BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA EMERGING ADULT ANGGOTA SITUS ONLINE DATING DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Sumber : diakses pada 18 November pukul WIB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

Konsep diri, KDK, Sal

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri individu, yang bisa berupa perasaan perasaaan positif maupun negatif, tidak hanya menyangkut masalah pribadi dan psikologis termasuk juga di dalamnya interaksi sosial. Dikatakan juga oleh Coopersmith, (dalam Miller & Moran, 2012), Self-Esteem merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan sikap penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya, berarti, berhasil dan berharga. Menurut Baron dan Byrne (dalam Geldard, 2010), menyebut harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain dalam menjadi pembanding. Gecas dan Rosenberg (dalam Hurlock, 2007), mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi positif yang menyeluruh tentang dirinya. Sementara itu Coopersmith dan Rosenberg (dalam Lopez & Synder, 2003), mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengukur bagaimana seseorang menilai dirinya melalui bagaimana mereka dilihat oleh orang lain yang berperan penting atau berpengaruh dalam kehidupan mereka, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan anggota keluarga.. Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian Self-esteem, dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah penilaian individu secara pribadi terhadap dirinya sendiri secara positif dan negative yang dipengaruhi oleh pencapaiannya dalam hidupnya, kemampuannya secara keseluruhan, hasil interaksi dengan orang - orang yang penting dilingkungannya, dari sikap, penerimaan, penghargaan serta perlakuan orang lain terhadap dirinya. 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Self-esteem Menurut Monks (2004), Hurlock (2007), Twenge dan Crooke (dalam Mruk, 2006), menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-esteem seseorang kelima faktor tersebut yaitu: 7

8 A. Lingkungan Keluarga. Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Seperti pada contohnya dari orang-orang yang signifikan adalah orang tua dan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang. Jadi dengan adanya penerimaan dan juga penghargaan dari orang tua ataupun keluarga sangat mempengaruhi self-esteem seseorang. B. Lingkungan Sosial. Menurut Monks (2004), kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki pekerjaan dengan posisi yang bagus dengan jenjang yang pasti, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah dipandang memiliki kelas sosial yang lebih tinggi. Bentuk penghargaan dan penerimaan lebih baik yang diterima dari masyarakat dengan memiliki status sosial yang lebih tinggi menyebabkan individu yang dipandang dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. Sebalinya, kehilangan kasih sayang, penghinaan, kegagalan dan dijauhi teman sebaya akan menurunkan harga diri Lingkungan sosial merupakan tempat individu mempengaruhi bagi pembentukan harga diri. Individu mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai individu dengan lingkungannya. C. Faktor Psikologis. Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung, melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu. D. Jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam Dimensi dan batasan pola pikir, cara berpikir, dan bertindak antara laki-laki dan perempuan E. Cita-cita Menurut Hurlock (2007), bila seseorang memiliki keinginan yang tidak realistic atau keinginan yang terlampau tinggi akan rentan mengalami kegagalan. Dalam hal ini

9 akan menimbulkan keadaan tidak mampu dan reaksi bertahan, dimana orang tersebut akan cenderung menyalahkan orang lain atas kegagalannya. F. Suku & Etnis Twenge & Crooke (dalam Mruk, 2006), mengatakan bahwa seseorang akan memiliki self-esteem lebih tinggi ketika seseorang berasal dari suku atau etnis minoritas. Dikarenakan suku minoritas terfokus pada kualitas positif dan mengangkat status dari suku minoritas tersebut. 2.1.3 Fungsi Self-esteem Self-esteem juga memiliki peran penting sesuai dengan jenisnya. Dikatakan oleh Mruk (2006) Self-esteem merupakan suatu kompetensi dan kelayakan yang memiliki peran penting terhadap perilaku seseorang. Seperti halnya menurut Hill (2013), peran dari Self-esteem ialah berfungsi sebagai sebuah sumber daya yang melindungi individu dari ancaman potensial seperti penolakan atau kegagalan. Seseorang yang memiliki Self-esteem yang tinggi kurang memiliki potensi untuk melindungi diri dari penolakan dan kegagalan dikarenakan seseorang yang memiliki Self-esteem yang tinggi akan susah mengalami suatu kegagalan. Seseorang yang memiliki Self-esteem yang rendah jauh lebih berpotensi dalam melindungi diri dari penolakan. Seseorang dengan Self-esteem yang tinggi terbiasa untuk tidak cemas dengan adanya penolakan dan kegagalan, dibandingkan seseorang yang memiliki Self-esteem rendah. 2.1.4 Jenis Self-esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), menggolongkan Self-esteem menjadi 2 yaitu : 1. Self-esteem Tinggi Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), individu yang memiliki Self-esteem yang tinggi, merasa dirinya berharga namun tidak mengaggumi dirinya sendiri atau mengharapkan orang lain menghargai dirinya. Individu yang memiliki Self-esteem yang tinggi cenderung terus berintrospeksi diri dan mengembangkan dirinya. Dikatakan oleh Baumeister, Campbell, Krueger dan Vohs (dalam Mruk, 2006), Individu dengan Selfesteem tinggi merasa kehidupan, diri sendiri, masa depan akan lebih baik, dibandingkan dengan orang yang memiliki Self-esteem rendah. Seseorang yang memiliki Self-esteem tinggi mampu memecahkan masalah dibawah tekanan, mampu membantu pekerjaan yang membutuhkan inisiatif dan ketekunan. Dikatakan juga oleh Baumeister,

