Teten Ajak Masyarakat Makan Ikan

dokumen-dokumen yang mirip
Mengapa Klaim Bencana Montara di Laut Timor Ditolak Dua Kali?

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PENCEMARAN LINTAS BATAS AKIBAT KEBOCORAN THE MONTARA WELL HEAD PLATFORM DI LAUT TIMOR S K R I P S I

PERHITUNGAN BIAYA KERUGIAN AKIBAT TUMPAHAN MINYAK MONTARA DI PESISIR NUSA TENGGARA TIMUR

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR.

Hapus Dahaga Desa Nelayan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Agustus 2016 s/d 25 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Menteri KKP Salurkan Bantuan untuk Penyuluh Indramayu

IKAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DAN GIZI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA WISUDA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA ANGKATAN XLV TAHUN AJARAN 2013

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

Blok Masela Harus. Berikan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Agustus 2016 s/d 02 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 Juli 2016 s/d 18 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 14 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Mei 2016 s/d 02 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 29 Mei 2016

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS NAIKNYA HARGA DAGING SAPI DI INDONESIA. Oleh: Tegar Wangi Arlean

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Agustus 2016 s/d 08 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

SALINAN. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara. Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 Agustus 2016 s/d 21 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

TINJAUAN SEJARAH TERHADAP PENETAPAN PULAU-PULAU DI INDONESIA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

H. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas?

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas yang dilakukan oleh setiap individu. Indonesia

BAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

Transkripsi:

News Coverage Antara NTT, Kupang Fri, 28 April 2017 Pewarta: Aloysius Lewokeda Teten Ajak Masyarakat Makan Ikan Teten Masduki "Tingkat konsumsi ikan kita masih rendah dibandingkan negara lain padahal protein dari ikan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak maupun kesehatan generasi kita," kata Teten Masduki. Kupang (Antara NTT) - Kepala Kantor Staf Presiden RI Teten Masduki, mengajak masyarakat Nusa Tenggara Timur gemar makan ikan sebagai sumber protein untuk kebutuhan gizi generasi muda setempat. "Tingkat konsumsi ikan kita masih rendah dibandingkan negara lain padahal protein dari ikan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak maupun kesehatan generasi kita," katanya di Kupang, Jumat.

Dikatakannya hal itu ketika mewakili pemerintah pusat menghadiri acara Kampanye Gemar Makan Ikan bertajuk Perempuan MAMPU mudah bergerak: Sehat Untuk Semua Mewujudkan Generasi Emas 2045 di Pantai Lasiana, Kupang, yang bekerja sama dengan Pemerintah Australia. Menurutnya, di tahun 2045 yang bertepatan juga dengan usia kemerdekaan ke-100, Indonesia harus menjadi bangsa yang mampu bersaing dan unggul dengan negara-negara majuh lainnya dari berbagai aspek seperti teknologi, ilmu pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan lainnya. Pada 2045 pula, lanjutnya, bangsa ini akan didominasi dengan generasi muda di bawah 40 tahun yang akan meneruskan pembangunan di negara ini. "Untuk mewujudkan generasi yang handal itulah maka generasi mudah kita saat ini harus sehat, pintar, cerdas, salah satu caranya dengan gemar makan ikan sejak dini," katanya. Menurutnya, angka kondisi kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi mencapai 27 persen atau di atas standar yang ditoleransi dunia melalui organisasi kesehatan dunia WHO sebesar 20 persen. Untuk itu, kondisi gizi masyarakat harus diperbaiki salah satunya dengan meningkatkan minat untuk gemar mengkonsumsi ikan. Menurut Teten, daya konsumsi ikan di Indonesia pada umumnya masih rendah dibandingkan negaranegara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, China, Malaysia, Thailand. Umumnya, katanya, tingkat konsumsi ikan setiap orang di Indonesia masih sekitar 36 kilogram per tahun atau rata-rata tiga kilogram per 30 hari. Padahal Indonesia memiliki kekayaan protein laut yang besar dan kaya dengan didukung luas wilayah laut mencapai 70 persen. "Apalagi di NTT yang merupakan provinsi kepulauan dengan laut yang luas dan bersih tentu penghasilan ikannya besar,"ujarnya. Dalam hal ini, Teten menilai peran ibu-ibu rumah tangga setempat sangat penting karena umumnya bertugas menyediakan menu makanan dalam keluarga. "Karena itu ibu-ibu rumah tangga harus menyajikan ikan yang cukup untuk keluarga apalagi yang lagi hamil, menyusui, ataupun untuk anak-anak balita," katanya.

