BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM PERCAKAPAN PEMBAWA ACARA MUSIK INBOX EDISI DESEMBER 2015 DI STASIUN TELEVISI SCTV

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

REALISASI PRINSIP KERJA SAMA (MAKSIM) DALAM PERCAKAPAN ANAK USIA PRASEKOLAH. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

PRINSIP KERJA SAMA TUTURAN ASISTEN DOKTER DENGAN PASIEN DOKTER BASUKI DI KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP PADA MARET 2017

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB II LANDASAN TEORI

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK MESEM SURAT KABAR HARIAN WARTA JATENG

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

KAJIAN PELANGGARAN PRINSIP KONVERSASI DALAM RUBRIK MBLAKETAKET PADA SURAT KABAR RADAR BANYUMAS EDISI BULAN OKTOBER - NOVEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Kesesuaian dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Komunikasi Facebook Celoteh Anak Kampus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto November 2014 oleh Yustin Safrilia Nur Alfian NIM 1001040076 Tahun 2015 Penelitian ini berjudul Kesesuaian dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Komunikasi Facebook Celoteh Anak Kampus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto November 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan prinsip kerja sama dalam percakapan di grup facebook Celoteh Anak Kampus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah tuturan pada status dan komentar facebook yang dibuat oleh pengguna facebook Celoteh Anak Kampus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (pembuat status/penutur dan pengomentar status/mitra tutur) oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sumber datanya adalah komunikasi facebook celoteh anak. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang prinsip percakapan, namun penelitian sekarang hanya meneliti tentang kesesuaian prinsip kerja sama. Hal yang membedakan lagi dilihat dari status usia. Skripsi Yustin Safrilia Nur Alfian dengan peneliti memiliki perbedaan pada penerapan prinsip kerja sama terutama untuk pelanggaran, data,dan sumber data. Penelitian yang terdahulu yaitu tentang komunikasi facebook celoteh anak kampus mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, penelitian sekarang yaitu tuturan asisten dokter dengan pasien di rumah praktek Dokter Basuki Kroya. 7

8 2. Penelitian dengan Judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi SCTV oleh Endang Sayekti NIM 0801040109 Tahun 2016 Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi SCTV. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam percakapan pembawa acara musik Inbox di Stasiun Televisi SCTV. Data penelitian ini adalah percakapan pembawa acara musik Inbox. Sumber data penelitianini adalah pembawa acara musik Inbox. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik penyediaan datanya menggunakan metode simak dengan teknik dasar, teknik sadap. Tahap penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan metode padan referensial. Data kemudian dianalisis berdasarkan: pelanggaran prinsip kerjasama, yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, maksim pelaksanaan; pelanggaran prinsip kesopanan yang meliputi: maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim kesimpatian. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang prinsip percakapan, namun penelitian sekarang hanya meneliti tentang prinsip kerja sama. Hal yang membedakan lagi dilihat dari status usia. Perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data penelitian terdahulu berupa percakapan pembawa acara musik Inbox edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi SCTV pada penelitian sekarang yaitu tuturan asisten dokter dengan pasien dirumah praktek Dokter Basuki Kroya.

9 B. Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Menurut Leech (2015: 8) pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Yule (2006: 3) mengatakan bahwa dalam pragmatik terdapat empat definisi, yaitu (1) pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, (3) pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan dari pada yang dituturkan, (4) pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Menurut Tarigan (2009: 30) pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur suatu bahasa. Penulis dapat menyimpulkan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur atau makna kontekstual C. Prinsip Kerja Sama 1. Pengertian Prinsip Kerja Sama Prinsip kerja sama merupakan subteori tentang penggunaan bahasa. Prinsip kerja sana mengatur apa yang harus dilakukan oleh peserta percakapan (penutur dan pertutur) agar percakapan itu terdengar koheren. Prinsip kerja sama dikaji secara pragmatik dalam tindak ujar melibatkan fungsi bahasa dalam komunikasi. Dalam pragmatik terdapat prinsip konversasi didalamnya terdapat prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Prinsip kerja sama terdiri dari 4 maksim yaitu maksim kuantitas (the maxim of quantity), maksim kualitas (the maxim of quality), maksim relevansi (the maxim of relevance), maksim pelaksanaan (the maxim of manner). Prinsip