10 Campbell, Krueger & Vohs (dalam Mruk, 2006), seseorang yang memiliki Self-esteem tinggi dapat terhindar dari kecemasan, mampu menghadapi stress dan mampu menghadapi trauma. 2. Self-esteem Rendah Dikatakan oleh Rosenberg dan Owens (dalam Mruk 2006), individu yang memiliki Self-esteem rendah teridentifikasi memiliki karakterisrik rendah diri, terutama apabila dibandingkan dengan orang lain yang memiliki Self-esteem tinggi memiliki perasaan yang hipersensitiv, tidak stabil, memiliki rasa kurang percaya diri, menjadi lebih peduli dan lebih melindungi Self-esteem yang dimiliki dari ancaman yang mengancam Self-esteemnya, lebih menghindari mengambil sesuatu yang beresiko, pesimis, kesepian dan keterasingan. Dikatakan juga oleh Mruk (2006), beberapa penyebab Self-esteem rendah adalah mengalami trauma di masa kecil, mengalami pengkhiantan (yang menimbulkan perasaan depresi, permusuhan dan terisolasi), dan mengalami stigmatisasi (rasa menyalahkan diri sendiri dan malu). Walaupun self-esteem hanya dibagi menjadi 2, Coopersmith (1959, 1967) dan Rosenberg (1965) (dalam Mruk 2006), mengatakan bahwa terdapat jenis self-esteem normal. Pada perspektif self-esteem normal, seseorang cukup memiliki pengalaman positif untuk menghindari masalah, namun tidak mencapai keadaan yang benar benar tinggi, dan menginginkan kondisi self-esteem yng lebih tinggi. sehingga orang orang yang memiliki self-esteem normal berada pada kondisi yang cukup stabil, aman, seimbang dan mampu membuat self-esteemnya menjadi lebih tinggi. (Coopersmith (1959, 1967) & Rosenberg (1965), dalam Mruk, 2006). 2.2 Emerging Adult 2.2.1 Pengertian Emerging Adult Partisipan pada penelitian ini berusia 18 25 tahun, yang secara fase perkembangan berada pada Fase Emerging adult yaitu dengan rentang usia 18-29 tahun. (Arnett, 2000). Menurut Arnett dan Fishel (2013), pada usia 18-21 tahun memasuki tahap launching yang mana pada tahap ini emerging adults lebih menuju kemandirian seperti memilih perguruan tinggi, percintaan, ataupun tempat tinggal. Pada usia 22-25 tahun emerging adults memasuki tahap exploring salah satunya ialah aspek percintaan, dalam kehidupan percintaan emerging adults melalui proses seperti mencari cinta, mencintai, kehilangan cinta dan menemukan cinta yang baru namun pada tahap ini

11 emerging adults sudah mencari sesuatu yang lebih intim serta terlihat adanya kehidupan pernikahan yang membahagiakan. Sementara itu, menurut Arnett (2000), terdapat 5 hal dalam fase perkembangan emerging adult. 1. The Age Identity Exploration Pada usia emerging adult individu akan terus mencoba bermacam macam kemungkinan, terutama dalam hal cinta dan pekerjaan. Individu yang memasuki tahap ini, akan lebih mengeksplorasi kemungkinan kehidupan mereka di berbagai bidang, terutama di bidang pekerjaan dan cinta. Individu ini akan lebih independen dan memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk dapat lebih betanggung jawab, bekerja dan menikah. 2. The Age of Instability Walaupun emerging adult sudah memilih untuk mengambil sebuah tanggung jawab untuk bekerja dan menikah, mereka masih berada di titik yang tidak stabil dikarenakan masih banyaknya ide ide dalam diri mereka untuk lebih di eksplorasi, namun kebanyakan ide ide tersebut masih belum mencapai titik kematangan karena ketidak stabilan dalam perkembangannya. Masih banyak rencana rencana yang direncanakan dan pada akhirnya harus kembali di telaah ulang dikarenakan belum matangnya rencana tersebut. 3. The Self-focused Age Emerging Adult merupakan usia dimana individu berpusat pada dirinya sendiri, melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Walaupun dibalik semua itu mereka masih memiliki orang tua atau saudara yang menjadi batas standard dan aturan dalam menjalani hidup. Disini merupakan awal dimana mereka belajar menentukan aturannya sendiri pada saat nanti mereka sudah memiliki keluarga sendiri, pekerjaan tetap dan komitmen dalam hidup. 4. The Age of feeling in between Dalam emerging adult, mereka memasuki tahapan transisi dimana dari masa remaja ke dalam dewasa. Individu berusaha memahami suatu hal dengan cara dan logika yang dewasa walaupun masih berada di dalamnya logika remaja masih mempengaruhi cara berpikirnya. Mereka masih terus mengeksplorasi dirinya dalam ketidakstabilan cara berpikir sehingga mereka masih harus berpegang pada aturan aturan dasar yang ada.

