AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

Slamet M. Usman 1) 1. Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar

BAB IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah preferensi dan tingkat kepuasan peternak

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanian dan peternakan.pada umumnya sebagian besar penduduk. yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

III. METODE PENELITIAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

KAJIAN KINERJA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API EKSEKUTIF JURUSAN MALANG JAKARTA (Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima)

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

BAB 3 METODOLOGI Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODE PENELITIAN. menurut keadaan yang ditemukan di lapangan (facts finding) (Nawawi, 1998:73).

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS DAYA DUKUNG PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM SKRIPSI. Oleh : AHMAD ZEKI

III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

Transkripsi:

50 ANALISIS PERSEPSI DAN HARAPAN PETERNAK SAPI MADURA TERHADAP SISTEM BAGI HASIL TERNAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN Agus Widodo 1), Agung Budianto Ahmad 1), Lita Rakhma Yustinasari 2) 1)Fakultas Vokasi, 2) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling melalui wawancara berdasarkan koesoner terhadap 60 responden peternak sapi Madura yang mengakses sistem bagi hasil ternak dalam usahanya. Data tersebut selanjutnya dilakukan analisis imfortance-performance (IPA) menggunakan program SPSS untuk mengetahui persepsi dan harapan peternak sapi Madura terhadap mekanisme sistem bagi hasil. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sistem bagi hasil ternak yang selama ini ada di kecamatan belum memenuhi kebutuhan dan keinginan peternak. Tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginan peternak ditunjukkan oleh beberapa atribut yang masuk ke dalam kuadran I pada diagram kartesius, yaitu biaya pakan tambahan dan resiko kematian. Atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran II merupakan atribut untuk dipertahankan yaitu atribut harga bakalan, biaya inseminasi buatan, dan pembagian hasil pendapatan. Atribut yang masuk ke dalam kuadran III merupakan atribut yang dianggap kurang penting dan kenyataan kinerjanya tidak terlalu istimewa, yaitu lama pemeliharaan dan biaya pengobatan. Kuadran IV merupakan kuadran yang memiliki kinerja berlebihan dan dalam sistem bagi hasil ternak tidak ada atribut yang masuk dalam kuadrat ini. Kata Kunci: Persepsi, Harapan, Sistem bagi hasil, Sapi madura Pendahuluan Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan suatu usaha ternak sapi potong tergantung pada tiga unsur yang saling terkait yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen yang dimaksud antara lain: pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, per-kandangan dan kesehatan ternak. Ada beberapa alasan peternak memilih sapi potong madura untuk dibudidayakan antara lain sebagai sumber pendapatan, protein hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk. Alasan lain adalah sebagai penghasil bibit, sumber tabungan, kemudahan dalam pemeliharaan dan

51 kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian dan pakan yang berlualitas rendah (jerami padi), daya adaptasi yang tinggi terhadap panas dan mempunyai kinerja reproduksi lebih baik dibandingkan dengan sapi persilangan, serta dagingnya banyak yang disukai oleh konsumen (Suryana, 2009). Usaha ternak sapi Madura bersifat peternakan rakyat yang umumnya hanya dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dan kepemilikannya sapi kurang dari tiga ekor sapi. Peternak dalam menjalankan usahanya memiliki keleluasaan untuk memilih dan menggunakan berbagai sumber modal baik dari dalam maupun dari luar. Penelitian sebelumnya tentang kajian sistem permodalan guna peningkatan populasi peternak sapi Madura di kecamatan diketahui bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 64.38% memiliki modal bersumber dari dalam dan 35.61% berasal dari luar. Dari 35.61% tersebut, diketahui juga bahwa 57.69% peternak memilih sistem permodalan bagi hasil (maro), 30.77% memilih mengakses modal dari yayasan, dan 11.15% memilih pinjaman dari bank (Widodo dan Ahmad, 2016). Berdasarakan penelitian tersebut maka perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis persepsi dan harapan peternak sapi madura terhadap sistem bagi hasil ternak di kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui persepsi peternak sapi madura terhadap sistem bagi hasil ternak di kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan yang selama ini telah berjalan, 2) mengetahui harapan peternak sapi madura terhadap pelaksanaan sistem bagi hasil ternak di kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan sebagai langkah perbaikan. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara purposive sampling melalui wawancara berdasarkan koesoner yang telah disiapkan terhadap 60 responden dalam hal ini adalah peternak sapi madura di kecamatan yang mengakses sistem bagi hasil ternak dalam menjalankan usahanya. Data yang terkumpul dapat berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan dan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Bangkalan. Data-data tersebut selanjutnya dilakukan analisis imfortance-performance (IPA) menggunakan program SPSS dengan tujuan untuk mengetahui persepsi dan harapan peternak sapi madura terhadap mekanisme

