Visi 2 : Penggunaan unsur air bisa menjadi penarik angin karena adanya perbedaan temperatur. GAMBAR 30 : SUMBU / AKSIS ALIRAN ANGIN DAN UNSUR AIR Kebisingan Area tapak yang paling tinggi tingkat kebisingannya menurut hasil survey lapangan adalah pada sisi yang berhadapan langsung dengan Jalan Raya Kebun Jeruk dan area-area bisnis di sekitarnya. Visi : Kebisingan berkaitan dengan zoning bangunan dan kegiatan, area yang bertingkat kebisingan tinggi cocok sebagai area publik, penerima, atau area komunal / fasilitas bersama. 88
GAMBAR 31 : AREA DENGAN TINGKAT KEBISINGAN PALING TINGGI View Pertimbangan view dikarenakan Sekolah Tinggi Arsitektur memerlukan ruang-ruang yang bersifat inspiratif yang salah satunya bisa diwujudkan dengan adanya view. Berdasarkan survey lapangan, tidak ada view yang sangat menonjol. Namun di area sebelah Timur tapak secara luas berorientasi ke arah Jalan S. Parman, Grogol, merupakan daerah pertengahan kota yang cukup menarik pemandangannya, jika dibandingkan dengan 3 sisi yang lain. Visi 1 : Keberadaan view akan dimanfaatkan untuk membentuk ruang-ruang studio dan belajar arsitektur yang memerlukan banyak inspirasi. 89
Visi 2 : View bisa dimaksimalkan dengan menaikkan ruang / bangunan 1-2 tingkat sehingga memperoleh view yang lebih lebar karena pengaruh ketinggian bukaan dan orientasi. GAMBAR 32 : ANALISIS VIEW BANGUNAN IV.2.4. Drainase dan Utilitas Lingkungan Permasalahan Drainase dan Utilitas menyangkut penyediaan air bersih, air minum, serta pembuangan air kotor / limbah. Tapak diasumsikan datar sehingga tidak ada orientasi dalam pengaliran air / drainase secara khusus. Menurut survey terdapat aliran drainase lingkungan / pembuangan pada Jalan Raya Kebun Jeruk dan di sebelah Selatan tapak. Visi 1 : Diasumsikan penyediaan air bersih dan air minum berasal dari PDAM dan dialirkan melalui Jalan Raya Kebun Jeruk. 90
GAMBAR 33 : ASUMSI PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM Visi 2 : Pembuangan limbah dibuang ke saluran drainase limbah terdekat yaitu ke Jalan Raya Kebun Jeruk dan saluran di sebelah Selatan Tapak GAMBAR 34 : SALURAN-SALURAN PEMBUANGAN LIMBAH 91
FOTO 16: SALURAN PEMBUANGAN DI SEBELAH SELATAN TAPAK IV.3. Aspek Manusia IV.3.1. Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan utama di Sekolah Tinggi Arsitektur adalah mahasiswa, dosen, dan penunjang / karyawan. Antara mahasiswa, dosen, dan penunjang pada dasarnya mempunyai aktivitas yang berbeda-beda di tempat yang sama, sehingga pada beberapa tempat aktivitas yang diselenggarakan akan menghubungkan antara ketiga elemen ini. Kegiatan-kegiatan dari pengguna bangunan dipaparkan menggunakan grafik hubungan kegiatan. Visi : penggunaan grafik hubungan sebagai pemaparan sekaligus penghubungan antar pelaku kegiatan akan mempermudah pembuatan program kegiatan, ruang, dan organisasinya. 92
SKEMA 2 : PELAKU KEGIATAN 93
Kompleksitas kegiatan dalam sekolah tinggi arsitektur merupakan permasalahan utama yang harus diselesaikan. Kompleksitas kegiatan dapat dipengaruhi oleh kurikulum Sekolah Tinggi Arsitektur yang digunakan, jadwal perkuliahan dan kegiatan setiap hari, minggu, semester, dan tahun yang diselenggarakan. Visi : menghasilkan program ruang dengan terlebih dahulu menganalisis kurikulum yang dipakai, dikonversikan menjadi jadwal dengan acuan jadwal yang telah ada, disesuaikan dengan konteks tempat dan peraturan. Jadwal yang telah jadi dianalisis menjadi program ruang. Kurikulum, dan jadwal kegiatan dalam bangunan Sekolah Tinggi Arsitektur dimasukkan ke dalam lampiran. IV.3.2. Sirkulasi Sirkulasi pelaku kegiatan / pengguna bangunan terdiri atas sirkulasi mahasiswa, dosen, dan penunjang / karyawan. Karena aktivitas yang berbeda, maka antara mahasiswa, dosen, dan karyawan mempunyai kepentingan dan sirkulasi yang berbeda dalam beberapa kegiatan sehingga perlu diuraikan secara terpisah sehingga lebih jelas dan tertata. Visi 2 : Pemisahan sirkulasi antar pengguna bangunan yang spesifik mempengaruhi organisasi ruang, sirkulasi, dan zoning / perletakan massa bangunan. 94
Visi 2 : Jenis Sirkulasi yang akan digunakan adalah sirkulasi linear berpotongan dengan pusat sirkulasi berupa hall ataupun plaza dengan pertimbangan kejelasan sirkulasi dan kemudahaan pencapaian bagian-bagian bangunan. SKEMA 3 : SIRKULASI MAHASISWA SKEMA 4 : SIRKULASI DOSEN SKEMA 5 : SIRKULASI KARYAWAN 95
IV.3.3. Perhitungan Kapasitas Jumlah Mahasiswa STRATA 1 (S1) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 20-40 orang. (Studi kasus Harvard 20-40 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir yaitu 20 % dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Selain itu juga penambahan jumlah mahasiswa diakibatkan faktor dari program pertukaran pelajar dan mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (www.dikti.org) Jumlah kelulusan mahasiswa : 40 orang x 80% = 32 orang Jumlah penambahan mahasiswa : 32 orang x 20% = 7orang Untuk program S1 diperkirakan : Foundation Tahun pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga Tahun Keempat : 40 orang : 40 orang : 38 orang : 36 orang : 34 orang 96