12 5. The Age of Possibilities Emerging adult merupakan suatu fase dimana mereka mencoba berbagai kemungkinan untuk mengeksplorasi tentang harapan harapan yang akan di wujudkan pada saat mereka memasuki fase yang lebih tinggi lagi. Mereka mencoba berbagai macam hal yang menurut individu tersebut masih mungkin dicapai di usianya, seperti mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup dan merencanakan berbagai rancangan masa depan untuk dijalani. 2.2.2 Tugas Emerging Adult Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), seperti yang dijabarkan diatas emerging adult memiliki tugas tugas yang harus dipenuhi diantaranya ialah: 1. Menerima keadaan dirinya 2. Mengeksplorasi identitas diri 3. Mencari pekerjaan 4. Mencari pasangan hidup 5. Meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak kanakan. 6. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri 7. Membina hubungan (bergaul) dan mengemban tanggung jawab sosial,dimana salah satu caranya adalah dengan mencari dan bergabungdengan suatu kelompok sosial yang cocok 2.2.3 Self-Esteem pada Emerging Adult. Menurut Rosenberg dan Owens (dalam Guindon, 2010), seseorang yang memiliki Self-Esteem yang tinggi cenderung mampu menghargai dirinya, mengintrospeksi dirinya dan mampu berkembang dengan hasi introspeksi dirinya, sebaliknya seseorang yang memiliki Self-Esteem yang rendah akan cenderung menutup diri, pesimis, sinis dan berusaha untuk melindungi Self-Esteemnya dengan berusaha tidak membuat kesalahan. Sementara itu menurut Arnett (2000), Emerging adult ialah fase dimana dirinya mampu mengeksplorasi identitas diri. Dengan adanya kemampuan eksplorasi identitas diri maka seorang emerging adult mampu mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri, menerima keadaan dirinya. Sehingga kesimpulannya, seseorang di fase emerging adult mampu mengevaluasi bagaimana tinggi atau rendahnya Self-Esteem yang dimilikinya.

13 2.3 Online Dating 2.3.1 Pengertian Online Dating Menurut Kamus Online Cambridge (2014), pengertian online dating ialah suatu cara memulai hubungan romantis di internet, dengan memberikan informasi tentang diri Anda atau membalas informasi orang lain. Dikatakan juga oleh Egan (dalam Toma, Hancock dan Ellison 2008), online dating adalah sebuah layanan yang berbasis Internet, yang memudahkan pengguna untuk membuat profil di Internet dan kemudian digunakan untuk mengkontak dan dikontak pengguna lain. Sementara itu oleh Kamus Online Oxford (2014), online dating merupakan suatu cara praktis mencari pasangan romantis atau seksual di Internet, biasanya melalui situs khusus yang disediakan khusus untuk online dating. Sedangkan dikatakan juga oleh Hardey (dalam Degenova 2004), online dating merupakan suatu layanan yang dibuat untuk membuat seseorang bersama, salah satu cara bertemu orang baru dan membuat sebuah perkembangan pada suatu hubungan. Menurut Hartman (dalam Fazriyati, 2013), tujuan dari online dating ialah memberitahukan orang lain mengenai diri sendiri dan memberitahu pada orang lain tentang apa yang di cari dalam online dating. Seperti dikutip dari Setipe.com pada salah satu situs online dating yang bernama Setipe, Setipe merupakan situs online dating yang menggunakan system perhitungan kecocokan untuk match making pasangan. dengan menggunakan salah satu alat test yang berbasis pada Algoritma dan menggabungkan ilmu psikologi di dalamnya, anggota terlebih dahulu diberikan psikotest sebagai dasar match making anggotanya. Anggota lain tidak bisa melihat data anggota lainnya kecuali anggota lain tersebut memiliki kecocokan dengan anggota lain yang sedang mencari pasangan. Setipe memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi yang menghindarkan seseorang dari perkenalan yang tidak diinginkan karena terpaut perbedaan yang cukup signifikan. Namun berbeda dengan Setipe, ditulis dalam indonesiacupid.com, mendaftar menjadi anggota pada situs Indonesiacupid.com tidak dipungut biaya dan sudah bisa menjadi anggota dan melakukan online dating. Pada anggota gratis hanya diberikan fasilitas untuk dapat melihat biodata dari anggota lain. Untuk dapat berkirim pesan serta saling berkomunikasi lebih lanjut, seseorang harus mendaftar pada kanggotaan Gold atau Platinum. Pada keanggotaan Gold dapat berkomunikasi dengan seluruh anggota lain dan posisi profil berada diatas keanggotan standar. Sementara itu pada keanggotaan

