Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA KALKUN (Meleagris gallopavo sp.) JANTAN DAN BETINA DEWASA

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

Warna bulu sayap. Warna bulu paha. Warna bulu punggung. Coklat putih Coklat putih Coklat putih. Hitam. Hitam putih. Hitam putih. Coklat hitam putih

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatif Burung Puyuh...Listiana

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MATERI DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KALKUN (Meleagris gallopavo) JANTAN DAN BETINA DEWASA IDENTIFICATION OF QUANTITATIVE TRAITS OF ADULT MALE AND FEMALE TURKEYS (Meleagris gallopavo) ABSTRAK Fauzy Eka Ferianto*, Iwan Setiawan**, Wiwin Tanwiriah** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail: ferryfauzy92@yahoo.com Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 20-28 Februari 2015 di Peternakan Kalkun Mitra Alam yang berlokasi di Desa Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat kuantitatif pada kalkun (Meleagris gallopavo) jantan dan betina dewasa yang dipelihara di Peternakan Kalkun Mitra Alam. Penelitian dilakukan secara deskriptif menggunakan kalkun dewasa yang telah berumur di atas 7 bulan sebanyak 7 ekor jantan dan 24 ekor betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalkun jantan dewasa mempunyai rataan bobot badan sebesar 5,70±0,41 kg, panjang paruh 2,36±0,14 cm, lebar paruh 1,71±0,15 cm, lebar kepala 4,86±0,66 cm, panjang leher 27,37±2,41 cm, panjang snood 7,00±2,20 cm, panjang punggung 28,78±3,47 cm, panjang dada 19,14±5,06 cm, lebar dada 21,93±1,07 cm, panjang paha 22,81±1,22 cm, panjang shank 15,23±0,34 cm, dan lingkar shank 5,70±0,39 cm. Pada kalkun betina dewasa rataan bobot badan 3,14±0,49 kg, panjang paruh 2,14±0,12 cm, lebar paruh 1,51±0,22 cm, lebar kepala 3,68±0,26 cm, panjang leher 19,91±2,37 cm, panjang snood 1,47±0,96 cm, panjang punggung 24,49±2,37 cm, panjang dada 14,11±1,52 cm, lebar dada 18,74±1,14 cm, panjang paha 17,25±0,91 cm, panjang shank 12,30±0,97 cm, lingkar shank 4,68±0,25 cm, dan jarak tulang pubis 4,22±1,18 cm. Kata Kunci : Kalkun, Sifat Kuantitatif. ABSTRACT This research was conducted on February 20-28 th, 2015 at Mitra Alam Turkey Farm, Sukoharjo 1, Pringsewu, Lampung. The aimed of this research was to identifies the quantitative traits of adult male and female turkeys at Mitra Alam Turkey Farm. This research used descriptive method. The object of this research was 7 males and 24 females turkeys above 7 month old. The result showed that average weight of adult male turkeys are 5,70±0,41 kg, beak length 2,36±0,14 cm, beak width 1,71±0,15 cm, head width 4,86±0,66 cm, neck length 27,37±2,41 cm, snood length 7,00±2,20 cm, vertebrae length 28,78±3,47 cm, breast length 19,14±5,06 cm, breast width 21,93±1,07 cm, femur length 22,81±1,22 cm, shank length 15,23±0,34 cm, and shank diameter 5,70±0,39 cm. Average weight of female turkeys are 3,14±0,49 kg, beak length 2,14±0,12 cm, beak width 1,51±0,22 cm, head width 3,68 ±0,26 cm, neck length 19,91±2,37 cm, snood length 1,47±0,96 cm, vertebrae length 24,49±2,37 cm, breast length 14,11±1,52 cm, breast width 18,74±1,14 cm, femur length 17,25±0,91 cm, shank length 12,30±0,97 cm, shank diameter 4,68±0,25 cm, and pubis bone distance 4,22±1,18 cm. Keywords : Turkey, Quantitative traits.