52 sistem bagi hasil ternak di kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan. Tahapan pertama dalam metode Importance Performance Analysis (IPA) yaitu menentukan tingkat kesesuaian antara tingkat persepsi dan tingkat harapan, atribut-atribut yang diteliti melalui perbandingan skor harapan dengan skor persepsi. Rumus tingkat kesesuaian yang digunakan adalah (Santoso, 2011): Y = rata-rata tingkat harapan seluruh atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen. K = Tahapan terakhir yaitu penjabaran tiap atribut dalam diagram kartesius keterangan: Tki = tingkat kesesuaian Xi = skor persepsi Yi = skor harapan Tahap kedua yaitu menghitung rata-rata untuk setiap atribut yang dipersepsikan oleh peternak, dengan rumus : keterangan: = skor rata-rata persepsi = skor rata-rata harapan n = jumlah responden Selanjutnya dihitung rata-rata seluruh atribut harapan (X) dan persepsi (Y) yang menjadi batas dalam diagram kartesius, dengan rumus : keterangan: X = rata-rata skor tingkat persepsi seluruh faktor atau atribut Gambar 1. Diagram Kartesius Kuadran A adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang tingkat harapan diatas rata-rata, tetapi pada kenyataannya faktorfaktor tersebut persepsinya dibawah rata-rata. Kuadran B adalah wilayah yang memuat faktor harapan yang dianggap penting dan faktor tersebut persepsinya diatas rata-rata. Kuadran C adalah wilayah yang memuat faktor harapan dianggap kurang penting dan pada kenyataannya juga tidak terlalu istimewa. Selanjutnya, kuadran D ialah wilayah yang memuat faktor harapan kurang penting oleh peternak dan persepsi berada dibawah rata-rata (Rangkuti, 2003). Atribut yang dipakai dalam sistem bagi hasil ternak tersebut meliputi 1) kesepakatan harga bakalan, 2) lama pemeliharaan, 3) biaya pakan tambahan, 4) biaya pengobatan, 5) biaya inseminasi

53 buatan (IB), 6) pembagian hasil pendapatan dan 7) Resiko kematian. Hasil Dan Pembahasan Kondisi Umum dan Profil Peternak Sapi Madura di Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan. Kecamatan Tanah Merah terdiri dari 23 desa dengan luas wilayah 6.856 Ha. Ketinggian wilayah rata-rata 470 mdpl dan suhu rata-rata lingkungan yaitu 26-32C 0. Sebagian besar wilayah kecamatan Tanah Merah merupakan dataran dan persawahan. Usaha peternakan sapi Madura yang dijalankan oleh peternak di sini bukanlah sebagai sumber mata pencaharian utama, karena hasil penjualan ternak hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu saja misalnya untuk biaya masuk sekolah anak dan untuk tabungan. Pekerjaan utama mereka sebagian besar adalah petani, pedagang, dan dibidang lainnya. Peternak sapi Madura di kecamatan Tanah Merah umumnya memiliki lataran belakang pendidikan yang rendah dan bahkan ada yang tidak memiliki latar belakang pendidikan mencapai 47,58 % responden.. Rerata umur peternak 47,58 tahun dengan pengalaman lama beternak 10-15 tahun mencapai 33.33 % responden. Data karakteristi, pengalaman dan pendidikan responden secara lengkap bisa diamati pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik, pengalaman dan pendidikan responden Karakteristik Umur responden Tahun Rerata 47.58 Pengalaman Beternak (%) 1-5 tahun 11.67 5-10 tahun 26.67 10-15 tahun 33.33 > 20 tahun 28.33 100 Pendidikan Responden (%) Tidak Sekolah 46.67 SD 28.33 SLTP 16.67 SLTA 8.33 100 Sumber : Data primer 2016 (sudah diolah) Kepemilikan sapi oleh peternak mayoritas kurang dari tiga ekor (milik sendiri) yang terlihat pada Tabel 2. Pengelolaan sebagian besar menerapkan sistem pemeliharaan menggunakan semi intensif. Sistem ini dirasa lebih memudahkan peternak terutama dalam hal penghematan tenaga untuk mencarikan rumput. Sapi dengan sistem ini masih diberikan kesempatan untuk mencari makanan hijauan sendiri walaupun

