adanya perbedaan temperatur.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dihadapi dalam proyek Sekolah Tinggi Arsitektur. Pembahasan dibagi dalam 4 aspek yaitu

ABSTRAKSI. berhubungan dengan perkembangan arsitektur adalah pendidikan arsitektur itu sendiri.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT SUSTAINABLE ARCHITECTURE. Disusun Oleh : Nama : Neti Nim :

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SANGGAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF DI YOGYAKARTA. Siwi Gita Kartika I

Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Sustainable Landscape Tinjauan Interaksi Pengertian Interaksi...

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

RUMAH SUSUN DAN PASAR di JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009

BAB III METODE PERANCANGAN. atas permasalahan dan potensi yang bersumber dari dari data data dan isu-isu

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB 3 METODE PENELITIAN. dalam mengumpulkan data harus dilakukan studi lapangan, survei atau. observasi ke tapak secara langsung.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Disusun Oleh: Nama : Selvi Febriane NIM :

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Gedung Student Housing/Asrama UMB Arsitektur Interaksi Wandi

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. ide/gagasan sampai dengan perumusan konsep perancangan.

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

FASHION DESIGN & MODELING CENTER DI JAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL/DIAGRAM

Rumah Susun Sederhana Sewa di Denpasar

BAB III METODE PERANCANGAN

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

TUGAS AKHIR PUSAT PENDIDIKAN BUDAYA BETAWI ARSITEKTUR BETAWI MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR

GEREJA MAWAR SHARON SATELIT MIRACLE DI JOGJAKARTA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN INTERIOR. Bookstore (TIMES ) Jl. Terogong Raya No: 3 Cilandak Barat- Jakarta Selatan

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

KATA PENGANTAR REDESAIN PASAR TAMPAKSIRING

LP Pemuda Yogyakarta dengan Tinjauan Mental Psikologis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM :

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

International Fash on Institute di Jakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dan pengumpulan data dari masyarakat dan sumber-sumber dari beberapa artikel.

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

BAB III METODE PERANCANGAN. Berdasarkan obyek yang akan dirancang yaitu Perancangan Pusat

Sekolah Fotografi di Denpasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN DI MEDAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008 / 2009

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Scanned by CamScanner

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. cukup dan dapat di olah kembali sehingga menjadi uraian yang lebih terperinci.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB IV ANALISA TAPAK

GEDUNG MULTI FUNGSI DI JAKARTA PUSAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. TUGAS AKHIR Semester Ganjil Tahun 2009/2010

BAB III METODE PERANCANGAN

BALI UNITED FOOTBALL ACADEMY DI GIANYAR BALI UNITED FOOTBALL ACADEMY DI GIANYAR UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER) 2016

DAFTAR ISI. UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS AKHIR vi

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana,MT,Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Book Center di Pantai Banua Patra Balikpapan Pengolahan Ruang Luar Sebagai Gathering Space DAFTAR ISI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GELANGGANG REMAJA MUSIK DI BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

MODUL STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Transkripsi:

Visi 2 : Penggunaan unsur air bisa menjadi penarik angin karena adanya perbedaan temperatur. GAMBAR 30 : SUMBU / AKSIS ALIRAN ANGIN DAN UNSUR AIR Kebisingan Area tapak yang paling tinggi tingkat kebisingannya menurut hasil survey lapangan adalah pada sisi yang berhadapan langsung dengan Jalan Raya Kebun Jeruk dan area-area bisnis di sekitarnya. Visi : Kebisingan berkaitan dengan zoning bangunan dan kegiatan, area yang bertingkat kebisingan tinggi cocok sebagai area publik, penerima, atau area komunal / fasilitas bersama. 88

GAMBAR 31 : AREA DENGAN TINGKAT KEBISINGAN PALING TINGGI View Pertimbangan view dikarenakan Sekolah Tinggi Arsitektur memerlukan ruang-ruang yang bersifat inspiratif yang salah satunya bisa diwujudkan dengan adanya view. Berdasarkan survey lapangan, tidak ada view yang sangat menonjol. Namun di area sebelah Timur tapak secara luas berorientasi ke arah Jalan S. Parman, Grogol, merupakan daerah pertengahan kota yang cukup menarik pemandangannya, jika dibandingkan dengan 3 sisi yang lain. Visi 1 : Keberadaan view akan dimanfaatkan untuk membentuk ruang-ruang studio dan belajar arsitektur yang memerlukan banyak inspirasi. 89