PENDAHULUAN Kalkun merupakan salah satu jenis aneka ternak unggas yang mulai dikembangkan sebagai sumber protein hewani karena mempunyai keunggulan disamping dagingnya yang lezat juga berprotein tinggi, kandungan lemak, dan kolesterolnya sangat rendah jika dibandingkan dengan daging ayam kampung dan daging ternak lainnya. Namun masyarakat Indonesia pada umunya belum banyak mengenal budidaya kalkun. Hal ini disebabkan oleh populasi kalkun yang masih relatif sedikit, kurangnya sosialisasi untuk mengkonsumsi daging kalkun serta keterbatasan bibit kalkun yang baik menjadi salah satu alasan kalkun belum berkembang (Rasyaf dan Amrullah, 1983). Salah satu kegiatan yang ditujukkan untuk menghasilkan bibit dalam pengembangan populasi kalkun dan mendapatkan Day Old Turkey (DOT) yang baik adalah dengan penetasan. Untuk mendapatkan DOT yang baik tersebut, maka telur yang digunakan untuk penetasan harus berasal dari induk kalkun dan pejantan kalkun yang baik dan terseleksi. Seleksi merupakan upaya untuk meningkatkan mutu genetik ternak yang sekaligus menjaga kemurniannya. Program seleksi ini akan efektif jika telah diketahui parameterparameter sifat kualitatif dan kuantitatif yang bernilai ekonomis. Parameter ini menunjukkan kriteria seleksi yang akan digunakan sehingga diperoleh ternak yang mempunyai keunggulan genetis dan adaptif sehingga memberikan manfaat yang banyak bagi kehidupan manusia. Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur dimana sifat ini dikendalikan oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Hadjosubroto,1994). Ukuran-ukuran tubuh dapat memberikan gambaran eksterior seekor ternak dan dapat dijadikan pedoman dasar seleksi dalam pemuliaan (Warwick, 1995). Ukuran-ukuran tubuh juga merupakan faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya produksi yang dihasilkan individu ternak (Mansjoer,1985). Langkah awal yang perlu dilakukan dalam upaya mempertahankan, menggali dan mengembangkan potensi sumberdaya kalkun, antara lain dengan menghimpun informasi dan karakterisasi yang berkaitan dengan sejumlah sifat ekonomis penting seperti bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Informasi mengenai karakteristik ternak kalkun sampai saat ini belum terdokumentasi dengan baik di Indonesia, sehingga masyarakat masih ada yang kurang mengenal tentang potensi dari ternak kalkun. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi sifat-sifat kuantitatif pada kalkun jantan dan betina dewasa.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek dan Perlengkapan Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalkun jantan dewasa umur 12-24 bulan dan betina dewasa umur 7-11 bulan yang memiliki berbagai warna bulu. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini 50 % dari populasi kalkun jantan dan betina dewasa yang ada di Peternakan Kalkun Mitra Alam berlokasi di Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, yaitu sebanyak 7 ekor jantan dan 24 ekor betina. Perlengkapan penelitian yang digunakan meliputi timbangan, pita ukur, jangka sorong, kamera foto digital, format pengumpulan data, alat tulis, dan pita warna. Metode Penelitian Penelitian dilakukan secara deskriptif. Data yang digunakan diperoleh dari hasil pengamatan dengan cara mengukur bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kalkun masingmasing sebanyak 3 kali untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran. Data yang diperoleh dituangkan kedalam format yang telah disediakan dan diolah menggunakan statistika deskriptif sehingga didapat gambaran sifat kuantitatif pada kalkun jantan dan betina dewasa. Sifat kuantitatif yang diamati terdiri atas bobot badan, panjang paruh, lebar paruh, panjang leher, panjang snood, panjang punggung, panjang dada, lebar dada, panjang paha, panjang shank, lingkar shank, dan jarak tulang pubis. Data kuantitatif selanjutnya dianalisis menggunakan statistik deskriptif meliputi; rata-rata, maksimum dan minimum, ragam, simpangan baku, dan koefisiensi variasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Perusahaan Peternakan unggas kalkun di Provinsi Lampung dikembangkan oleh Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Mitra Alam bertempat di Desa Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Daerah Kabupaten Pringsewu marupakan daerah tropis dengan rata-rata curah hujan berksar antara 161,8 mm/bulan dan rata-rata temperatur antara 22,9 0 C - 32,4 0 C dengan rata-rata kelembaban relatifnya adalah 56,8 % - 93,1 %. Jenis kalkun yang dkembangkan antara lain, jenis Naragansett, Black Spanish, Bronze, Royal Palm, White Holland dan Bourbound Red. Dalam sekali panen, Peternakan Kalkun Mitra Alam dapat menghasilkan rata-rata 300 ekor/bulan dengan umur panen sekitar 5-7 bulan.

Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan kalkun dewasa menggunakan kandang sistem panggung yang dilengkapi dengan ranch disetiap petaknya. Setiap petak diisi oleh jantan 1 ekor dan betina 3-4 ekor. Kalkun mulai dikawinkan pada umur 7 bulan untuk betina dan jantan dapat mengawini pada umur sekitar 7-8 bulan. Frekuensi pemberian pakan/ransum dalam sehari yaitu 2 kali konsentrat dan 1 kali hijauan. Pada pagi dan sore hari kalkun diberi konsentrat sebanyak 100-125 gram/ekor, dengan kandungan protein kasar sebesar 14 % dan energi metabolis sebesar 2900 kkal/kg. Sedangkan hijauan hanya diberikan satu kali yaitu pada siang hari saja berupa daun singkong, daun pisang, dan daun sambiloto yang telah dipotong-potong dan dicampur dengan vitaminvitamin. Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Pada Kalkun Jantan Dewasa Hasil analisis statistik bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada kalkun jantan dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kalkun Jantan Dewasa. Ukuran-ukuran Tubuh Rataan Minimal Maksimal Ragam Simpangan Baku Koefisiensi Variasi (%) Bobot Badan (kg) 5,70 5,30 6,33 0,17 0,41 7,17 Panjang Paruh (cm) 2,36 2,14 2,59 0,02 0,14 5,76 Lebar Paruh (cm) 1,71 1,44 1,92 0,02 0,15 9,01 Lebar Kepala (cm) 4,86 4,48 6,33 0,43 0,66 13,58 Panjang Leher (cm) 27,37 22,10 29,13 5,82 2,41 8,81 Panjang Snood (cm) 7,00 4,24 10,12 4,84 2,20 31,46 Panjang Punggung (cm) 28,78 21,93 33,10 12,02 3,47 12,05 Panjang Dada (cm) 19,14 17,63 20,23 0,94 0,97 5,06 Lebar Dada (cm) 21,98 20,50 23,57 1,15 1,07 4,89 Panjang Paha (cm) 22,81 21,10 25,03 1,48 1,22 5,34 panjang Shank (cm) 15,23 14,70 15,73 0,12 0,34 2,25 Lingkar Shank (cm) 5,70 5,40 6,53 0,15 0,39 6,79 Berdasarkan hasil analisis statistik pada Tabel 1, bobot badan pada kalkun jantan dewasa sebesar 5,70±0,41 kg, dengan kisaran 5,30-6,33 kg. Nilai koefisiensi variasi dari bobot badan kalkun jantan dewasa sebesar 7,17 %. Menurut Nasoetion (1992) populasi dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi tidak lebih dari 15 %, hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian rata-rata bobot badan kalkun jantan dewasa di

Peternakan Kalkun Mitra Alam dikatagorikan seragam. Bobot badan pada Peternakan Kalkun Mitra Alam masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian Djebbi, dkk., (2014) di Tunisia yang melaporkan bahwa bobot badan kalkun jantan dewasa dapat mencapai 6,44±0,68 kg. Rata-rata panjang dan lebar paruh pada kalkun jantan dewasa masing-masing sebesar 2,36±0,14 cm dan 1,71±0,15 cm. koefisiensi variasi panjang dan lebar paruh masing-masing hasilnya dibawah 15% yang berarti panjang dan lebar paruh kalkun jantan dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil tersebut terbilang jauh lebih kecil dari hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan panjang paruh kalkun jantan dewasa sebesar 5,77±0,52 cm. Rata-rata lebar kepala pada kalkun jantan dewasa sebesar 4,86±0,66 cm dengan koefisiensi variasi dibawah 15% yang berarti lebar kepala kalkun jantan di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil tersebut mendekati hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan lebar kepala pada kalkun jantan dewasa sebesar 4,35±0,23 cm. Rata-rata panjang leher pada kalkun jantan dewasa sebesar 27,37±2,41 cm. Koefisiensi variasinya dibawah 15% yang berarti panjang leher kalkun jantan di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Sedangkan rata-rata panjang snood kalkun jantan dewasa sebesar 7,00±2,20 cm dengan koefisiensi variasi lebih dari 15 % yang berarti panjang snood kalkun jantan dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam bervariasi. Rata-rata panjang punggung pada kalkun jantan dewasa sebesar 28,78±3,47 cm. Koefisiensi variasi dibawah 15 % yang berarti panjang punggung pada kalkun jantan di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil tersebut mendekati hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang punggung pada kalkun jantan dewasa sebesar 28,75±2,45 cm. Rata-rata panjang dan lebar dada pada kalkun jantan dewasa masing-masing sebesar 19,14±0,97 cm dan 21,98±1,07 cm dengan koefisiensi varasinya tidak melebihi 15%, artinya panjang dan lebar dada kalkun jantan dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Panjang dada hasil pengamatan tersebut lebih tinggi dari hasil Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang dada pada jantan dewasa sebesar 16,65±1,56 cm. Panjang paha, panjang shank, dan lingkar shank pada kalkun jantan dewasa masing-masing sebesar 22,81±1,22 cm, 15,23±0,34 cm, dan 5,70±0,39 cm. Koefisiensi variasi dari panjang paha, panjang shank, dan lingkar shank masing-masing tidak melebihi 15 % yang berarti seragam. Panjang paha dan panjang shank hasil pengamatan tersebut mendekati hasil pengamatan Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang paha dan panjang shank masing-masing mencapai 21,10±1,71 cm dan 15,77±1,27 cm.

