selesai dan kepala ruangan sedang tidak ditempat. Hasil wawancara studi pendahuluan dengan Bidang Diklat dan Komite Keperawatan untuk budaya perawat dalam menerapkan keselamatan pasien masih belum membudaya dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya perawat yang belum patuh dalam melaksanakan sasaran keselamatan pasien seperti masih ada yang tidak melaksanakan identifikasi pasien,

6 penerapan pasien operasi, penerapan cuci tangan dan resiko jatuh pasien. Dari hasil wawancara dengan lima orang perawat pelaksana dua orang perawat menyatakan penerapan keselamatan pasien belum membudaya dengan baik karena dinilai hanya untuk tujuan akreditasi saja dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain ketegasan dari pimpinan dan motivasi. Berdasarkan data dari komite mutu RSUP.Dr.M.Djamil Padang untuk kepatuhan petugas dalam melaksanakan identifikasi pasien tahun 2016 pada bulan April 92,04% dan terjadi penurunan 84,34%, kepatuhan petugas dalam penerapan kebersihan cuci tangan juga terjadi penurunan pada bulan April 84,5% dan bulan juni menjadi 79%,kejadian pasien jatuh 0% pada bulan April dan bulan Juni 0,2%, penerapan keselamatan operasi bulan April 82,1% dan menurun 66,6% pada bulan juni, sedang untuk pemberian labelan obat Higt alert sudah baik 100% baik pada bulan April sampai Juni. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul analisa faktor faktor yang berhubungan dengan budaya perawat pelaksana dalam menerapkan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang tahun 2016.

7 1.2 Rumusan Masalah Budaya keselamatan pasien merupakan budaya yang harus diterapkan diseluruh rumah sakit. Ada tiga faktor yang mempengaruhi penerapannya yaitu faktor personal, faktor perilaku organisasi dan faktor lingkungan. Dengan melihat permasalahan yang ada di RSUP Dr M Djamil Padang maka peneliti tertarik melakukan penelitian Bagaimanakah analisis faktor faktor yang berhubungan dengan budaya perawat pelaksana dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor faktor yang berhubungan dengan budaya perawat pelaksana dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil padang b. Mengidentifikasi faktor personal perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang c. Mengidentifikasi faktor perilaku organisasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang d. Mengidentifikasi faktor lingkungan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang

8 e. Mengidentifikasi hubungan faktor personal dengan budaya perawat pelaksana dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang f. Mengidentifikasi hubungan faktor perilaku organisasi dengan budaya perawat pelaksana dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang g. Mengidentifikasi hubungan faktor lingkungan dengan budaya perawat pelaksana dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang h. Mengidentifikasi faktor yang paling berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr M Djamil Padang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Perkembangan keilmuan Memperluas ilmu keperawatan khususnya ilmu manajemen keperawatan yaitu dengan teridentifikasinya faktor yang berhubungan dengan budaya perawat pelaksana dalam keselamatan pasien. 1.4.2 Pelayanan Keperawatan Dapat digunakan untuk membangun kesadaran perawat pelaksana untuk membudayakan keselamatan pasien sehingga insiden keselamatan pasien dapat ditekan.

9 1.4.3 Tempat Penelitian Dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi pimpinan atau manajer keperawatan untuk dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.