Visi 2 : View bisa dimaksimalkan dengan menaikkan ruang / bangunan 1-2 tingkat sehingga memperoleh view yang lebih lebar karena pengaruh ketinggian bukaan dan orientasi. GAMBAR 32 : ANALISIS VIEW BANGUNAN IV.2.4. Drainase dan Utilitas Lingkungan Permasalahan Drainase dan Utilitas menyangkut penyediaan air bersih, air minum, serta pembuangan air kotor / limbah. Tapak diasumsikan datar sehingga tidak ada orientasi dalam pengaliran air / drainase secara khusus. Menurut survey terdapat aliran drainase lingkungan / pembuangan pada Jalan Raya Kebun Jeruk dan di sebelah Selatan tapak. Visi 1 : Diasumsikan penyediaan air bersih dan air minum berasal dari PDAM dan dialirkan melalui Jalan Raya Kebun Jeruk. 90

GAMBAR 33 : ASUMSI PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM Visi 2 : Pembuangan limbah dibuang ke saluran drainase limbah terdekat yaitu ke Jalan Raya Kebun Jeruk dan saluran di sebelah Selatan Tapak GAMBAR 34 : SALURAN-SALURAN PEMBUANGAN LIMBAH 91

FOTO 16: SALURAN PEMBUANGAN DI SEBELAH SELATAN TAPAK IV.3. Aspek Manusia IV.3.1. Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan utama di Sekolah Tinggi Arsitektur adalah mahasiswa, dosen, dan penunjang / karyawan. Antara mahasiswa, dosen, dan penunjang pada dasarnya mempunyai aktivitas yang berbeda-beda di tempat yang sama, sehingga pada beberapa tempat aktivitas yang diselenggarakan akan menghubungkan antara ketiga elemen ini. Kegiatan-kegiatan dari pengguna bangunan dipaparkan menggunakan grafik hubungan kegiatan. Visi : penggunaan grafik hubungan sebagai pemaparan sekaligus penghubungan antar pelaku kegiatan akan mempermudah pembuatan program kegiatan, ruang, dan organisasinya. 92

SKEMA 2 : PELAKU KEGIATAN 93

Kompleksitas kegiatan dalam sekolah tinggi arsitektur merupakan permasalahan utama yang harus diselesaikan. Kompleksitas kegiatan dapat dipengaruhi oleh kurikulum Sekolah Tinggi Arsitektur yang digunakan, jadwal perkuliahan dan kegiatan setiap hari, minggu, semester, dan tahun yang diselenggarakan. Visi : menghasilkan program ruang dengan terlebih dahulu menganalisis kurikulum yang dipakai, dikonversikan menjadi jadwal dengan acuan jadwal yang telah ada, disesuaikan dengan konteks tempat dan peraturan. Jadwal yang telah jadi dianalisis menjadi program ruang. Kurikulum, dan jadwal kegiatan dalam bangunan Sekolah Tinggi Arsitektur dimasukkan ke dalam lampiran. IV.3.2. Sirkulasi Sirkulasi pelaku kegiatan / pengguna bangunan terdiri atas sirkulasi mahasiswa, dosen, dan penunjang / karyawan. Karena aktivitas yang berbeda, maka antara mahasiswa, dosen, dan karyawan mempunyai kepentingan dan sirkulasi yang berbeda dalam beberapa kegiatan sehingga perlu diuraikan secara terpisah sehingga lebih jelas dan tertata. Visi 2 : Pemisahan sirkulasi antar pengguna bangunan yang spesifik mempengaruhi organisasi ruang, sirkulasi, dan zoning / perletakan massa bangunan. 94

Visi 2 : Jenis Sirkulasi yang akan digunakan adalah sirkulasi linear berpotongan dengan pusat sirkulasi berupa hall ataupun plaza dengan pertimbangan kejelasan sirkulasi dan kemudahaan pencapaian bagian-bagian bangunan. SKEMA 3 : SIRKULASI MAHASISWA SKEMA 4 : SIRKULASI DOSEN SKEMA 5 : SIRKULASI KARYAWAN 95

IV.3.3. Perhitungan Kapasitas Jumlah Mahasiswa STRATA 1 (S1) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 20-40 orang. (Studi kasus Harvard 20-40 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir yaitu 20 % dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Selain itu juga penambahan jumlah mahasiswa diakibatkan faktor dari program pertukaran pelajar dan mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (www.dikti.org) Jumlah kelulusan mahasiswa : 40 orang x 80% = 32 orang Jumlah penambahan mahasiswa : 32 orang x 20% = 7orang Untuk program S1 diperkirakan : Foundation Tahun pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga Tahun Keempat : 40 orang : 40 orang : 38 orang : 36 orang : 34 orang 96

