BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERAN PROGRAM SRAWUNG PRAJA RRI SURAKARTA SKRIPSI

PEDOMAN OPERASIONAL, PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN KAMPUNG MEDIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

I. PENDAHULUAN. kita sebagai negara agraris, dimana sebagian besar jumlah. dapat meningkatkan taraf hidup penduduk dari sektor tersebut.

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. apresiasinya membutuhkan perspektif yang luas. tepat untuk khalayak sasaran (target audience) yang tepat dengan

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi atau perusahaan untuk dapat bertahan di era globalisasi sekarang

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

Perekonomian Indonesia

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh

Perekonomian Indonesia

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

yang sistematis untuk mendukung pengambilan keputusan kepala sekolah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR TABEL. vii. Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING

Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yth. Bapak Menteri Dalam Negeri,

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah para petani di Desa Poncowarno Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB 7 RUANG LINGKUP, TUJUAN, PRINSIP, STRATEGI DAN FUNGSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

BAB VI SIMPULAN. Politik kebudayaan Jawa Surakarta pascaproklamasi. kemerdekaan Indonesia dapat dipahami dalam dua hal, yaitu

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk pedesaan merupakan prioritas utama pemerintah yang dijalankan melalui berbagai cara. Perekonomian Indonesia yang sangat bergantung pada sektor pertanian yang berada di wilayah pedesaan menjadi alasan utama mengapa hal tersebut dilakukan. Di samping itu, masyarakat pedesaan, khususnya para petani dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah memerlukan berbagai usaha untuk dapat memahami tentang arti penting pembangunan serta bagaimana cara untuk dapat ikut berpartisipasi di dalamnya. Berbagai informasi pun diperlukan dan diharapkan mampu mengalir hingga ke wilayah pedesaan demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Hal tersebut kemudian diwujudkan melalui komunikasi pembangunan. Di pedesaan Yogyakarta, komunikasi pembangunan dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya melalui penyuluhan, pameran, kesenian dan pertunjukan serta melalui media massa. Penyuluhan yang dilakukan oleh petugas penyuluh lapangan (PPL) adalah salah satu bentuk komunikasi pembangunan yang umum dipakai di pedesaan. Penyuluhan ini dilaksanakan secara door to door ke rumah-rumah warga, kendati demikian upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang maksimal karena tidak semua warga mampu dijangkau oleh PPL. Sistem penyuluhan pun terkesan kaku dan bersifat menggurui sehingga masyarakat desa merasa enggan untuk mengikutinya. Kondisi semacam ini kemudian melahirkan bentuk komunikasi pembangunan lain melalui media massa

206 yang diharapkan lebih mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat desa. Komunikasi pembangunan tersebut ialah Siaran Pedesaan yang telah dimulai di Yogyakarta sejak 1968 dan mampu menjembatani adanya kekosongan di tengah masyarakat desa yang belum mampu terjangkau komunikasi pembangunan melalui PPL maupun melalui bentuk lain. Di Yogyakarta Siaran Pedesaan diselenggarakan oleh tiga media massa utama waktu itu, yaitu RRI, TVRI dan Koran Masuk Desa (KMD). KMD yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan Siaran Pedesaan ialah KMD Kandha Rahardja dan KMD Djaka Lodang karena memiliki jangkauan pembaca yang luas mencakup DIY-Jawa Tengah. Di lain pihak, RRI Yogyakarta telah memulai siaran ini sejak tahun 1968 yang disusul oleh TVRI Yogyakarta setahun kemudian, KMD Kandha Rahardja di tahun 1980 dan KMD Djaka Lodang pada tahun 1981. Peran nyata Siaran Pedesaan ialah mendorong terbentuknya farm forum atau dikenal dengan kelompen dan kelompencapir di wilayah pedesaan yang belum pernah dibentuk sebelumnya. Siaran Pedesaan maupun Kelompencapir merupakan salah satu penanda adanya perbedaan antara kebijakan Orde Baru dengan kebijakan Soekarno. Di era Soekarno, komunikasi pembangunan belum dijadikan prioritas utama oleh pemerintah, meskipun petugas penyuluh yang berperan memberikan penyuluhan bagi masyarakat telah dibentuk. Model komunikasi pembangunanannya pun dilakukan melalui cara tradisional yang masih mengandalkan pertemuan secara langsung antara petugas penyuluh dengan masyarakat. Lain lagi dengan masalah pengorganisasian masyarakat desa, jika di masa Orde Baru dikenal kelompen