54 tak sebebas seperti sistem ektensif. Pada musim penghujan peternak sapi biasanya mengandalkan rumput gajah, rumput lapang, daun-daunan, sedangkan musim kemarau pakan yang diberikan limbah pertanian kering, daun kering, dan sebagainya (Siswijono dkk., 2014). Tabel 2. Data kepemilikan sapi oleh peternak Responden Jumlah Rerata Persentase 60 Sapi yang dipelihara : - Punya sendiri - Titipan 127 41 2.54 1.78 75.60 24.40 Total 168 4.32 100 Sumber : Data primer 2016 (sudah diolah) Analisis Tingkat Kesesuaian Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan dengan skor kepentingan, sehingga tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan skala prioritas (Yola dan Duwi, 2013). Pada Tabel 3 dapat diketahui nilai rata-rata kesesuaian yaitu 81,84% sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan atribut-atribut tersebut masuk dalam kategori sesuai. Menurut Sukardi dan Cholidis (2006), jika nilai dari tingkat kesesuaian mendekati 100% dan berada di atas rata-rata maka dapat dikatakan tingkat kesesuaian sudah baik. Tabel 3. Tingkat kesesuaian No Atribut 1 Harga bakalan 2 Lama pemeliharaan 3 Biaya pakan tambahan 4 Biaya pengobatan 5 Biaya Inseminasi buatan (IB) 6 Pembagian hasil pendapatan 7 Resiko kematian Tingkat Tingkat Persepsi Harapan (p) (e) Gap p-e 2.70 3.33-0.63 2.13 2.58-0.45 2.08 3.07-0.98 2.43 2.87-0.43 2.70 3.12-0.42 3.00 3.07-0.07 2.32 3.22-0.90 Sum 17.37 21.25-3.88 c line 2.48 3.04-0.55 Sumber: Data primer 2016 (sudah diolah) Analisis Tingkat Persepsi dan Harapan Rata-rata persepsi tiap atribut merupakan dasar untuk menentukan apakah kinerja dari sistem bagi hasil ternak yang selama ini berjalan di kecamatan sudah baik atau belum yaitu dengan cara membandingkannya terhadap rerata dari rata-rata Tki % 81.00 82.58 67.93 84.88 86.63 97.83 72.02 572.88 81.84

55 seluruh atribut (X) dan hasilnya diperoleh sebesar 2,48. Rata-rata harapan tiap atribut merupakan dasar untuk menentukan apakah atribut tersebut penting atau tidak penting, yaitu dengan membandingkannya terhadap rerata dari rata-rata seluruh atribut (Y) dan hasilnya diperoleh sebesar 3,04. Gambar 2. Hasil Diagram Kartesius Nilai rata-rata persepsi dan harapan tersebut digunakan untuk menganalisis data dalam diagram kartesius pada Gambar 2. Kuadran I merupakan kuadran yang memiliki tingkat kepuasan masih sangat rendah sehingga menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Adapun atribut yang masuk dalam kuadran I, dapat diurutkan sesuai tingkat prioritasnya adalah sebagai berikut: Biaya pakan tambahan, resiko kematian. Biaya pakan tambahan yang dikeluarkan selama ini dibebankan pada peternak sebagai pihak pengelola. Peternak berharap biaya pakan tambahan tersebut seharusnya dibebankan pada pihak pemilik sapi. Biaya pakan tambahan yang dikeluarkan peternak selama masa pemeliharanaan dari hasil wawancara sekitar 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Terkait resiko kematian ternak dalam sistem bagi hasil ternak harus dipertegas dalam perjanjian sistem ini sehingga kemungkinan terjadi kesalah pahaman antara peternak dengan pemilik bisa dihindari. Peternak sebagai pengelola berharap ada mekanisme pembagian beban resiko kematian ternak yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa peternak berharap ada pembagian beban resiko kematian ternak dengan mayoritas imbangan beban antara pemilik dan pengelola yaitu 50 : 50 Kuadran II merupakan kuadran yang diharapkan oleh peternak dan atribut-atribut tersebut telah sesuai dengan yang dirasakan oleh peternak. Atribut pada kuadran II juga dapat diurutkan sesuai tingkat prioritas untuk dipertahankan yaitu : harga bakalan, biaya inseminasi buatan, Pembagian hasil pendapatan. Terkait harga bakalan ternak yang dipelihara selama ini dirasakan peternak sudah sesuai harapan, Biaya inseminasi buatan yang selama ini dibebankan kepada peternak sebagai pengelola juga dirasakan telah sesuai harapan. Besarnya biaya inseminasi buatan

