1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat auliaputrielison@gmail.com ABSTRACT This research is motivated by the presence of learners who do not dare to express opinions or feelings at the time of study. The purpose of this study to describe: (1) The impact of assertive behavior of learners seen from the passive attitude, (2) The impact of assertive behavior of learners seen from aggressive attitude. This research is quantitative descriptive research. The population of this study are students of class X SMA Negeri Pasaman. The sampling technique was done by purposive random sampling with the number of samples in this study were 28 students. Technique used to analyze data by using program Microsoft Exel 2007. The instrument used is questionnaire. While for data analysis used technique percentage. The result of this research reveals that in general the impact of the behavior is not assertive learners in interaction in class X is in enough category. The result of the research based on sub-variables are: (1) the impact of assertive behavior of learners seen from the passive attitude is in enough category (2) the impact of assertive behavior of learners in interaction in view of aggressive attitude is in enough category. Based on the findings of this study recommended to the relevant parties that learners to further improve the behavior of nonassertive learners in interacting in class X SMA 1 Pasaman. Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude PENDAHULUAN Pendidikan formal di sekolah mengembangkan kecerdasan emosional, kecerdasan berfikir, kecerdasan spritual dan lain sebagainya serta diiringi dengan kreatifitas yang tinggi. Semua ini hanya dapat diperoleh melalui dunia pendidikan, artinya pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang bermutu dan berkualitas tinggi yang menjadi penerus bangsa ini, kualitas atau kemampuan itulah individu dapat hidup dan berkembang secara baik. Sebagian besar dari kemampuan itu harus dipelajari seperti komunikasi. 1
2 Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerja sama dalam berinteraksi. Albert dan Emmons (2008:45) asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain. Dengan demikian, perilaku assertive secara keseluruhan merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkapkan baik secara verbal maupun nonverbal akan kebutuhan pada dirinya yang berupa ide, gagasan serta harapan-harapan, sekalipun yang bersifat negatif namun penyampaiannya secara tegas serta tanpa menyakiti perasaan orang lain. Zatrow 1987 (Nursalim, 2005: 127) menyebutkan orang yang bertindak tidak assertive dapat menjadi pasif dan agresif, dapat dilihat perilaku pasif adalah individu akan terlihat ragu-ragu dalam berbicara, melihat kearah lain, memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaannya sendiri, tidak mampu mengekspresikan pendapat, dan menilai dirinya lebih rendah dari pada orang lain, sementara individu yang bersifat agresif dapat dilihat dari individu yang berbicara keras, menghina dan kasar, menilai dirinya lebih tinggi dari pada orang lain, dan menyakiti orang lain untuk tidak menyakiti dirinya. Corey 2001 (Hartono, 2012: 129) assertive sangat berguna bagi mereka yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau rasa tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak, dan merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikirannya sendiri. Namun pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Lemah dalam berkomunikasi dan gagal dalam mengungkapkan pendapat akan membuat individu merasa tertekan dan dikucilkan oleh teman sebayanya. Menurut Gerungan (2002:58) Interaksi teman sebaya adalah suatu bentuk hubungan antara dua atau lebih anak dimana anak yang satu
3 mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan anak yang lain atau sebaliknya dan hubungan ini terjadi antara anak yang memiliki usia relatif sama atau sebaya. Dimana teman sebaya merupakan anak-anak yang belajar memformulasikan dan menyatakan pendapat mereka, menghargai sudut pandang teman sebaya, menegosiasikan solusi atas perselisihan secara kooperatif, dan mengubah standar perilaku yang diterima oleh semua. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa interaksi teman sebaya adalah suatu hubungan sosial antar individu yang mempunyai tingkatan usia yang hampir sama, serta di dalamnya terdapat keterbukaan, tujuan yang sama, kerjasama serta frekuensi hubungan dan individu yang bersangkutan akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Berdasarkan hasil observasi selama mengikuti PLBK sekolah peneliti dapat melihat masih banyaknya peserta didik yang tidak assertive dalam berinteraksi dengan teman sebaya, seperti adanya ditemukan peserta didik yang tidak berani mengemukakan pendapat atau perasaannya pada saat belajar, adanya peserta didik yang tidak berani menjawab pertanyaan guru pada saat belajar, adanya peserta didik yang tidak berani mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya dalam berinteraksi, dan adanya peserta didik yang lebih mengutamakan perasaan orang lain dari pada mengeutamakan perasaannya sendiri, hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru BK dimana adanya peserta didik yang tidak mampu untuk mempertahankan atau membela hak maupun kepentingan pribadinya, adanya peserta didik yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, adanya peserta didik yang tidak mau kalah dalam berpendapat, adanya peserta didik yang berbicara keras kepada teman, adanya peserta didik yang menilai dirinya lebih rendah dari pada orang lain. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Dampak Perilaku Tidak Assertive Peserta Didik dalam
4 Berinteraksi di Kelas X SMA Negeri 1 Pasaman. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. assertive peserta didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap pasif di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman. 2. assertive peserta didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap agresif di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman. Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak perilaku assertive peserta didik dilihat dari sikap pasif dan agresif? METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Margono (Darmawan, 2013:37) penelitian kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 03-07 Juli 2017 di SMA Negeri 1 Pasaman. Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pasaman yang berjumlah 28 orang. Mengingat populasi dalam penelitian ini berjumlah 28 orang. Maka untuk pengambilan sampel digunakan teknik purposive random sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan atau semua populasi dijadikan yaitu pemilihan sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti dengan teknik purposive random sampling yaitu peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman yang berjumlah 28 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data