Tahun Kelima : 32 orang Penambahan mahasiswa : 7 orang + Total Mahasiswa S1 : 227 orang STRATA 2 (S2) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 25-30 orang. (Studi kasus AA School 25-30 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir yaitu 20 % dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Selain itu juga penambahan jumlah mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (sumber : www.dikti.org) Untuk program S2 diperkirakan : 1. Building Conservation (1 tahun) : 30 orang 2. Histories & Theories (2 tahun) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 3. Sustainable Enviromental Design (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 4. Design Research Laboratory (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 97
5. Housing & Urbanism (16 bulan) Tahun pertama : 30 orang Tahun kedua : 24 orang 6. Emergent Technologies & Design (1 tahun) : 30 orang 7. Landscape Urbanism (1 tahun) : 30 orang Penambahan mahasiswa : (24x5)+(30+30)x20% : 36 orang Total mahasiswa S2 : 338 orang STRATA 3 (S3) Jumlah mahasiswa dalam 1 angkatan baru berkisar 15-20 orang. (Studi kasus AA School 20-30 orang) Presentase kegagalan mahasiswa sampai ke tingkat akhir mendekati 5% dari jumlah mahasiswa tahun pertama. Penambahan jumlah mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, hal ini mencapai 20 %. (sumber : www.dikti.org) Jumlah kelulusan mahasiswa : 20 orang x 95% = 19 orang Jumlah penambahan mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studi tepat waktu = 19 orang x 20% = 4 orang Untuk program S3 masa studi minimal 3 tahun dan maksimal 4 tahun 98
diperkirakan : Tahun pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga : 20 orang : 20 orang : 20 orang Tahun Keempat : 19 orang + Penambahan mahasiswa Total mahasiswa S3 : 4 orang : 83 orang Jumlah mahasiswa S1 + S2 + S3 = 227 orang + 338 orang + 83 orang = 648 orang Jumlah Dosen Perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa diasumsikan 1 : 8 Jumlah Dosen : 648 : 8 = 81 orang ~ 80 orang Studio 1 : 20, 20 mahasiswa dibagi kelompok kecil dibimbing oleh (20 : 8) = 3 dosen (mendekati 1 : 8 ) Studio Unit 1 : 8, Studio 8 mahasiswa dibimbing oleh 1 dosen Kuliah teori 1 : 40, 40 mahasiswa dibimbing oleh 1 dosen Perbandingan dosen tetap : dosen tidak tetap = 50% : 50% = 40 : 40 Standar Kebutuhan ruang gerak : 2.5 m2/orang 99
Luas ruang dosen tetap = 40 orang x 2,5 m2/orang = 100 m2 Luas ruang dosen tidak tetap diasumsikan berdasarkan perhitungan luas permeja kerja yang dapat dipakai oleh 6 orang.luas permeja = 24m2 ( Ernst Neufert, Architects Data) Asumsi kehadiran dosen tidak tetap setiap hari 50% maka dosen tidak tetap yang hadir perharinya adalah 20 orang. Kebutuhan meja dosen tidak tetap = 20 orang : 6 = 5 meja Maka Luas ruang dosen tidak tetap = 5 meja x 24 m2 = 120 m2 Total luas ruang dosen yang dibutuhkan adalah 240 m2 IV.3.4. Program Ruang Program Ruang ditentukan dari perhitungan Kapasitas (Jumlah Dosen dan Mahasiswa sebagai pelaku utama dalam proyek Sekolah Tinggi Arsitektur), penyusunan kurikulum per semester (tahunan), serta penyusunan jadwal kuliah perhari dalam satu semester. Penyelenggaraan pendidikan per semester dibagi menjadi semester ganjil dan semester genap. Kurikulum disusun dengan pendekatan kurikulum AA School London yang ditetapkan setelah melakukan studi banding kurikulum. Kurikulum disusun sesuai dengan sistem dan waktu pendidikan di Indonesia yang menggunakan sistem SKS. Adapun kurikulum yang telah disusun 100
dilampirkan dalam tulisan ini, disertai dengan jadwal kuliah semester ganjil dan genap. Program Ruang yang berisi kegiatan, wadah, kapasitas, standard, dan luas dilampirkan dalam tulisan ini. IV.3.5. Hubungan Kegiatan dan Ruang Kegiatan-kegiatan dalam Sekolah Tinggi Arsitektur dibagi dalam beberapa bagian utama antara lain : Penerima Pendidikan Administrasi Fasilitas Penunjang Service Visi 1 : Jenis sirkulasi yang digunakan yaitu Sirkulasi Linear Berpotongan dengan pusat sirkulasi berupa hall dan plaza di beberapa tempat tertentu. Visi 2 : Sirkulasi juga dipengaruhi oleh penyusunan kegiatan ruang yang didasarkan atas pembagian hirarkikal bangunan tradisional Betawi, yang membagi hirarki ruang dalam 3 bagian. 101
SKEMA 6 : POLA HUBUNGAN KEGIATAN Dari beberapa kegiatan utama tersebut, selanjutnya dikonversikan dalam ruang-ruang dengan hubungan-hubungan antar ruang yang selanjutnya akan mempengaruhi zoning dalam tapak. 102