BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

1. Melakukan kajian situasi

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

PROPOSAL

Emergency First Aid Course

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

Adult Basic Life Support

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN HENTI JANTUNG DENGAN MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU YANG TERJADI DI LUAR RUMAH SAKIT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police

REKOMENDASI RJP AHA 2015

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

INFORMED CONSENT. dr. Meivy Isnoviana,S.H

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia 15-29 tahun (Global Status Report on Road Safety, 2015). Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada pembuluh darah dan fungsi jantung, seperti penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung dan stroke (Infodatin, 2014). Angka kematian dunia akibat penyakit jantung koroner berkisar 7,4 juta orang pada tahun 2012 (WHO, 2015). Penyakit jantung koroner (PJK) atau disebut penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah listrik yang menyebabkan SCA (Sudden Cardiac Arrest) (National Heart Lung and Blood Institute, 2011). Sebagian besar kasus cardiac arrest terjadi pada orang yang memiliki penyakit arteri koroner (Mayo Clinic, 2012). Penyakit arteri koroner adalah penyebab paling umum dari SCA pada orang berusia lebih dari 35 tahun (Uscher, 2014). Prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Di Jawa Tengah tercatat 0,5 persen atau 120.447 jiwa yang didiagnosis dokter menderita penyakit jantung, sedangkan estimasi penderita penyakit jantung berdasarkan diagnosis dan gejala terdapat 337.252 jiwa atau 1,4 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa risiko terjadinya henti jantung masih tinggi. Henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung pada seseorang secara mendadak yang telah atau tidak terdiagnosis penyakit jantung. Henti jantung terjadi ketika malfungsi sistem listrik jantung. Pada henti jantung kematian 1

2 terjadi saat jantung tiba-tiba berhenti bekerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak normal atau tidak teraturnya irama jantung (disebut aritmia) (American Heart Association, 2014). Menurut American Heart Association (2014) layanan gawat darurat menemukan adanya lebih dari 420.000 henti jantung terjadi di luar rumah sakit di Amerika Serikat tiap tahunnya. Pada tahun 2013, Layanan Medis Darurat atau Emergency Medical Service (EMS) di Inggris berusaha menyadarkan sekitar 28.000 kasus out-of-hospital cardiac arrest (OHCA)/henti jantung di luar rumah sakit (British Heart Foundation, 2015). Kejadian OHCA di beberapa negara yang tergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya Indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni sebanyak 60.000 kasus (Hock, 2014). Sedangkan kejadian henti jantung di Indonesia belum didapatkan data yang jelas. Sekitar 80% dari OHCA terjadi di rumah dan 20% di tempat umum. Hanya sekitar 20% berada dalam 'irama shockable' (yaitu dapat diobati dengan defibrilasi) pada saat EMS tiba. Banyak kasus henti jantung di luar rumah sakit yang terjadi namun EMS tidak melakukan resusitasi karena pada saat tiba korban berada tidak dalam keadaan layak untuk di resusitasi. Hal ini karena korban telah meninggal selama beberapa jam atau telah mengalami trauma berat atau karena kesempatan untuk memulai resusitasi tidak diambil lebih cepat sementara EMS sedang dalam perjalanan. Jika bystander (masyarakat awam) terbiasa menolong dan meminta bantuan lewat 999 (Emergency Call di Inggris) lebih cepat serta memberikan resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif sampai EMS datang dan saat yang tepat menggunakan defibrilator akses publik sehingga jumlah kasus di mana EMS bisa mencoba resusitasi akan meningkat (NHS England, 2015). Keselamatan korban henti jantung mungkin dapat ditolong ketika korban OHCA menerima Cardiopulmonary Resuscitation (CPR/RJP) segera dari masyarakat awam. Oleh karena itu, menghubungi Emergency Call dan RJP

3 yang diberikan segera oleh masyarakat awam dapat meningkatkan jumlah orang yang diberi kesempatan bertahan hidup. Hal tersebut sejalan dengan beberapa data yaitu angka korban OHCA yang selamat oleh masyarakat awam sebesar 31,7 persen (Sudden Cardiac Arrest Foundation, 2015). Sedangkan menurut American Heart Association (2015) sebesar 40,1% korban OHCA terselamatkan setelah dilakukan RJP oleh masyarakat awam (American Heart Association, 2015). Frame mengungkapkan bahwa Bantuan Hidup Dasar (BHD) harus diberikan pada korban-korban yang mengalami henti napas, henti jantung, dan perdarahan. Keterampilan BHD dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang dewasa seharusnya memiliki keterampilan BHD (Frame, 2010). Idealnya di dunia, semua orang terbiasa dengan teknik dasar pertolongan pertama dan mendapat pelatihan teratur untuk memastikan tetap berjalan. (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2011). Masyarakat awam seringnya tidak langsung atau bahkan enggan memberikan bantuan terutama RJP karena takut jika mereka melakukan sesuatu yang "salah" mereka akan dituntut atau digugat untuk luka (meskipun tidak disengaja) atau kematian. Penundaan penanganan dalam keadaan darurat dapat menjadi faktor penentu dalam kelangsungan hidup korban, dan di sebagian besar negara, penundaan ini benar-benar tidak beralasan. Good Samaritan Law akan dikenakan pada seseorang yang memberikan bantuan (seperti pertolongan pertama, RJP atau penggunaan AED) dalam keadaan darurat kepada orang yang terluka dalam kapasitas sukarela dan bukan dari penyelamat professional. Sebagian besar negara memiliki versi hukum masing-masing dengan beberapa variasi dalam detailnya (CPR Seattle, 2015). Di Indonesia dasar hukum yang memberi kewenangan melakukan bantuan hidup dasar oleh masayarakat umum belum tersusun dengan baik, namun dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia ada pasal yang mencakup