5 dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Menurut Bungin (2011:132) sumber data ada dua yaitu: a) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer diperoleh dari Peserta didik Kelas X di SMA Negeri 1 Pasaman. b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari guru BK SMA Negeri 1 Pasaman. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadministrasikan questioner (angket). Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah peneliti ini digunakan atau disusun instrument dalam bentuk angket. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini adalah untuk melihat dampak perilaku tidak berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman. 1. Dampak Perilaku Tidak Assertive Peserta Didik dalam Berinteraksi Dilihat dari Sikap Pasif di Kelas X SMA Negeri 1 Pasaman Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman dapat diketahui bahwa dampak didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap pasif adalah 17 dari 28 kategori cukup, 7 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 4 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit. Jadi dapat disimpulkan dampak perilaku tidak assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman dilihat dari sikap pasif tergolong pada kategori cukup. a) Individu akan Terlihat Ragu dalam Berbicara. assertive peserta didik dalam berinteraksi pada aspek individu akan terlihat ragu dalam berbicara diketahui bahwa 14 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori cukup, 13 dari 28 orang peserta didik
6 berada pada kategori sangat banyak, 1 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit. Menurut Bovee 1998 (Zulkarnain, 2013:62) komunikasi sebagai proses mengirim dan menerima pesan, serta dikatakan efektif jika pesan tersebut dapat dimengerti dan menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk bertindak sesuai dengan pesan tersebut. Pada dasarnya setiap orang dapat berbicara, namun tidak semua orang dapat berbicara baik dan komunikatif di depan umum. Berbicara adalah cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan, Seperti didalam sebuah aktivitas belajar tentu antara individu satu dengan yang lainnya melakukan komunikasi. Berkomunikasi dengan orang lain merupakan situasi yang hampir terjadi diseluruh proses kehidupan, komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif sangat diperlukan untuk menyampaikan ide, gagasan dan pengetahuan kepada orang lain. Terkait dengan pandangan di atas maka dapat disimpulkan dampak perilaku tidak assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman tergolong pada kategori cukup, maka perlu peningkatan terhadap perilaku assertive peserta didik untuk tidak ragu dalam berbicara karna karena manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. b) Melihat Kearah Lain Saat Berbicara. berinteraksi pada aspek melihat kearah lain saat berbicara adalah 14 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori cukup, 12 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 2 dari 27 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, dan 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit.
7 Menurut pandangan Bull (Saam, 2013:14) mengemukakan komunikasi nonverbal meliputi intonasi dan tekanan suara, ekspresi wajah, gerakan tubuh, tatapan, jarak antar individu. Dalam hubungan antar manusia, bila komunikasi nonverbal sering digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran, atau perasaan maka hal tersebut akan memberi dampak positif terhadap kualitas hubungan mereka, dan sebaliknya. Terkait dengan pandangan di atas maka dapat disimpulkan dampak perilaku tidak assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman pada aspek melihat kearah lain saat berbicara tergolong pada kategori cukup, maka perlu peningkatan terhadap maka perlu peningkatan terhadap perilaku berinteraksi pada aspek melihat ke arah lain saat berbicara. c) Memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaan sendiri assertive peserta pada aspek memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaan sendiri adalah 23 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 5 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak, banyak, cukup. Menurut Redd 1980 (Nursalim, 2005:130) assertive direkomendasikan untuk individu yang mengalami kecemasan interpersonal, tidak mampu menolak tindakan orang lain, dan memiliki kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. aspek memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaan sendiri tergolong pada kategori sedikit, maka perlu peningkatan terhadap perilaku assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas pada aspek memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaan sendiri. d) Tidak Mampu Mengekspresikan Pendapat assertive peserta pada aspek tidak
8 mampu mengekspresikan pendapat adalah 18 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori banyak, 8 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat cukup, 2 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit dan sangat sedikit. Menurut Alberti dan Emmons 1975 (Nursalim, 2005: 126) sikap assertive merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, dimana individu tersebut mampu untuk mengekspresikan pendapatnya secara langsung, jujur, dan terbuka kepada orang lain. aspek tidak mampu mengeksperesikan pendapat tergolong pada kategori banyak, maka perlu peningkatan terhadap perilaku assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas pada aspek tidak mampu mengeksperesikan pendapat. e) Menilai Dirinya Lebih Rendah Dari Pada Orang Lain assertive peserta pada aspek menilai dirinya lebih rendah dari pada orang lain adalah 28 dari 28 kategori sangat banyak, 0 dari 28 kategori sangat banyak, cukup, sedikit, dan sangat. Menurut Masllow (2003: 84) melihat harga diri sebagai sesuatu yang merupakan kebutuhan setiap orang dan terasa mulai tingkat yang rendah sampai yang tinggi. Kebutuhan untuk dihargai di dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku seseorang dalam mendorong untuk melakukan bermacam-macam hal demi mendapatakan penghargaan dari orang lain.