10 kesopanan terdiri dari 6 maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan/kecocokan, maksim kesimpatian. Menurut Hidayatul (2013: 30) prinsipkerja sama dan prinsip kesopanan merupakan sebuah aturan ideal dalam menjalin sebuah percakapan agar mencapai komunikasi yang maksimal. Sesuai dengan tujuan penelitian ini penliti hanya membahas tentang prinsip kerja sama. Komunikasi yang wajar dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan. Penutur hendaknya berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, dengan mudah dipahami oleh mitra tutur. Komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi menaati prinsip kerja sama. Wijana (1996: 46-52) menjelaskan agar proses komunikasi dapat berjalan lancar diperlukan kerja sama antara penutur dan lawan tutur. Dalam kajian pragmatik prinsip itu disebut maksim, yaitu berupa pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran. Maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. prinsip kerja sama terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relasi, maksim cara. Prinsip kesopanan yang terdiri dari maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, maksim simpati Lech (dalam Tarigan 35-36). Menurut Grice (dalam Rahardi, 2005: 53-59), prinsip kerja sama terdiri dari empat maksim yaitu maksim kuantitas (the maxim of quantity), maksim kualitas (the maxim of quality), maksim relevansi (the maxim of relevance),

11 maksim pelaksanaan (the maxim of manner). Berikut deskripsi maksim-maksim kerja sama beserta contohnya. 2. Jenis-jenis Prinsip Kerja Sama a. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity) Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerjasama Grice. Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas (Rahardi, 2005 : 53). Contoh: (5) Asisten Dokter: Panas mboten? (panas tidak?) (6) Pasien Refano: Mboten (Tidak) Pada tuturan di atas terdapat kesesuaian dengan maksim kuantitas. Hal ini ditandai dengan kata Tidak. Pada kata tidak tersebut pasien Refano memberikan informasi yang memadai dan sedang dibutuhkan asisten dokter. Pada tuturan asisten dokter menanyakan panas apa tidak? tuturan tersebut berisi tentang pasien itu panas atau tidak panas. Pasien Refano memberikan informasi yang sedang dibutuhkan oleh asisten dokter, yaitu bahwa pasien itu tidak panas. Pada tuturan tersebut pasien Refano mngindahkan maksim kuantitas b. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality) Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur.

12 Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas (Rahardi, 2005: 54). Contoh: (7) Asisten dokter: Panas apa tidak? (8) Pasien Jingga : (sambil memegang jidat) tidak nih. (9) Asisten Dokter: tidak ya.. Tuturan pasien ayah jingga yang di cetak tebal di atas menanggapi tuturan asisten dokter mengenai panas/tidak pasien Jingga. Ayah pasien menjawab tidak panas (sambil memegang jidat Jingga). Pada tuturan ini terdapat fakta, yaitu pada kalimat yang mengatakan bahwa Jingga tidak panas. Tuturan tersebut sesuai dengan maksim kualitas. Pada maksim kualitas ini tuturan diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan fakta dalam bertutur. Pasien Jingga mengindahkan maksim kualitas. c. Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance) Dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama (Rahardi, 2005: 56). Contoh: (10) Asisten dokter : obatnya Bu Saminah. Obatnya sesudah makan ya, 3xseparo, 2x, 3x separo, 3x1. Terus itu kalau malem tidah boleh pakai obat nyamuk bakar kalau tidur. Pasien Suminah : ooh ya. Asisten Dokter : pernah make apa tidak? Pasien Suminah : Pernah make sii Asisten dokter : Pake yang elektrik saja Pasien Suminah : Ooh ya