Tahun Kelima : 32 orang Penambahan mahasiswa : 7 orang + Total Mahasiswa S1 : 227 orang STRATA 2 (S2) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 25-30 orang. (Studi kasus AA School 25-30 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir yaitu 20 % dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Selain itu juga penambahan jumlah mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (sumber : www.dikti.org) Untuk program S2 diperkirakan : 1. Building Conservation (1 tahun) : 30 orang 2. Histories & Theories (2 tahun) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 3. Sustainable Enviromental Design (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 4. Design Research Laboratory (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 97

5. Housing & Urbanism (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 6. Emergent Technologies & Design (1 tahun) : 30 orang 7. Landscape Urbanism (1 tahun) : 30 orang Penambahan mahasiswa : (24x5)+(30+30)x20% : 36 orang Total mahasiswa S2 : 338 orang STRATA 3 (S3) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 15-20 orang. (Studi kasus AA School 20-30 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir mendekati 5% dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Penambahan jumlah mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (sumber : www.dikti.org) Jumlah kelulusan mahasiswa : 20 orang x 95% = 19 orang Jumlah penambahan mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studi tepat waktu = 19 orang x 20% = 4 orang Untuk program S3 masa studi minimal 3 tahun dan maksimal 4 tahun 98

diperkirakan : Tahun pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga : 20 orang : 20 orang : 20 orang Tahun Keempat : 19 orang + Penambahan mahasiswa Total mahasiswa S3 : 4 orang : 83 orang Jumlah mahasiswa S1 + S2 + S3 = 227 orang + 338 orang + 83 orang = 648 orang Jumlah Dosen Perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa diasumsikan 1 : 8 Jumlah Dosen : 648 : 8 = 81 orang ~ 80 orang Studio 1 : 20, 20 mahasiswa dibagi kelompok kecil dibimbing oleh (20 : 8) = 3 dosen (mendekati 1 : 8 ) Studio Unit 1 : 8, Studio 8 mahasiswa dibimbing oleh 1 dosen Kuliah teori 1 : 40, 40 mahasiswa dibimbing oleh 1 dosen Perbandingan dosen tetap : dosen tidak tetap = 50% : 50% = 40 : 40 Standar Kebutuhan ruang gerak : 2.5 m2/orang 99

Luas ruang dosen tetap = 40 orang x 2,5 m2/orang = 100 m2 Luas ruang dosen tidak tetap diasumsikan berdasarkan perhitungan luas permeja kerja yang dapat dipakai oleh 6 orang.luas permeja = 24m2 ( Ernst Neufert, Architects Data) Asumsi kehadiran dosen tidak tetap setiap hari 50% maka dosen tidak tetap yang hadir perharinya adalah 20 orang. Kebutuhan meja dosen tidak tetap = 20 orang : 6 = 5 meja Maka Luas ruang dosen tidak tetap = 5 meja x 24 m2 = 120 m2 Total luas ruang dosen yang dibutuhkan adalah 240 m2 IV.3.4. Program Ruang Program Ruang ditentukan dari perhitungan Kapasitas (Jumlah Dosen dan Mahasiswa sebagai pelaku utama dalam proyek Sekolah Tinggi Arsitektur), penyusunan kurikulum per semester (tahunan), serta penyusunan jadwal kuliah perhari dalam satu semester. Penyelenggaraan pendidikan per semester dibagi menjadi semester ganjil dan semester genap. Kurikulum disusun dengan pendekatan kurikulum AA School London yang ditetapkan setelah melakukan studi banding kurikulum. Kurikulum disusun sesuai dengan sistem dan waktu pendidikan di Indonesia yang menggunakan sistem SKS. Adapun kurikulum yang telah disusun 100

dilampirkan dalam tulisan ini, disertai dengan jadwal kuliah semester ganjil dan genap. Program Ruang yang berisi kegiatan, wadah, kapasitas, standard, dan luas dilampirkan dalam tulisan ini. IV.3.5. Hubungan Kegiatan dan Ruang Kegiatan-kegiatan dalam Sekolah Tinggi Arsitektur dibagi dalam beberapa bagian utama antara lain : Penerima Pendidikan Administrasi Fasilitas Penunjang Service Visi 1 : Jenis sirkulasi yang digunakan yaitu Sirkulasi Linear Berpotongan dengan pusat sirkulasi berupa hall dan plaza di beberapa tempat tertentu. Visi 2 : Sirkulasi juga dipengaruhi oleh penyusunan kegiatan ruang yang didasarkan atas pembagian hirarkikal bangunan tradisional Betawi, yang membagi hirarki ruang dalam 3 bagian. 101

SKEMA 6 : POLA HUBUNGAN KEGIATAN Dari beberapa kegiatan utama tersebut, selanjutnya dikonversikan dalam ruang-ruang dengan hubungan-hubungan antar ruang yang selanjutnya akan mempengaruhi zoning dalam tapak. 102