9 aspek menilai dirinya lebih rendah dari pada orang lain tergolong pada kategori sangat banyak, maka perlu peningkatan terhadap perilaku assertive peserta didik dalam berinteraksi di kelas pada menilai dirinya lebih rendah dari pada orang lain. 2. Dampak Perilaku Tidak Assertive Peserta Didik Dalam Berinteraksi Dilihat Dari Sikap Agresif di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman dapat diketahui bahwa dampak didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap agresif adalah 17 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori cukup, 7 dari 28 kategori banyak, 4 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 0 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit. Jadi X SMA Negeri 1 Pasaman dilihat dari sikap pasif tergolong pada kategori cukup. berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman dilihat dari sikap agresif adalah sebagai berikut: a) Individu Yang Berbicara Keras berinteraksi pada individu yang berbicara keras yaitu 28 dari 28 kategori sangat sedikit, 0 dari 28 kategori sangat banyak, banyak, cukup, dan sedikit. Alberti dan Emmons (2008:45) mendefinisikan bahwa asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pribadi dan pihak lain. Dengan demikian, perilaku assertive secara keseluruhan merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkapkan
10 baik secara verbal maupun nonverbal akan kebutuhan pada dirinya yang berupa ide atau gagasan serta harapan-harapan, sekalipun itu bersifat negatif namun penyampaiannya secara tegas serta tanpa menyakiti perasaan orang lain. aspek berbicara keras tergolong pada kategori sangat sedikit, b) Menghina dan Kasar (Fisik dan Verbal) berinteraksi pada Menghina dan Kasar (Fisik dan Verbal) adalah 20 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 8 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori banyak, 0 dari 28 kategori sangat banyak, cukup, dan sangat sedikit. Menurut Moore dan Fine (2007: 04) membagi agresif dalam dua bentuk yaitu secara verbal dan secara fisik, dimana agresif fisik individu akan menghina, memaki, membentak dengan kata-kata kasar selanjutnya agresif fisik yaitu dimana individu menggunakan kemampuan fisik seperti memukul, dan menendang untuk menyakiti orang lain. aspek menghina dan kasar tergolong pada kategori sedikit. c) Menilai Dirinya Lebih Tinggi Dari Pada Orang Lain berinteraksi pada menilai dirinya lebih tinggi dari pada orang lain adalah 15 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori cukup, 7 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori banyak, 6 dari 28 orang peserta didik berada pada kategori sedikit, 0 dari 28 kategori sangat banyak dan sangat sedikit. Lazarus 1996 (Nursalim, 2005: 132) mengemukakan tujuan assertive adalah untuk
11 mengkoreksi perilaku yang tidak layak dengan mengubah responrespon emosional yang salah dan mengeleminasi pemikiran irasional. aspek menilai dirinya lebih tinggi dari pada orang lain berada pada kategori cukup. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai dampak didik dalam berinteraksi di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. assertive peserta didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap pasif di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman berada pada kategori cukup. 2. assertive peserta didik dalam berinteraksi dilihat dari sikap agresif di kelas X SMA Negeri 1 Pasaman berada pada kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA Alberti, R.dan Emmons, M. (2002). Your Perfect Right. Penerjemah Buditjahya. Jakarta: Media Komputindo. Ali, Moh dan Asrori, Moh. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Corey Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Perss. Nursalim Mochamad. (2005). Strategi Konseling. : Unessa University Press. Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.