BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Maesaroh, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015

DAFTAR ISI. AKSRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Gurame merupakan ikan air tawar yang berada di perairan Indonesia dan

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati sangat

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk karakterisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB I. PENDAHULUAN. yang bernilai ekonomis adalah ikan Nila (Orcochromis niloticus). Budidaya ikan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering

2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. (Purwaningsih dan Taukhid,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembudidayaan ikan saat ini merupakan kegiatan yang marak dilakukan, baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. secara luas. Selain memiliki peran yang sangat penting dalam bidang ekologi,

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

Materi Pokok Materi penjabaran Lingkup materi Fisiologi Tumbuhan. Struktur Bagian Tubuh Tanaman. Reproduksi Tumbuhan. Sistem Transportasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena

Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria

`BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. isolatnya ditunjukkan dalam table 4.1 di bawah ini;

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

BIOTEKNOLOGI BERASAL 2 KATA YAITU BIOS = HIDUP, TEKNOLOGI DAN LOGOS = ILMU ILMU YANG MEMPELAJARI MENGENAI BAGAIMANA CARA MEMANFAATKAN MAKHLUK HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

Bioteknologi berasal 2 kata yaitu Bios = hidup, Teknologi dan Logos = ilmu Ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara memanfaatkan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

Bahan Kuliah. Genetika Molekular. disusun oleh : Victoria Henuhili, MSi FMIPA Jurdik Biologi UNY

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

Simpulan 6 PEMBAHASAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aeromonas hydrophila merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang tersebar luas di lingkungan, terutama di air tawar dan memiliki sifat patogen pada manusia serta dapat menyebabkan penyakit pada hewan (Martin-Carnahan & Joseph, 2005; EPA, 2006). A. hydrophila umum dijumpai pada ekosistem perairan dan mempunyai peranan sebagai microbial flora bagi organisme air pada kondisi lingkungan yang stabil (Mangunwardoyo et al., 2010). Bakteri ini juga secara normal berada pada intestin ikan sebagai microbial flora (Trush et al., 1974; Illanchezian et al., 2010). A. hydrophila dikenal sebagai bakteri yang bersifat oportunis, yaitu jarang menyerang pada ikan yang sehat tetapi dapat menginfeksi pada saat sistem pertahanan tubuh ikan sedang menurun akibat stess. Gejala ikan yang terinfeksi oleh bakteri ini bervariasi, namun umunya ditandai dengan adanya hemoragik pada kulit, insang, rongga mulut, dan borok pada kulit (Gardenia et al., 2010). Aeromonas memiliki taksonomi yang kompleks dengan karakter yang berbeda-beda bahkan dilevel intraspesies (Soler et al., 2004; Ottaviani et al., 2011). Hal ini menjadikan pengidentifikasian bakteri A. hydrophila dirasa penting mengingat akan besarnya pengaruh bakteri tersebut terhadap budidaya ikan. Pada umumnya identifikasi dan analisis atau pengkarakterisasian suatu bakteri dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan biokimia. Pengkarakterisasian bakteri meliputi pengamatan mikroskopis dan pewarnaan bakteri yang bertujuan untuk mengetahui penampakan mikroskopik bakteri dan membedakan golongan-golongan mikroorganisme, sedangkan pengkarakterisasian menggunakan uji-uji biokimia dapat mencerminkan aktivitas metabolisme enzimatik mikroorganisme. Namun, metode identifikasi konvensional ini memiliki kemungkinan bakteri lain yang memiliki fenotip yang sama teridentifikasi menjadi spesies yang sama, padahal keduanya belum tentu secara genetik memiliki kesamaan. Sehingga untuk mengidentifikasi bakteri