Hasil analisis statistik bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alama disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kalkun Betina Dewasa. Ukuran-ukuran Rataan Minimal Maksimal Ragam Simpangan Koefisiensi Tubuh Baku Variasi (%) Bobot Badan (kg) 3,14 2,28 3,87 0,24 0,49 15,74 Panjang Paruh (cm) 2,14 1,92 2,34 0,01 0,12 5,41 Lebar Paruh (cm) 1,51 1,07 1,95 0,05 0,22 14,46 Lebar Kepala (cm) 3,68 3,23 4,21 0,07 0,26 7,16 Panjang Leher (cm) 19,91 16,73 26,93 5,64 2,37 11,92 Panjang Snood (cm) 1,47 0,35 2,42 0,92 0,96 65,27 Panjang Punggung (cm) 24,49 17,90 28,00 5,69 2,38 9,74 Panjang Dada (cm) 14,11 12,33 17,97 2,30 1,52 10,75 Lebar Dada (cm) 18,74 17,13 21,10 1,30 1,14 6,09 Panjang Paha (cm) 17,25 15,43 19,10 0,84 0,91 5,30 panjang Shank (cm) 12,30 10,43 13,90 0,94 0,97 7,89 Lingkar Shank (cm) 4,68 4,40 5,50 0,06 0,25 5,43 Jarak Tulang Pubis (cm) 4,22 2,23 5,80 1,38 1,18 27,87 Berdasarkan hasil analisis statistik pada Tabel 2, bobot badan kalkun betina dewasa sebesar 3,14±0,49 kg, dengan kisaran 2,28-3,87 kg. Nilai koefisiensi variasi dari bobot badan kalkun betina dewasa sebesar 15,74 % yang berarti bobot badan kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam beragam karena melebihi 15 %. Hasil tersebut lebih kecil dari hasil penelitian Djebbi, dkk., (2004), yang melaporkan bahwa rataan bobot badan kalkun betina dewasa sebesar 3,59±0,27 kg. Rata-rata panjang dan lebar paruh pada kalkun betina dewasa masing-masing sebesar 2,14±0,12 cm dan 1,51±0,22 cm. Koefisiensi variasi dari panjang dan lebar paruh masing-masing tidak melebihi 15 %,, yang berarti panjang dan lebar paruh kalkun betina di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Panjang paruh hasil pengamatan tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang paruh pada kalkun betina dewasa sebesar 4,58±0,38 cm. Rata-rata lebar kepala pada kalkun betina dewasa sebesar 3,88±0,26 cm. Koefisiensi variasinya tidak melebihi 15 % yang berarti lebar kepala kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil pengamatan tersebut mendekati hasl penelitian Horvath (2009) yang melaporkan lebar kepala pada kalkun betina dewasa sebesar 3,68±0,11 cm. Ratarata panjang leher pada kalkun betina dewasa sebesar 19,91±2,37 cm. Koefisiensi variasinya tidak melebihi 15 % yang berarti panjang leher kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun

Mitra Alam seragam. Rata-rata panjang snood pada kalkun betina dewasa sebesar 1,47±0,96 cm dengan koefisiensi variasi yang tinggi dan melebihi 15 % yaitu sebesar 65,27 %. Hal ini menunjukkan bahwa panjang snood pada kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam sangat bervariasi. Rata-rata panjang punggung pada kalkun betina dewasa sebesar 24,49±2,38 cm. koefisiensi variasinya tidak melebihi 15 % yang berarti panjang punggung kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil tersebut mendekati hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan panjang punggung pada kalkun betina dewasa sebesar 23,71±1,95 cm. Rata-rata panjang dan lebar dada pada kalkun betina dewasa masing-masing sebesar 14,11±1,52 cm dan 18,74±1,14 cm. Koefisiensi variasi dari panjang dan lebar dada masing-masing tidak melebihi 15% yang berarti panjang dan lebar dada kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil pengamatan panjang dada tersebut lebih tinggi dari hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang dada pada kalkun betina dewasa sebesar 11,95±1,51 cm. Rata-rata panjang paha, panjang shank dan lingkar shank pada kalkun betina dewasa masing-masing sebesar 17,25±0,91cm, 12,30±0,97 cm, dan 4,68±0,25 cm. Koefisiensi variasi dari panjang paha, panjang shank dan lingkar shank masing-masing tidak melebihi 15 % yang berarti panjang paha, panjang shank dan lingkar shank pada kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam seragam. Hasil pengamatan ini mendekati hasil penelitian Horvath (2009) yang melaporkan bahwa panjang paha dan panjang shank kalkun betina dewasa masing-masing sebesar 17,78±0,97 cm dan 12,13±0,60 cm. Rata-rata jarak tulang pubis pada kalkun betina dewasa sebesar 4,22±1,18 cm dengan koefisiensi variasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 27,87% yang berarti jarak tulang pubis pada kalkun betina dewasa di Peternakan Kalkun Mitra Alam bervariasi. Pada kalkun betina dewasa usia 7 bulan yang masih belajar bertelur jarak tulang pubisnya sebesar 2,23-2,73 cm dan pada kalkun umur 11 bulan yang sedang bertelur jarak tulang pubisnya sebesar 4,20-5,58 cm. Hal ini menunjukkan bahwa kalkun yang sedang bertelur jarak tulang pubisnya lebih besar hampir 2 kali lipat dari jarak tulang pubis kalkun yang masih belajar bertelur. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ukuran-ukuran tubuh pada kalkun jantan dewasa meliputi bobot badan 5,70±0,41 kg, panjang paruh 2,36±0,14 cm, lebar paruh 1,71±0,15 cm, lebar kepala 4,86±0,66 cm, panjang

leher 27,37±2,41 cm, panjang snood 7,00±2,20 cm, panjang punggung 28,78±3,47 cm, panjang dada 19,14±5,06 cm, lebar dada 21,93±1,07 cm, panjang paha 22,81±1,22 cm, panjang shank 15,23±0,34 cm, dan lingkar shank 5,70±0,39 cm. Ukuran-ukuran tubuh pada betina dewasa meliputi bobot badan 3,14±0,49 kg, panjang paruh 2,14±0,12 cm, lebar paruh 1,51±0,22 cm, lebar kepala 3,68±0,26 cm, panjang leher 19,91±2,37 cm, panjang snood 1,47±0,96 cm, panjang punggung 24,49±2,37 cm, panjang dada 14,11±1,52 cm, lebar dada 18,74±1,14 cm, panjang paha 17,25±0,91 cm, panjang shank 12,30±0,97 cm, lingkar shank 4,68±0,25 cm, dan jarak tulang pubis 4,22±1,18 cm. Saran Perlu dilakukan penelitian sifat-sifat kuantitatif pada berbagai periode pemeliharaan starter, grower, dan finisher guna melengkapi data karakteristik kuantitatif kalkun yang ada di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampikan kepada pimpinan Peternakan Kalkun Mitra Alam Bapak Ir. Bambang Cahyo Murad yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Djebbi, A., N. M hamdi, I. Haddad, and A. Chriki. 2014. Phenotypic Characterization Of The Indigenous Turkey (Meleagris gallopavo) In The North West Regions Of Tunisia. Scientia Agriculturae. 51-56. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Grasindo, Anggota IKAPI. Jakarta. Horvath, S., A. Grgas. A. Ostovic, and A. E. Kabalin. 2009. Morphological Characteristics Of Dalmatian Turkey. Macedonian Journal Animal Science. Vol.2, No. 3 : 277-280 Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasoetion, A. H. 1992. Panduan Berfikir Dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. Rasyaf, M. dan I. K. Amrullah. 1983. Beternak Kalkun. Penebar Swadaya. Jakarta. Warwick, E. J., J. M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.