14 Platinum mendapatkan fasilitas yang sama dengan Gold, namun mendapatkan fasilitas pesan secara video, bisa melangsungkan berkomunikasi secara video apabila anggota memiliki perangkat webcam serta letak profil dan lambing profil berada diatas keanggotaan Gold. Begitu juga dengan Tinder dan juga Beetalk yang memiliki fitur yang berbeda dengan Setipe dan juga Indonesiacupid. Untuk pengguna smartphone lebih banyak menggunakan dua aplikasi smartphone ini dikarenakan penggunaannya yang cukup simple dengan hanya memberikan tanda tertentu untuk menunjukan ketertarikannya pada seseorang yang menampilkan profilenya dalam aplikasi tersebut dan apabila satu sama lain memberikan tanda yang sama maka keduanya akan dapat berkomunikasi untuk memulai perkenalan. 2.3.2 Emerging Adult dan Online Dating Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), tugas emerging adult ialah bekerja, menerima keadaan dirinya, mengeksplorasi identitas diri, meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak - kanakan, mencari pasangan hidup dan mampu mencari lingkungan sosial yang cocok. Waktu individu yang sedang berada pada fase emerging adult sudah banyak tersita dikarenakan kesibukannya untuk memenuhi tugas yang menjadi tugas dasar dari emerging adult sendiri, yang menyebabkan mereka yang ada pada fase tersebut mempunyai suatu jalan alternative untuk memenuhi semua tugas tugasnya. Salah satu alternative bagi emerging adult adalah dengan melakukan online dating. Dikarenakan dengan menggunakan sarana online dating individu yang berada dalam fase emerging adult masih tetap dapat beraktifitas memenuhi tugas tugasnya sebagai seorang emerging adult. 2.4 Kerangka Berpikir Dalam Penelitian ini individu yang menjadi partisipan yang sedang diteliti oleh peneliti adalah individu yang berada pada usia 18-25 tahun. Usia tersebut merupakan usia seseorang yang berada pada fase emerging adult (Arnett, 2000). Menurut Arnett (2000) dan Arnett (dalam Santrock, 2008), seperti yang dijabarkan diatas emerging adult memiliki tugas tugas yang harus dipenuhi diantaranya ialah menerima keadaan dirinya, mengeksplorasi identitas diri, Mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup, meninggalkan reaksi dan adaptasi kekanak kanakan, mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri, Membina hubungan (bergaul) dan mengemban tanggung jawab

15 sosial,dimana salah satu caranya adalah dengan mencari dan bergabung dengan suatu kelompok sosial yang cocok. Sehingga online dating merupakan salah satu cara alternative yang dapat dilakukan oleh Emerging Adult untuk memenuhi salah satu tugasnya. Online dating merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh Seseorang, ketika mereka merupakan pengguna internet aktif dan ingin memiliki suatu hubungan romantis dari internet (Cambridge, 2014). Berdasarkan penelitian Kim, M., Kwon, K-N dan Lee, M. (2009), di Amerika, diketahui bahwa individu yang melakukan online dating memiliki tingkat Self-esteem yang lebih tinggi daripada yang tidak melakukan online dating dan juga terdapat fenomena yang menjelaskan apabila seseorang yang melakukan online dating dapat mengalami penurunan atau peningkatan Self-esteem. Di Indonesia seseorang yang melakukan online dating dianggap memiliki tingkat Self-esteem yang rendah, namun sampai dengan penelitian ini dilakukan belum ada sumber atau penelitian yang mencantumkan bagaimana gambaran pasti dari self-esteem pada emerging adult anggota situs online dating di Indonesia khususnya Jakarta. Self-esteem memiliki peran penting dalam kehidupan sehari hari sehingga bukan tidak mungkin Self-esteem mampu mempengaruhi aktifitas online dating yang di lakukan oleh emerging adult. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini guna memberikan gambaran pasti dari Self-esteem emerging adult anggota online dating.

16