2 secara pasti pada tingkatan spesies diperlukan identifikasi lebih lanjut menggunakan analisis secara molekuler. Teknik identifikasi menggunakan biologi molekuler telah berhasil mengidentifikasi kelompok mikroorganisme dari lingkungan secara spesifik (Gonzales et al., 2001). Teknik yang saat ini populer untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu bakteri yaitu dengan menggunakan teknologi analisis sikuen suatu gen. Gen yang sering digunakan dalam mengidentifikasi bakteri adalah gen 16S. Gen ini merupakan gen yang mengkode RNA ribosomal pada sub unit kecil ribosom dan memiliki urutan nukleotida yang khas dan berbeda pada setiap bakteri (Gonzales & Saiz, 2005). Selain itu, 16S ini lebih stabil dan tepat digunakan sebagai penanda molekuler spesifik untuk identifikasi bakteri (Singh et al., 2012). 16S juga bersifat ubikuitus (keberadaannya selalu dipertahankan dalam kondisi apapun) dengan fungsi yang identik pada seluruh organisme (Pangastuti, 2006). Oleh sebab itu, pengunaan 16S sangat tepat dalam mengidentifikasi dan menganalisis suatu spesies dalam taraf molekuler. Pendeteksian bakteri A. hydrophila pada ikan sakit telah banyak dilakukan untuk mengetahui karakteristik setiap jenis A. hydrophila yang menginfeksi ikan tersebut, hal ini sangat penting dalam mendiagnosis penyakit pada ikan (Swaminathan et al., 2004). Namun, pendeteksian A. hydrophila pada ikan sehat masih sangat jarang dilakukan, padahal hal ini penting mengingat akan keberadaan A. hydrophila sebagai microbial flora pada ikan sehat yang dapat berubah menjadi patogen pada ikan tersebut bila kondisi sistem pertahanan ikan sedang menurun. Sehingga pendeteksian A. hydrophila pada ikan sehat penting dilakukan sebagai landasan awal dalam memantau perkembangan jangkitan penyakit pada ikan. Dalam mendeteksi A. hydrophila secara cepat, Cascon et al. (1996) merancang primer suatu gen untuk A. hydrophila, gen tersebut adalah gen lipase yang menghasilkan amplifikasi (amplikon) pada ukuran 760 pb. Saat ini gen lip tersebut telah banyak digunakan untuk mendeteksi A. hydrophila, seperti yang telah dilakukan oleh Lee et al. (2000) yang menggunakan gen lip hasil desain Cascon et al. (1996) untuk mendeteksi delapan isolat A. hydrophila yang diisolasi dari ikan sakit, selain itu Swaminathan et al. (2004) mendeteksi sembilan

3 isolat bakteri yang diisolasi dari ikan dan air menggunakan gen lip dan hasil amplifikasi yang berukuran 760 pb ditunjukkan oleh empat spesies yang merupakan A. hydrophila. Metode ini dapat dengan cepat dan spesifik dalam mengidentifikasi A. hydrophila yang diisolasi dari lingkungan perairan. Pendeteksian faktor virulen pada A. hydrophila merupakan komponen penting dalam mendeterminasi potensi patogen karena faktor-faktor ini bertindak secara multifungsi dan multifaktor (Nam & Joh, 2007). Keragaman genotip yang dimiliki A. hydrophila menyebabkan timbulnya potensi patogen yang bervariasi (Carvalho-Castro et al., 2010). Kelompok gen virulen tertentu dengan kehadiran dan ketidakhadiran gen virulen tertentu akan mempengaruhi tingkat virulensi suatu bakteri A. hydrophila (Li et al., 2011). Wulandari (2012) dan Syadza (2012) menyebutkan bahwa isolat A. hydrophila ATCC 7966 memiliki karakter gen virulen aera +, act +, alt +, ast +, ascv -, aopb -, dan aext -. Sedangkan isolat A2 yang diisolasi dari ikan Botia sakit memiliki karakteristik genetik aera +, ascv +, aopb +, dan aext + (Syadza, 2012) dan isolat AKS yang diisolasi dari air kolam Sukabumi memiliki karakteristik genetik aera +, act +, alt +, ast - (Wulandari, 2012). Dari uji patogenitas isolat A2 dan AKS terhadap ikan gurame varietas tutug oncom menunjukkan tingkat patogenitas yang berbeda, tingkat patogenitas isolat A2 dengan nilai LD 50 = 10 6,91 termasuk kedalam kelompok virulen sedang, sedangkan isolat AKS memiliki nilai LD 50 > 10 8 yang termasuk kedalam kelompok avirulen. Melihat dari hasil penelitian Wulandari dan Syadza (2012), maka perlu kiranya dilakukan pendeteksian ketujuh gen virulen tersebut terhadap isolat A. hydrophila yang di dapat dari ikan sehat untuk mengetahui keberadaan gen-gen virulen yang diharapkan dapat menggambarkan potensi patogen dari setiap isolat bakteri yang didapat. Dari latar belakang tersebut dibutuhkan analisis filogenetika bakteri A. hydrophila dari isolat ikan sehat dengan menggunakan gen penanda 16S untuk melihat keragaman dan kekerabatan bakteri A. hydrophila dari ikan sehat. Pengkarakterisasian bakteri A. hydrophila secara morfologi dan biokimia dirasa penting dilakukan dalam penelitian ini guna untuk menyeleksi tahap awal bakteri A. hydrophila dari intestin ikan sehat dan pada akhirnya hasil dari uji ini dapat