4 aspek tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar hukum dalam melakukan resusitasi jantung paru atau BHD yakni Pasal 531 KUH Pidana menyatakan: "Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan mengkhawatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Penelitian-penelitian sudah pernah dilakukan dalam rangka untuk mengetahui tingkat, gambaran dan kemampuan masyarakat untuk memberikan BHD. Seperti yang telah diteliti oleh Wijaya dkk, 2016 menghasilkan kesimpulan bahwa sebagian besar tingkat BHD pada masyarakat adalah baik. Hal senada juga disampaikan oleh Erawati, 2015 pada penelitiannya tentang tingkat masyarakat tentang BHD yang diteliti di Jakarta Selatan. Lain halnya penelitian yang dilakukan oleh Hutapea (2012), penelitian mengenai gambaran tingkat pada polisi lalu lintas di Kota Depok tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada yang memiliki baik tentang BHD. Pentingnya akan BHD untuk diketahui dan diterapkan oleh masyarakat awam dilakukan Puskesmas Petarukan yang terletak di jalur pantai utara Pulau Jawa yang berpenduduk 100.200 jiwa dengan 33.015 jiwa remaja berusia 15-29 tahun dan penduduk berusia di atas 45 tahun berjumlah 42.144 jiwa (Kecamatan Petarukan dalam Angka, 2016) dalam rangka menolong korban henti jantung dan henti napas secara cepat dan benar. Kelompok umur di atas secara berurutan menyumbangkan angka kematian tertinggi di dunia yaitu kecelakaan (Global Status Report on Road Safety, 2015) dan penyakit kardiovaskular (jantung koroner, gagal jantung dan stroke) (Riskesdas, 2013 dalam Infodatin, 2014).

5 Peneliti mengamati bahwa kejadian henti jantung, henti napas atau kecelakaan dapat sewaktu-waktu menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tempat-tempat umum seperti jalan raya, pusat perbelanjaan dan kantor dapat ditemukan kasus di atas. Bahkan mungkin di dalam rumah yaitu orang terdekat kita dapat sewaktu-waktu mendapatkan keadaan serupa yang memerlukan pertolongan orang-orang terdekat segera. Masih dalam pengamatan peneliti, seringnya kasus-kasus di atas tidak ditatalaksana dengan baik. Dalam hal ini mulai dari masyarakat tentang BHD, tujuan, tata urutan pertolongan dan akibat yang ditimbulkan saat memberikan BHD. Upaya preventif yang telah dilakukan oleh Puskesmas Petarukan dengan melaksanakan pelatihan sehari tentang bantuan hidup dasar dengan tahap awal peserta pelatihan BHD adalah para guru Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Petarukan dengan pertimbangan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 ayat 1). Kemudian pendidikan dasar memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Pasal 3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pada guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan bantuan hidup dasar di wilayah Puskesmas Petarukan.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran tingkat pada guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan bantuan hidup dasar di wilayah Puskesmas Petarukan. 2. Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan pengertian bantuan hidup dasar pada guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan di wilayah Puskesmas Petarukan. b) Mendeskripsikan tujuan dilakukan bantuan hidup dasar pada Guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan di wilayah Puskesmas Petarukan. c) Mendeskripsikan airway pada bantuan hidup dasar. d) Mendeskripsikan breathing pada bantuan hidup dasar. e) Mendeskripsikan circulation pada bantuan hidup dasar. f) Mendeskripsikan langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar bagi masyarakat awam. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Bagi Puskesmas Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi Puskesmas Petarukan mengenai gambaran tingkat pada guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan bantuan hidup dasar di wilayah Puskesmas Petarukan. 2. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini memberikan masukan mengenai gambaran tingkat pada Guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan bantuan hidup dasar di wilayah Puskesmas Petarukan.

7 3. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan kesehatan khususnya tentang manajemen keperawatan. 4. Bagi Peneliti Dengan terselenggaranya penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengalaman dalam menerapkan teori keperawatan khususnya tentang keperawatan dasar dan manajemen keperawatan ke dalam praktek yang sesungguhnya dan untuk mengembangkan kemampuan peneliti. E. Bidang Ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu manajemen keperawatan. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Judul 1 Wijaya, Dewi dan Yudhawati, 2016 2 Erawati, 2015 3 Yatma, 2015 Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Masyarakat di Kecamatan Denpasar Utara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Kota Administrasi Jakarta Selatan Efektifitas Metode Penyuluhan Desain Penelitian Deskriptif dengan pendekatan survey Deskriptif kuantitatif Quasi Experiment Hasil Sebagian besar tingkat bantuan hidup dasar masyarakat adalah baik pada Secara umum tingkat masyarakat tentang bantuan hidup dasar baik Penyuluhan Dengan Metode Perbedaan 1. Tempat penelitian di Kecamatan Denpasar Utara 2. Jumlah 365 1. Tempat penelitian di Jakarta Selatan 2. Jumlah 246 1. Tempat penelitian di pantai

8 4 Hutapea, 2012 Audio Visual Dan Praktik Terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar Pada Nelayan Di Pantai Depok Yogyakarta Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Bantuan Hidup Dasar di Kota Depok Deskriptif sederhana Audio Visual Lebih Efektif Dibandingkan Dengan Metode Praktik Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% memiliki yang kurang, 30,4% memiliki yang cukup dan 19,6% memiliki yang buruk dan tidak ada yang memiliki yang baik Depok Yogyakarta 2. Jumlah 30 1. Tempat penelitian di Kota Depok 2. Jumlah 46