56 yang selama ini ditanggung prternak sekitar 100-300 ribu selama masa pemeliharanaan. Pembagian hasil pendapatan pada sistem bagi hasil ternak selama ini sudah sesuai harapan peternak dengan imbangan pembagian pendapatan antara peternak dan pemilik adalah 50 : 50. Kuadran III merupakan kuadran dengan prioritas rendah yang diartikan bahwa kuadran ini memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh peternak dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Pengurutan atribut dalam kuadran III menurut tingkat prioritas untuk dilakukan perbaikan adalah sebagai berikut yaitu lama pemeliharaan, biaya pengobatan. Peternak sapi Madura di kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan tidak mempermasalahkan lamanya pemeliharaan ternak. Demikian pula biaya pengobatan karena sebagian besar peternak telah melakukan pengobatan tradisional secara mandiri untuk ternak yang dipelihara. Pemerintah melalui dinas pertanian kabupaten Bangkalan selama ini juga telah melakukan program pelayanan dan pengobatan gratis bagi peternak sapi madura di kecamatan Tanah Merah sehingga peternak tidak mempermasalahkan biaya pengobatan yang selama ini menjadi beban peternak. Atribut-atribut pada kuadran IV mempunyai tingkat kepentingan yang rendah, tetapi memiliki tingkat pelaksanaan kinerja tinggi. Dari ketujuh atribut yang dipakai dalam penelitian tidak ada yang masuk dalam kuadran IV sehingga bisa dikatakan kesemua atribut yang dipakai dalam sistem bagi hasil ternak tidak berlebihan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa sistem bagi hasil ternak yang selama ini berjalan dimasyarakat peternak kecamatan belum memenuhi kebutuhan dan keinginan peternak. Tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginan peternak ditunjukkan oleh beberapa atribut yang masuk kedalam kuadran I pada diagram kartesius, yaitu: Biaya pakan tambahan, Resiko kematian. Atribut-atribut yang masuk kedalam kuadran II merupakan atribut untuk dipertahankan yaitu atribut harga bakalan, biaya inseminasi buatan, pembagian hasil pendapatan. Atribut-atribut yang masuk kedalam kuadran III merupakan atribut yang dianggap kurang penting dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa yaitu lama pemeliharaan, biaya pengobatan. Kuadran IV merupakan kuadran yang memiliki kinerja berlebihan, Dari ketujuh atribut yang dipakai dalam penelitian tidak ada yang

57 masuk dalam kuadran IV sehingga bisa dikatakan kesemua atribut yang dipakai dalam sistem bagi hasil ternak tidak berlebihan. Saran Berdasarkan hasil penelitian sistem bagi hasi ternak yang berjalan selama ini di kecamatan perlu untuk dilakukan perbaikan sistem dalam hal atribut-atribut yang masuk kedalam kuadran I sebagai prioritas utama sesuai dengan urutan prioritasnya. Pemerintah, pemilik modal dan bank seharusnya memperhatikan antribut-atribut yang masuk kedalam kuadran I sebagai dasar untuk melakukan kebijakan publik dan infestasi dalam bidang peternakan sapi madura khususnya di wilayah kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan. Daftar Pustaka Rangkuti, F. 2003. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Santoso. 2011. Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Bakpao Telo dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA). Jurnal Teknologi Pertanian 12(1): 9. Siswijono S. B., V. M. A. Nurgiartiningsih dan Hermanto. 2014. Pengembangan Model Kelembagaan Konservasi Sapi Madura. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24(1): 33 38. Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian 28(1): 29-37. Widodo, A dan Ahmad, A.B. 2016. Kajian Sumber Permodalam Kajian Sistem Permodalan Guna Peningkatan Populasi Peternakan Sapi Madura di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan. Laporan Penelitian Dana RKAT Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya. Yola, M dan Budianto, D. 2013. Analisis Kepuasaan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan dan Harga Produk pada Supermarket dengan Menggunakan Metode Importance Performance Analysis (IPA). Jurnal Optimasi Sistem Industri 12(12): 301-309.