BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Sekaran dan Bougie (2013) desain penelitian terapan dapat digunakan untuk

ANALISIS BIAYA RELEVAN DAN KUALITAS PAKAN TERNAK SEBAGAI DASAR MEMBUAT KEPUTUSAN PENERAPAN TEKNOLOGI FERMENTASI PAKAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

BAB V PENUTUP. 1. Beternak menggunakan pakan konvensional yang saat ini digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN. disebut ruminansia sangat bergantung pada ketersediaan pakan, baik dari

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

IbM PETERNAK SAPI LOKAL

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

MATERI DAN METODE. Prosedur

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lahan pertanian yang kering. Menurut penjelasan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi perbukitan karst yang terdapat banyak goa-goa alam dan sungai bawah tanah, yang mengakibatkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur sehingga produktivitas pertanian di kawasan ini kurang optimal. Senada dengan produktivitas pertanian yang tidak baik pada saat musim kemarau, tumbuhan hijau sebagai sumber daya pakan ternak ruminansia (hewan pemamah biak, contoh: sapi, lembu, kambing, dan domba) yang terdapat di daerah lokal Kabupaten Gunungkidul pun menurun secara drastis bahkan dikatakan langka atau tidak tersedia. Berdasarkan pengamatan penulis yang pernah tinggal di daerah Gunungkidul pada tahun 2009 hingga 2012 dan pengamatan dengan bertanya kepada beberapa peternak, saat musim kemarau tiba para peternak akan kesulitan mencari pakan ternak. Pada saat musim hujan para peternak akan mencari rumput di lahan pertanian miliknya dan dilakukan setiap hari untuk menyediakan kebutuhan pakan ternak ruminansia. Biasanya mencari rumput dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari di ladang mereka. Tetapi ketika memasuki musim kemarau mereka 1

2 tidak dapat mencari rumput lagi, dikarenakan tidak adanya sumber daya alam yang tersedia. Maka pada saat musim kemarau mereka akan memberi pakan ternak dengan alternatif dari sisa limbah pertanian untuk masa awal musim kemarau. Biasanya limbah pertanian hanya bertahan 1-2 bulan, kemudian peternak harus membeli pakan hijau setiap harinya selama 3 bulan setelah limbah pertanian habis. Pakan hijau segar berbentuk pohon jagung yang didatangkan dari daerah lain setiap harinya, menjadikan harga pakan begitu mahal saat sampai di tangan peternak. Hal ini membuat peternak harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mencukupi pakan ternak. Dengan biaya produksi yang semakin tinggi maka akan semakin mengurangi keunggulan kompetitif dari segi biaya (Heizer & Render, 2011). Selain itu pakan yang dibeli tidak dapat disimpan terlalu lama, sehingga peternak harus melakukan aktivitas pembelian pakan setiap harinya. Hal ini membuat peternak tidak dapat menjamin keberlangsungan ketersediaan pakan sapi setiap harinya, maka akan mempengaruhi keunggulan kompetitif peternak dari segi respon (Heizer & Render, 2011). Keunggulan kompetitif akan menghasilkan sistem yang memiliki keunggulan keunikan diatas pesaing (Heizer & Render, 2011). Oleh karena itu sangat dibutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan pakan ternak yang lebih efisien. Dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang, banyak sisi kehidupan yang menjadi lebih efisien. Berkat bantuan teknologi, proses produksi semakin berkembang pesat sehingga banyak sekali kebutuhan manusia semakin mudah dijangkau karena telah diproduksi secara masal. Begitu juga untuk

3 meningkatkan kinerja peternak yang lebih baik, teknologi fermentasi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kelangkaan pakan ternak saat musim kemarau. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa manajemen teknologi yang baik akan secara signifikan berdampak pada kinerja perusahaan (Pelser & Prinsloo, 2014). Selain digunakan untuk membuat pakan ternak sebagai cadangan saat musim kemarau, teknologi fermentasi tetap dapat digunakan ketika musim hujan. Hal ini akan berpengaruh pada biaya peluang (opportunity cost), dikarenakan dengan membuat pakan fermentasi maka peternak tidak lagi harus mencari rumput setiap harinya. Sehingga waktu yang digunakan setiap hari untuk mencari pakan ternak dapat berpeluang digunakan untuk kegiatan produktif lainnya. Pakan yang diolah menggunakan teknologi fermentasi itu sendiri dapat disimpan selama 2 tahun lamanya (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2011). Pengaruh lain penggunaan fermentasi pakan ternak, hasil penelitian dari Wardani (2013) menyebutkan jika dengan menggunakan fermentasi pakan ternak, feed cost per gain akan lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pakan konvensional. Dengan lebih rendahnya feed cost per gain maka biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas beternak akan semakin kecil. Selain itu pakan yang belum difermentasi kandungan seratnya akan lebih tinggi daripada yang telah difermentasi. Hal ini dikarenakan dengan melalui proses fermentasi, maka selulosa yang terdapat pada pakan hijau akan mengalami proses penyederhanaan struktur, sehingga memiliki serat yang lebih rendah (Laconi, 1998). Dengan keterbatasan fisik dan metabolisme, pakan dengan serat yang