4 menggambarkan karakteristik dari setiap isolat bakteri A. hydrophila yang terpilih dalam penelitian ini. Selain itu, dibutuhkan pula pendeteksian gen-gen virulen terhadap semua isolat A. hydrophila yang didapat untuk mengetahui keberadaan gen-gen virulen yang diharapkan dapat menggambarkan potensi patogen dari setiap bakteri. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan filogenetika bakteri A. hydrophila dari isolat beberapa ikan sehat dengan gen penanda 16S? C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah karakteristik A. hydrophila yang terdapat pada intestin ikan sehat secara biokimia dan morfologi? 2. Bagaimanakah hubungan kekerabatan A. hydrophila yang didapat dari beberapa ikan sehat berdasarkan sikuen gen 16S? 3. Bagaimanakah keberadaan gen-gen virulen pada setiap A. hydropila yang didapat dari ikan sehat? D. Tujuan 1. Untuk mengetahui karakteristik A. hydrophila yang hidup di ikan sehat secara biokimia dan morfologi. 2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan A. hydrophila yang didapat dari beberapa ikan sehat berdasarkan sikuen gen 16S. 3. Untuk mengetahui keberadaan gen-gen virulen dari setiap isolat bakteri A. hydrophila yang didapat dari ikan sehat. E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai karakteristik bakteri A. hydrophila dari ikan sehat. 2. Memberi gambaran mengenai hubungan kekerabatan bakteri A. hydrophila yang diisolasi dari beberapa ikan sehat.

5 3. Dapat menggambarkan potensi patogen dari setiap bakteri A. hydrophila dilihat dari kelimpahan gen-gen virulen yang dimilikinya. 4. Dapat dijadikan sebagai landasan awal dalam pengontrolan perkembangan jangkitan penyakit pada ikan yang disebabkan oleh bakter A. hydrophila. 5. Sebagai tambahan ilmu khususnya bidang mikrobiologi dan biologi molekuler. F. Batasan Penelitian 1. Ikan sehat yang digunakan merupakan ikan air tawar yaitu ikan tawes, ikan mas, ikan lele, ikan gurame, dan ikan nila. 2. Organ yang digunakan dalam mengisolasi bakteri A. hydrophila yaitu intestin. 3. Primer yang digunakan untuk amplifikasi gen 16S adalah primer forward 27F dan primer reverse 1492R (Lane, 1991; Hill et al., 2003). 4. Isolat bakteri A. hydrophila yang digunakan merupakan bakteri yang didapat dari beda jenis ikan atau ikan yang sejenis namun beda individu.