13 Tuturan tersebut sesuai dengan maksim relevansi. Pada tuturan pasien Saminah Ooh ya tuturan tersbut menjawab tuturan dari asisten dokter yang menjelaskan tentang minum obat dan tidak boleh memakai obat nyamuk bakar saat tidur, hendaknya memakai yang elektrik saja. Dengan jawaban iya itu artinya pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh asisten dokter. Tuturan tersebut termasuk maksim relevansi karena tuturan asiten dan pasien sama-sama saling memahami sesuai apa yang sedang dibicarakan. Sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Asisten dokter dan pasien Saminah mengindahkan maksim relevansi. d. Maksim Pelaksanaan (The Maxim of Manner) Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Berkenaan itu, tuturan (14) pada contoh berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi. Contoh : (14) Asisten Dokter : Pagi apa sore njenengan ke sininya ya? Pasien Puji : Ke sini kemarin sore Mbak. Tuturan pasien Puji tersebut mengatakan bahwa pasien Puji ke rumah dokter kemarin sore. Tuturan tersebut jelas dan tidak kabur. Jelas karena pasien Puji mengatakan kepada asisten dokter dirinya datang kemarin sore. Pada maksim pelaksanaan peserta tutur hendaknya menyampaikan masalah secara langsung, tidak

14 taksa dan tidak berlebihan. Oleh karena itu, dalam tuturan tersebut sesuai dengan maksim pelaksanan. Contoh : (15) Penutur A: Ayo, cepat dibuka! Penutur B: Sebentar dulu, masih dingin. (Rahardi, 2005: 57) Cuplikan tuturan (14) diatas memiliki kadar kejelasan yang rendah. Karena berkadar kejelasan rendah dengan sendirinya kadar kekaburannya menjadi sangat tinggi. Tuturan si penutur (A) yang berbunyi Ayo, cepat dibuka! sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Kata dibuka dalam tuturan di atas mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan sangat tinggi. Demikian pula tuturan yang disampaikan si mitra tutur (B), yakni sebentar dulu, masih dingin mengandung kadar ketaksaan cukup tinggi. Kata dingin pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak kemungkinan persepsi penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa sebenarnyayang masih dingin itu. Tuturan- tuturan demikian iu dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan dalam prinsip kerja sama Grice (dalam Rahardi, 2005: 57). Contoh: (16) Anak : Bu, besok saya akan pulang lagi ke kota. Ibu : Itu sudah saya siapkan di laci meja. (Rahardi, 2005: 58) Tuturan (15) dituturkan oleh seorang anak desa yang masih mahasiswa kepada ibunya pada saat ia meminta uang saku untuk hidup di sebuah rumah kost di kota. Tuturan itu terjadi pada waktu mereka berdua berada di dapur sedang masak bersama. Dari cuplikan tuturan di atas, tampak bahwa tuturan yang dituturkan sang anak, yakni Bu, besok saya akan pulang lagi ke kota. Relative kabur maksudnya. Maksud yang

15 sebenarnya dari tuturan si anak itu, bukannya ingin memberitahu kepada sang ibu bahwa ia akan segera kembali ke kota, melainkan lebih dari itu, yakni bahwa ia sebenarnya ingin menanyakan apakah sang Ibu sudah siap dengan sejumlah uang yang sudah diminta sebelumnya. D. Konteks Tuturan Menurut Alwi, dkk. (1998: 434) konteks tuturan terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Situasi merupakan keadaan dan kedudukan (letak suatu tempat, perihal, atupun mengenai peristiwa), pembicara adalah orang yang berbicara, sedangkan pendengar adalah orang yang mendengarkan. Tempat adalah ruang (bidang, rumah, daerah, dsb) yang tersedia untuk melakukan sesuatu. Adegan adalah bagian kecil dari babak (sandiwara) yang dimulai apabila ada pelaku yang baru tampil. Topik adalah pokok pembicaraan atau bahan diskusi yang menarik perhatian umum pada waktu akhir-akhir ini. Peristiwa adalah lejadian (hal, perkara) yang menarik perhatian dalam iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya. Kode ialah ragam bahasa yang dipakai, misalnya bahasa Indonesia baku, bahasa Indonesia logat, atau bahasa daerah. Sarana ialah wahana komunikasi yang dapat berwujud pembicaraan bersemuka atau lewat telepom, surat, dan televisi. Menurut Indah (2014:41) Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah sebuah latar belakang

