BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

Transkripsi

1 59 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balai Benih Ikan (BBI) adalah sarana pemerintah untuk menghasilkan benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka peningkatan produksi perikanan. Tugas dan fungsi BBI dimaksudkan untuk menetapkan penerapan teknologi pembenihan ikan yang lebih baik, menurunkan mortalitas terutama pada stadia larva dan pendederan (Purbomartono et al., 2006). BBI Desa Pesanggrahan selama ini telah membudidayakan berbagai jenis ikan air tawar baik dari pembenihan, pendederan, maupun pembesaran, salah satunya adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Kolam yang digunakan dalam pembenihan ikan lele dumbo (C.gariepinus) ada 2 kolam dari 24 kolam budidaya ikan air tawar. BBI tersebut telah memperoleh hasil produksi yang menguntungkan. Setiap tahunnya dapat menghasilkan benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) sekitar ± ekor, akibat adanya penyakit yang muncul menjadi ekor setiap tahunnya. Setiap panennya sekarang ini BBI Desa Pesanggrahan hanya memperoleh ± ekor benih ikan lele dumbo, sehingga hasil yang diperoleh kurang menguntungkan dan kurang memuaskan. Lele dumbo (C. gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang berprotein tinggi dan merupakan komoditas perikanan yang cukup populer di kalangan masyarakat. Lele dumbo (C. gariepinus) memiliki berbagai 1

2 2 keunggulan antara lain mudah dipelihara, proses pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang cukup tinggi. Budidaya ikan lele dumbo (C.gariepinus) lebih mudah dibandingkan ikan tawar lainnya seperti gurami, tawes, nila, nilem, dan masih banyak ikan air tawar lainnya (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Dalam usaha budidaya ikan tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi hasil budidaya, salah satunya yaitu penyakit (Bhakti, 2011). Pada kegiatan budidaya ikan, fase pembenihan merupakan fase yang paling rawan dan sensitif terhadap serangan penyakit, yaitu parasit. Dalam budidaya ikan kewaspadaan terhadap hama dan penyakit yang menyerang benih harus mendapat prioritas yang utama supaya produksi budidaya ikan tidak mengalami penurunan, bahkan dapat mengalami kematian ikan, dan kerugian ekonomi (Purbomartono, 2005). Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yanng berasal dari dalam, seperti gangguan pada genetik, kekebalan, dan metabolisme. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang bersifat patogen dan non patogen. Faktor eksternal yang bersifat patogen antara lain virus, parasit, jamur, bakteri, dan protozoa, sedangkan faktor yang bersifat non patogen antara lain suhu, ph, nutrisi, dan kualitas air (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Syakuri et al., 2004). Salah satu penyebab timbulnya penyakit pada ikan yaitu adanya parasit. Penyakit merupakan salah satu masalah yang sangat serius dalam usaha budidaya ikan (Khoiron, 2005 dalam Ertanti,

3 3 2011). Penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit disebut penyakit parasiter (Irianto, 2005). Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Serangan parasit dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Efek ekonomis parasit pada ikan antara lain pengurangan populasi ikan konsumsi, pengurangan berat ikan dan terjadinya perubahan morfologi ikan (Akbar, 2011). Organisme parasit berdasarkan tempat infestasinya dibedakan menjadi ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup dalam permukaan luar tubuh inang (ikan), di dalam liang-liang kulit yang mempunyai hubungan dengan dunia luar. Endoparasit adalah parasit yang hidup pada organ dalam tubuh ikan seperti alat-alat tubuh (hati, paru-paru, limpa, ginjal, dan otak) dan dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem pernafasan, persendian dalam otot daging dan jaringan tubuh lain (Widyastuti et al., 2002 dalam Rochmawati, 2006). Ikan yang terserang ektoparasit dapat mengalami kerugian yaitu tingkat mortalitas yang tinggi dalam budidaya (Stickney, 1994 dalam Syakuri et al., 2004). Selain mengakibatkan kematian juga dapat mengakibatkan kerugian non letal, seperti pertumbuhan yang lambat, penurunan efisiensi pencernaan, dan faktor predisposisi bagi infeksi jamur, bakteri, dan virus. Ektoparasit dapat mempengaruhi tingkah laku ikan dan sensitifitas terhadap stressor, serta menurunkan nilai jual ikan itu sendiri (Sommerville, 1998 dalam Syakuri et al., 2004). Organisme ektoparasit pada ikan di antaranya ektoparasit protozoa, ektoparasit golongan

4 4 trematoda, dan ektoparasit golongan crustacea (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Rokhmani, 2009). Bagi ikan yang sudah terkena hama dan penyakit, tidak ada tindakan yang lebih baik selain melakukan upaya pengobatan. Cara yang biasa dilakukan pada ikan lele dumbo (C. gariepinus) yang terserang penyakit, yaitu pemberian bahan kimia atau garam sebagai tindakan pengobatan. Agar tindakan pengobatan berhasil dengan baik, perlu dilakukan identifikasi penyebab penyakit terlebih dahulu. Ikan yang terkena serangan hama dan penyakit sebenarnya dapat dilihat dari tingkah laku dalam kesehariannya. Namun, terkadang sulit untuk mendeteksi gejala ikan yang terserang hama dan penyakit. Kebanyakan para pembudidaya ikan terlambat untuk mengatasi, hal ini disebabkan karena tidak mampu mendeteksi dan mengidentifikasi penyakit yang timbul. Kondisi ini dapat mempengaruhi produksi dan kualitas ikan itu sendiri serta dapat merugikan usaha budidaya perikanan baik dari segi ekonomi maupun biologi (Mukaromah, 2011). Dari hasil wawancara dengan Bapak Sobari S.Pt selaku kepala UPT Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan, diperoleh informasi bahwa BBI Desa Pesanggrahan telah memperoleh hasil yang menguntungkan dari kegiatan budidaya ikan. Namun, saat ini sedang mengalami penurunan produksi, salah satunya disebabkan oleh penyakit ektoparasit. Dari hasil wawancara tersebut perlu diadakan penelitian untuk mengetahui jenis ektoparasit yang menyerang benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) sehingga dapat ditangani lebih lanjut

5 5 dan diharapkan agar usaha budidaya ikan dapat meningkat. Penelitian mengenai identifikasi ektoparasit sudah pernah dilakukan oleh Purbomartono et al. (2006) yaitu meneliti penyakit ektoparasit terhadap benih ikan tawes di Balai Benih Ikan Sidabowa dan Kutasari. Hasilnya ditemukan 7 jenis ektoparasit yang menginfeksi benih ikan tawes yang terdiri dari Trichordina sp., Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus sp., Epistyilis sp., Chilodonella sp., Vorticella sp., dan Apiosoma sp. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. jenis ektoparasit apa saja yang terdapat pada benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, 2. bagaimana tingkat infeksi ektoparasit pada benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. mengetahui jenis ektoparasit apa saja yang terdapat pada benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan

6 6 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, 2. mengetahui tingkat infeksi ektoparasit pada benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi bagi pembudidaya ikan lele dumbo (C. gariepinus) tentang jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi tubuh ikan lele dumbo (C. gariepinus) serta tingkat infeksi ikan lele dumbo yang terserang penyakit. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para pembudidaya ikan lele dumbo (C. gariepinus) dapat melakukan manajemen budidaya ikan dengan baik sehingga dapat mengurangi serangan parasit dan dapat mengurangi tingkat mortalitas benih lele dumbo (C. gariepinus). Selain itu, diharapkan dapat melakukan tindakan pengobatan ikan yang terserang parasit.