Montara Teten Masduki ketika ditanya soal kasus pencemaran Laut Timor akibat meledaknya kilang minyak Montara pada 21 Agustus 2009 mengatakan tidak mengetahui keberlanjutan dari kasus tersebut. "Saya tidak tahu kalau soal yang itu (kasus pencemaran Laut Timor). Saya ke Kupang dalam rangka mengikuti Kampanye Makan Ikan yang diikuti perwakilan Bappenas beserta perwakilan Pemerintah Australia, dan sejumlah komunitas perempuan setempat. Ketika ditanya lagi terkait keberlanjutan kasus pencemaran Laut Timor oleh perusahaan PTTEP Australasia yang juga mendapat sorotan dari DPR yang juga menjadi bagian dari komitmen pemerintah pusat untuk menyelesaikannya, Teten mengaku dirinya tidak mengetahui persoalan tersebut. "Saya tidak tahu soal itu jadi tidak bisa jawab, nanti malah sok tahu saya," katanya lagi. Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha dan Ketua DPP Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Hermawi Taslim berpendapat Pemerintah Indonesia harus menempuh jalur pidana kepada perusahaan pencemar Laut Timor. "PTTEP Australasia harus dipidanakan, karena perusahaan patungan antara Thailand dan Australia itu tidak pernah melakukan studi dan penelitian terkait dampak dari pencemaran tersebut," kata Satya W Yudha sejalan dengan Hermawi Taslim yang dihubungi secara terpisah dari Kupang, Minggu. Tumpahan minyak dan gas dari Blok Montara itu telah mencemari hampir 90 persen wilayah perairan Indonesia di Laut Timor serta merusak tanaman rumput laut milik nelayan Nusa Tenggara Timur akibat wilayah budidaya sudah terkontaminasi. Satya Yudha mengatakan pihak perusahaan pencemar PTTEP Australasia menyebut bahwa tidak ada pencemaran di kawasan perairan Indonesia hingga merembes ke wilayah pantai di Nusa Tenggara Timur. Namun, fakta menunjukkan bahwa ribuan petani rumput laut di Nusa Tenggara Timur tidak bisa melakukan budidaya terhadap "emas hijau" itu, karena wilayah perairan setempat sudah terkontaminasi dengan minyak dan gas. "Di sini, kita berharap ada ketegasan dari pemerintah Indonesia untuk memberikan sanksi pidana kepada perusahaan pencemar tersebut," kata anggota F-Golkar itu menegaskan.

Satya juga meminta dan mendesak pemerintah Indonesia untuk membekukan segala aktivitas PTTEP di Indonesia jika perusahaan tersebut tidak menunjukkan niat baik untuk menyelesaikan kasus pencemaran tersebut secara transparan dan menyeluruh. Seperti diketahui, baik PTTEP maupun Pemerintah Australia mengatakan bahwa tumpahan minyak Montara tidak pernah sampai di pantai-pantai di Indonesia. Hal itu berdasarkan pada penelitian ilmiah oleh dua perguruan tinggi di Indonesia bahwa tumpahan minyak itu dibawa angin dan arus kencang dari arus lintas Indonesia (Arlindo) di tengah Laut Timor menuju laut lepas Samudera Hindia. Sejumlah ilmuwan Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga melakukan penelitian untuk pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa tumpahan minyak Montara telah mencemari pantai-pantai di Indonesia. Bahkan, para peneliti juga memberi argumentasi bahwa para ilmuwan dan Deputy I Kemenko Bidang Kemaritiman Havaz Oegroseno berani pasang badan untuk mengajukan gugatan kerusakan ekosistem terhadap PTTEP ke pengadilan di Indonesia. Sementara, Ketua DPP Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Hermawi Taslim menjelaskan jalur pidana harus segera dilakukan oleh pemerintah Indonesia, karena ada unsur yang sudah dilanggar BUMN Thailand tersebut. PTTEP sebagai induk dari perusahaan PTTEP Australasia pun mengakui belum pernah melakukan studi setelah ledakan dari anjungan Montara pada 21 Agustus 2009 itu. "Proses hukum pidana harus ditempuh karena ada unsur yang sudah terpenuhi," katanya. Taslim mengatakan pemerintah Indonesia memiliki alasan kuat untuk membawa kasus ini masuk dalam perkara pidana dan bukan lagi masalah perdata agar kasus ini cepat selesai. Hal ini diperkuat lagi dengan dukungan sejumlah pakar yang membantu gugatan class action rakyat NTT di Australia juga sependapat dengan para ilmuwan yang membantu pemerintah Indonesia. Komunitas perempuan