16 pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Peristiwa tutur tersebut terdapat pada bagan berikut. Proses Peristiwa Tutur Pembicara (O1) Pasangan Bicara (O2) Maksud (pra ucap) Pemahaman Pensandian (encoding) Pembacaan sandi (decoding) Pengucapan (fonasi) Penyimakan (audisi) Konteks Pada hakikatnya wacanaadalah wujud nyata komunikasi verbal manusia. Oleh karena itu, wacana selalu mengandaikan adanya orang pertama (O1) atau biasa disebut pembicara, penulis, penyapa, atau penutur (addressar), dan orang kedua (O2) sebagai pasangan bicara atau pendengar, pembaca, penutur (addresse). Keterpahaman terhadap tuturan sangat tergantung pada bagaimana kedua pembicara memahami tuturan yang bersifat kontekstual (Mulyana, 2005: 21-22).

17 Menurut Imam Syafi ie (dalam Mulyana, 2005: 24) konteks terjadinya suatu percakapan adaempat macam, yaitu: (1) konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimatdalam percakapan; (2) konteks epidermis (epistemic context), adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipan; (3) konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan; (4) konteks sosial (social context0, yaitu relasi sosial kultural yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan. Unsur konteks yang paling penting ialah waktu dan tempat. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut: Waktu pukul enam sore, desa Tirtomoyo sudah tampak sunyi seperti kuburan. Terpaksa aku menutup pintu rumah. Masuk dan tiduran. Aku terbangun jam tiga pagi. Tidak dikira, ternyata di jalan sudah banyak orang lalu lalang. (Mulyana, 2005:22). Tuturan di atas memberi informasi tentang keadaan suatu desa berdasarkan konteks tempat dan waktu. Pemahaman tentang keadaan dan keramaian desa umumnya berbeda dengan kondisi di perkotaan. Informasi itu bahkan bisa bermakna sebaliknya. Jam 18.00 petang, di desa, terutama di daerah pelosok, barangkali sudah dianggap malam (indikasinya sudah gelap, karena belum ada penerangan listrik, dan sebagainya). Sementara di kota, konteks waktu seperti itu masih dianggap sore. Sebaliknya, jam 03.00 pagi buta, di desa sudah dianggap pagi-kerja, sementara di kota, bahkan masih sangat malam. Penafsiran ini semata-mata berdasarkan pada kondisi dan kebiasaan saja. Bila hal itu dikaitkan dengan kesibukan kerja, misalnya, di terminal, di pasar, di diskotik, atau tempat lain, tentu pemahaman tentang makna dan informasinya juga akan mengalami perubahan.

18 Konteks yang berkaitan dengan partisipan (penutur wacana) juga sangat berperan dalam memahami makna dan informasi tuturan. Hal tersebut dapat dilihat dalam conroh berikut (16) Saya pingin turun. Sudah capek. (Mulyana, 2005: 22) Jika penutur adalah seorang pejabat atau politisi, maka sangat mungkin yang dimaksud dengan turun adalah turun dari jabatan. Berbeda jikatuturan tersebut diucapkan oleh anak kecil yng sedang memanjat pohon. Maknanya bisa berubah drastis, yaitu turun dari pohon. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman wacana secara menyeluruh, konteks harus dipahami dan dianalissis secara mutlak. Konteks terjadinya suatu percakapan (wacana) menunjukan bahwa konteks memiliki peran penting dalam memberi bantuan untuk menafsirkan suatu wacana. Konteks adalah segala-galanya dalam komunikasi. E. Dr. Basuki, Asisten Dokter dan Pasiennya Dokter Basuki merupakan salah satu dokter keluarga yang ada di Koya. Menurut Predy (2013: 1320) dokter keluarga yaitu meruakan satu bentuk pelaynan medik yang diselenggarakn baik perorangan maupun berkelompok. Beliau bernama lengkap dr. H. Pujianto Basuki, beliau merupakan seorang dokter umum yang melayani semua masyarakat. Beliau lahir di Banyumas, 21 Januari 1965. Ayahnya bernama R. Wiryo Sudarmojo dan Ibunya bernama Kartinah, dr. H. Pujianto Basuki adalah seorang anak tunggal. Beliau tinggal di Jalan Jendral Sudirman No 54 Kroya. Beliau mengambil Fakultas Kedokteran di UNS lulus pada tahun 1994. Sekarang

