20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Bibit durian montong hasil perbanyakan vegetatif (sambung pucuk) dalam polibeg ukuran 15 cm x 25 cm umur 1 tahun, dengan tinggi 40-50cm, diameter batang 0,5-0,6 cm, dan jumlah daun 10-15 helai yang akan digunakan sebagai batang induk (Lampiran 2). b. Bibit durian yang akan disusukan, yaitu varietas Petruk, Brongkol dan sapuan jepara berasal dari perkembangbiakan generatif. c. Media tanam yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang 2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, pisau cutter atau pisau tipis yang tajam steril, kantong plastik es yang sudah dibelah-belah, alat tulis, penggaris, jangka sorong, dan etiket. C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data 1. Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak Kelompok lengkap (RAKL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu: a. Jumlah batang bawah (J) 1) Batang bawah 1 montong (J0), sebagai perlakuan kontrol. 2) Batang bawah 1 (J1) sebagai perlakuan kontrol, yaitu Petruk, Brongkol, dan Sapuan durian tanpa sambung. 3) Batang bawah 2 (J2), terdiri dari 1 batang bawah montong yang disambung dengan 1 batang varietas lain. 20
21 4) Batang bawah 3 (J3), terdiri dari 1 batang bawah montong yang disambung dengan 2 batang varietas lain. 5) Batang bawah 4 (J4), terdiri dari 1 batang bawah montong yang disambung dengan 3 batang varietas lain 6) Batang bawah 5 (J5), terdiri dari 1 batang bawah montong yang disambung dengan 4 batang varietas lain b. Jenis / varietas batang bawah (V) 1) Durian Petruk (V1) 2) Durian Brongkol (V2) 3) Durian Sapuan Jepara (V3) Berdasarkan faktor tersebut, terbentuk 13 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terbentuk 39 unit percobaan. Kombinasi perlakuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: J1V0 : Durian Montong tanpa sambung J1V1 : Durian Petruk tanpa sambung J2V1 : Durian Montong Disambung dengan 1 batang durian Petruk J3V1 : Durian Montong Disambung dengan 2 batang durian Petruk J4V1 : Durian Montong Disambung dengan 3 batang durian Petruk J5V1 : Durian Montong Disambung dengan 4 batang durian Petruk J1V2 : Durian Brongkol tanpa sambung J2V2 : Durian Montong Disambung dengan 1 batang durian Brongkol J3V2 : Durian Montong Disambung dengan 2 batang durian Brongkol J4V2 : Durian Montong Disambung dengan 3 batang durian Brongkol J5V2 : Durian Montong Disambung dengan 4 batang durian Brongkol J1V3 : Durian Sapuan tanpa sambung J2V3 : Durian Montong Disambung dengan 1 batang durian Sapuan J3V3 : Durian Montong Disambung dengan 2 batang durian Sapuan J4V3 : Durian Montong Disambung dengan 3 batang durian Sapuan J5V3 : Durian Montong Disambung dengan 4 batang durian Sapuan
22 2. Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam pada taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 5%. D. Pelaksanaan Penelitian Tahapan dari penelitian ini adalah: 1. Persiapan batang bawah dan batang atas Mempersiapkan batang bawah yang akan digunakan untuk sambung dengan syarat tanaman sehat, subur, sistem perakaran bagus, dan berbatang kokoh. Batang atas yang digunakan merupakan tanaman dari varietas unggul otong hasil okulasi. 2. Persiapan media tanam Menyiapkan polibag dan menambahkan media tanam yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 3. Pelaksanaan penyambungan a. Memilih batang induk montong Memilih batang induk yang mempunyai ukuran bibit cukup besar dan dalam kondisi yang baik. b. Menyayat batang Induk Menyayat bibit montong sepanjang 3-4 cm, kira-kira 1/3 diameter batang pada ketinggian 15-20 cm diatas permukaan tanah sehingga terbentuk celah. c. Memotong batang yang akan disusukan Bibit dalam polibeg yang akan disusukan dipotong setinggi 15-20 cm dari pangkal leher (leher akar). Ujung potongan disayat kiri dan kanan, dibuat semakin meruncing sepanjang 2 cm sehingga terbentuk batang yang menyerupai huruf V terbalik. 4) Penyambungan Penyambungan dilakukan dengan cara menyelipkan batang yang akan disusukan pada batang induk (o tong). Ujung bibit yang telah disayat
23 membentuk V terbalik dimasukkan sepenuhnya dalam celah batang montong sehingga tidak tersisa rongga sambungan. 5) Pengikatan 5. Pelabelan yang dapat menghambat proses penyatuan Pembalutan sambungan dimulai dari bagian samungan dengan dililit lembaran plastik kedap air erat-erat. Pembalutan dimulai sari bawah ke atas, dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada celah yang terbuka, terutama pada bagian yang disambung. Pelabelan dilakukan pada setiap batang sesuai dengan masing-masing perlakuan. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap paid an sore menggunakan selang. Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah penyiangan rumput yang tumbuh dalam polibeg dan pemberantasan hama dan penyakit bila ada. Pemupukan juga dilakukan pada saat bibit berumur satu bulan setelah penyambungan menggunakan NPK pelangi untuk memacu pertumbuhan tanaman hasil penyambungan. 7. Pelepasan ikatan Melepaskan pengikat sambungan pada saat sambungan yang telah melekat atau bertautan secara sempurna. 1. Persentase keberhasilan E. Variabel Pengamatan Menghitung persentase keberhasilan pada saat akhir pengamatan. Keberhasilan sambungan ditandai dengan sambungan melekat sempurna. Persentase keberhasilan dihitung dengan rumus : jumlahbibit jadi 100% jumlahbibit yangdisambung
24 2. Pertambahan Tinggi Bibit Pertambahan tinggi bibit diukur dengan cara menghitung selisih tinggi akhir tanaman dengan tinggi awal tanaman. 3. Pertambahan Diameter Batang Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong 2 cm diatas cincin sambungan 4. Diameter tunas Diameter tunas dihitung 2 cm diatas tinggi awal tanaman. 5. Jumlah daun Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh jumlah daun yang telah membuka sempurna. 6. Jumlah Tunas Jumlah tunas dihitung dengan cara menghitung seluruh tunas yang muncul. 7. Luas daun Penghitungan luas daun digunakan untuk mengatahui kemampuan daun yang berfungsi sebagai organ fotosintesis dan sebagai indikator pertumbuhan dari tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Penghitungan luas daun dilakukan dengan mengambil 3 helai daun masing-masing daun atas, tengah dan bawah kemudian menggambar replica daun diatas sebuah kertas lalu digunting. Hasil guntingan ditimbang setelah itu dihitung dengan menggunkan rumus: berat replika kertas Luas Daun = Luas Kertas berat total Kertas