4 cukup tinggi merupakan pembatas bagi ternak untuk mengkonsumsi pakan dalam jumlah besar (Wardani, 2013). Dengan adanya teknologi fermentasi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja peternak dalam mengelola ternak, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan keunggulan. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis keputusan beternak menggunakan pakan konvensional atau pakan fermentasi berdasarkan biaya dan kualitas. 1.2. Rumusan Masalah Dengan adanya teknologi fermentasi untuk pakan ternak sebagai pengganti pakan konvensional, penulis ingin memberikan solusi untuk mencari biaya pengadaan pakan ternak ruminansia paling efisien. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian yang menganalisis keputusan beternak menggunakan pakan konvensional atau pakan fermentasi dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pakan fermentasi lebih efisien dibandingkan dengan pakan konvensional? 2. Bagaimana perbandingan biaya relevan untuk pembuatan pakan ternak konvensional dan pakan ternak menggunakan teknologi fermentasi? 3. Keputusan manakah yang harus dipilih antara beternak menggunakan pakan fermentasi atau pakan konvensional jika pertimbangan didasarkan pada kualitas dan biaya?

5 1.3. Batasan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis ingin memberikan batasan penelitian agar menjadi lebih fokus dan dapat disederhanakan, sehingga dapat dipelajari dan dimengerti sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Kelompok Tani Ngudi Mulyo, Padukuhan Pule Ireng, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan Gunungkidul memiliki kesulitan dalam mencari pakan yang dapat diwakilkan dengan kondisi di Kelompok Ternak Ngudi Mulyo. Serta telah memiliki organisasi yang baik, sehingga dapat memudahkan dalam mengkoordinir untuk pengambilan data. 2 Penelitian ini menggunakan asumsi kebutuhan pakan pada sapi potong seberat 300 kg. Hal ini dikarenakan jenis sapi yang banyak dimiliki oleh para peternak di Ngudi Mulyo berjenis Peranakan Ongole (PO), yang biasanya memiliki bobot 300 kg. 3 Penelitian ini akan menggunakan acuan cara beternak dari CV. Pendawa Kencana Multyfarm sebagai ahli yang berpengalaman untuk menghitung kebutuhan konsumsi pakan yang baik dan benar untuk satu ekor sapi. Kemudian cara beternak tersebut akan dikombinasikan dengan data biaya yang sebenarnya, jika cara beternak tersebut dilakukan di daerah Gunungkidul.

6 4 Penelitian akan membandingkan cara beternak mana yang lebih efisien antara cara beternak menggunakan pakan konvensional atau cara beternak menggunakan pakan fermentasi. Perbandingan akan dilakukan dengan membandingkan kualitas pakan dan biaya yang dikeluarkan dalam asumsi kurun waktu 1 tahun untuk 1 ekor sapi. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Menyelesaikan masalah kelangkaan pakan ternak sebagai bahan baku produksi untuk peternakan ruminansia yang terjadi di Gunungkidul saat musim kemarau. 2 Menganalisis pemenuhan kebutuhan pakan ternak yang paling efisien antara beternak secara konvensional atau beternak menggunakan teknologi fermentasi dengan mengukur kualitas dan biaya. 3 Mencari dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan beternak secara konvensional atau beternak menggunakan teknologi fermentasi di daerah Gunungkidul. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis 1. Dapat melihat tingkat efisiensi yang terjadi jika diterapkannya teknologi pakan ternak fermentasi. 2. Mengembangkan refrensi tentang cara beternak yang lebih efisien khususnya yang berkaitan di daerah Kabupaten Gunungkidul.

7 1.5.2. Manfaat Praktikal 1. Bagi para peternak dapat menjadikan hasil penelitian sebagai sebuah pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk beternak dengan memanfaatkan teknologi fermentasi atau beternak dengan cara konvensional. 2. Bagi pemerintah daerah dapat lebih memberikan acuan atau petunjuk tentang cara beternak yang lebih efisien sehingga dalam melakukan kegiatan yang menyangkut peternakan dapat diselaraskan dengan hasil penelitian. 1.6. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan oleh peneliti. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini merupakan penjelasan landasan teori atau tinjauan pustaka tentang pengertian Pertimbangan Strategis dalam Pengambilan Keputusan, Tactical Decision, Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Make-or-Buy, Beberapa Hal yang Membutuhkan Investigasi dan Evaluasi Make-or-Buy, Penelitian Terdahulu, Proses Beternak Sapi Berkaitan dengan Kebutuhan Pakan, dan Proses Pembuatan Pakan Fermentasi. BAB III METODE PENELITIAN

8 Dalam bab ini terdapat uraian tentang desain penelitian, kerangka pemikiran penelitian, objek penelitian, tipe data, metode pengumpulan data, profil responden dan teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Bab ini memberikan gambaran tentang profil kelompok ternak, data yang diperoleh dan diolah pada bab ini menggunakan metode yang ditentukan, lalu diperoleh hasil yang kemudian dianalisis. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran bagi peternak berdasarkan hasi penelitian, sehingga sekiranya dapat bermanfaat dan berimplikasi pada manajerial