Teten pada kesempatan itu juga bertemu komunitas perempuan Kota Kupang di Pantai Oeba dan Kelurahan Lasiana dalam rangka Kampanye Makan Ikan untuk memperbaiki asupan gizi masyarakat terutama protein melalui peningkatan konsumsi ikan. "Lewat pertemuan ini kita ingin menggerakan industri perikanan termasuk industri rumahan yang dikelolah masyarakat nelayan atau ibu-ibu rumah tangga di sini," katanya. Teten menyempatkan untuk berdiskusi dengan sejumlah nelayan yang baru kembali melaut di Pantai Oeba dan juga melihat kegiatan kelompok perempuan yang mengolah makanan berbahan ikan seperti abon dan dendeng ikan. Kelompok perempuan itu merupakan anggota Sekolah Perempuan binaan Pondok Pergerakan, LSM lokal setempat yang menjadi mitra kerja organisasi KAPAL Perempuan dan Program MAMPU. Menurut Teten, perempuan atau ibu-ibu rumah tangga memiliki peran strategis dalam menentukan asupan gizi terutama protein untuk anggota keluarganya. "Ibu rumah tanggalah yang memutuskan seperti apa menu dan pola konsumsi dalam keluarganya karena itu perannya sangat penting," katanya. Sehingga, lanjuntya, harus terus didorong agar tingkat konsumsi ikan dalam keluarga terus meningkat dari waktu ke waktu terutama ibu-ibu yang sedang hamil, menyusui, ataupun anak-anaknya yang masih balita. Ia mengatakan, langkah itu guna mendukung program utama pemerintah memperkuat sumber daya manusia generasi Indonesia yang sehat, pintar, dan cerdas sehingga nantinya mampu bersaing secara global. Ia menjelaskan, kondisi kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi mencapai 27 persen atau di atas standar yang ditoleransi dunia melalui organisasi kesehatan dunia WHO sebesar 20 persen. Sedang tingkat konsumsi ikan rata-rat setiap orang di Indonesia masih sekitar 36 kilogram per tahun atau 3 kilogram setiap bulannya. "Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang, Korea, China, Malaysia, Tahiland, tingkat konsumsi ikan masyarakat kita masih sangat rendah," katanya.

Padahal, lanjutnya, Indonesia memiliki kekayaan protein laut yang besar yang didukung dengan luas wilayah laut mencapai 70 persen, apalagi di Nusa Tenggara Timur yang merupakan provinsi kepulauan dengan laut yang luas dan bersih sehingga memiliki potensi perikanan yang besar. Untuk itu, menurut Teten, potensi itu harus dimaksimalkan dengan menggalakkan gerakan kampanye makan ikan untuk masyarakat setempat secara masif dan berkelanjutan. "Selain untuk mewujudkan generasi muda kita yang sehat, pintar, dan cerdas, ini juga berdampak meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan kita karena hasil perikanan bisa terserap secara maksimal," katanya. Editor: Laurensius Molan Source: http://kupang.antaranews.com/berita/2924/teten-ajak-masyarakat-makan-ikan