19 beliau menjadi kepala UPT Puskesmas Kroya. Beliau membuka praktek dokter umu sejak tahun 1997 hingga sekarang. Asisten dokter merupakan orang yang bertugas membantu dokter dalam melakukan kegiatan kedokteran. Sri Hastuti adalah salah satu asisten dr. H. Pujianto Basuki yang membantu pada pelayanan pasien. Sri hastuti lahir di Cilacap, 27 November 1976. Mba Sri bertempat tinggal di Jepara Wetan. Pendidikan terahir beliau di SPK Pemda Subang lulus pada tahun 1995. Sri Hastuti mulai menjadi asisten dr. H. Pujianto Basuki sejak tahun 2008. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Pasien yang mengalami masalah kesehatan akan mendatangi dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Harapan pasien dengan pelayanan kesehatan yang diberikan maka masalah kesehatan yang ia hadapi akan terselesaikan atu singkatnya ia akan sembuh/sehat kembali. (www.landasanteori.com) diakses tanggal 15 Februari 2016. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit). Pasien rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Menurut Endang (2012: 87) Pasien adalah setiap orang yang menjalani konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter. Kunjungan ke dokter dilakukan sebagai upaya memperoleh jawaban atas kondisi kesehatannya dan harapan untuk dapat sembuh.

20 Pasien yang datang di rumah praktik Dokter Basuki yaitu termasuk pasien rawat jalan. Pasien rawat jalan di rumah Dokter Basuki dicatat dalam identitas kartu pasien yang berisi nama, umur, alamat. Kartu pasien dibedaka menjadi 4 warna, yaitu merah muda, kuning, putih, hijau. Pada kartu pasien warna merah muda yaitu untuk laki-laki dewasa, kartu pasien warna kuning yaitu unuk perempuan dewasa, kartu pasien warna putih yaitu untuk anak laki-laki, kartu pasien warna hijau yaitu untuk anak perempuan. Pasien yang umurnya 1-12 tahun termasuk pasien anak-anak, sedangkan pasien yang di atas 12 tahun ke atas sudah ganti kartu menyesuaikan jenis kelaminnya. Dengan demikian pasien dokter dibedakan berdasarkan strata usia yaitu anak-anak dan dewasa, yang kedua jenis kelamin ada yang wanita dan pria. F. Kerangka Berpikir Pragmatik merupakan studi tentang maksud penutur atau makna kontekstual. Dalam pragmatik terdapat prinsip konversasi. Prinsip konversasi (conversation principle) / prinsip kecakapan secara pragmatik dalam tindak ujar melibatkan fungsi bahasa dalam komunikasi. Prinsip konversasi terdiri atas dua prinsip, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun. Prinsip kerja sama terdiri dari 4 maksim yaitu maksim kuantitas (the maxim of quantity), maksim kualitas (the maxim of qulity), maksim relevansi (the maxim of relevance), maksim pelaksanaan (the maxim of manner). Prinsip kesopanan terdiri dari 6 maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan/kecocokan, maksim kesimpatian. Prinsip kerja sama tersebut terdapat pada tuturan asisten dokter dengan pasien di rumah praktik Dokter Pujianto Basuki Kroya. Paparan ini dapat disederhanakan dalam bagan 1.

21 Bagan 1. Kerangka Berpikir Prinsip Kerja Sama Tuturan Asisten Dokter dengan Pasien Dokter Basuki di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap pada Maret 2017 Pragmatik Prinsip Kerja Sama 1. Pengertian Prinsip Kerja Sama 2. Prinsip Kerja Sama a. Maksim Kuantitas b. Maksim Kualitas c. Maksim Relevansi d. Maksim Pelaksanaan Konteks Tuturan Tuturan asisten dokter dengan pasien di rumah praktik dr. Basuki Kroya pada Bulan Maret 2017