207 maupun kelompencapir yang menunjukkan adanya hubungan antara komunikasi pembangunan dengan media massa, di era Soekarno juga telah terdapat kelompok-kelompok tani di pedesaan namun kelompok ini hanya terbentuk berdasarkan adanya kepentingan dan tujuan yang sama yang biasanya berkaitan dengan masalah pertanian. Lebih lanjut, kelompencapir menjadi kelompok sosial di pedesaan yang sangat berperan bagi berjalannya pembangunan. Kelompok-kelompok ini telah mengubah wajah pedesaan melalui berbagai pembangunan fisik yang mereka lakukan. Pada periode 1980an hingga awal 90an, desa-desa diubah menjadi semarak dengan pembangunan gardu pos kamling di sudut-sudut desa, tempat ibadah, gapura dan pagar-pagar desa. Setiap desa berlomba-lomba menjadi desa yang paling maju di bidang fisik maupun mental masyarakatnya. Tak dipungkiri bahwa adanya perlombaan kelompencapir yang diadakan pemerintah setiap setahun sekali mampu memicu semangat pembangunan di pedesaan. Lombalomba tersebut memotivasi kelompencapir di seluruh Yogyakarta untuk tampil menjadi kelompencapir terbaik yang menampilkan berbagai keunggulan dan potensi yang dimiliki. Tak hanya kemajuan di bidang fisik desa, kreativitas masyarakat pun menjadi lebih meningkat setelah diwadahi kelompencapir, misalnya dalam membuat olahan makanan ringan yang mampu mendatangkan keuntungan ekonomis, memanfaatkan lahan kosong untuk tanaman obat dan kegiatan produktif lainnya. Sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi pembangunan melalui siaran pedesaan yang juga mendorong terbentuknya

208 kelompencapir merupakan faktor penting bagi pembangunan pedesaan di era Suharto. Hasil dari komunikasi pembangunan di pedesaan Yogyakarta adalah inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi selain dapat dilihat seperti uraian di atas juga dapat dilihat melalui penggunaan bibit unggul, penggunaan pestisida, cara bertani yang baru serta penggunaan mesin-mesin pertanian yang mampu menggantikan tenaga manusia. Penggunaan teknologi pertanian yang baik dan benar selain diperoleh melalui penyuluhan juga banyak dilakukan melalui Siaran Pedesaan. Di lain pihak, munculnya desa-kota di tahun 1990an juga menjadi dampak dari pembangunan desa yang mengarah pada modernisasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rogers yang menekankan bahwa komunikasi harus memegang peranan dalam transfer inovasi teknologi serta menggugah dan menumbuhkan iklim modernisasi di masyarakat. Meskipun komunikasi pembangunan lewat siaran pedesaan menunjukkan keberhasilan yang memuaskan di pedesaan Yogyakarta, namun perubahan kebijakan pemerintah yang tidak lagi berorientasi terhadap pembangunan pedesaan telah berdampak bagi siaran pedesaan. Desa yang dinilai telah berhasil melakukan pembangunan kemudian mulai digeser dengan kebijakan lain yang dinilai lebih strategis. Jika di akhir 1960an hingga awal 1990an komunikasi pembangunan ditujukan untuk memajukan wilayah pedesaan dalam pembangunan pertanian dan kondisi fisik desa, di akhir tahun 90an komunikasi pembangunan lebih ditujukan untuk memajukan kegiatan industrialisasi, perdagangan dan pariwisata. Hal ini ditunjukkan melaui berubahnya isi siaran pedesaan, baik

209 melalui RRI, TVRI maupun KMD. Kemunduran komunikasi pembangunan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh bagi pedesaan dan masyarakat desa pada periode 1990an. Satu-satunya hal yang dapat diamati secara nyata dari dihapuskannya komunikasi pembangunan melalui siaran pedesaan adalah turunnya aktivitas dan hilangnya eksistensi kelompencapir di pedesaan. Tidak ada lagi hiruk-pikuk desa yang dulu semarak dan sibuk dengan berbagai macam kegiatan kelompencapir seperti dulu. Ditinjau lebih jauh, komunikasi pembangunan di Indonesia, khususnya Siaran Pedesaan adalah kebijakan pemerintah yang diadopsi dari paradigma yang berkembang di dunia pada tahun 1960an, disadari atau tidak kelangsungannya bahkan hingga dihentikannya siaran ini berkaitan erat dengan kondisi dunia di masa itu. Terkhusus untuk komunikasi pembangunan di pedesaan Yogyakarta yang diwujudkan melalui siaran pedesaan, ialah kebijakan Orde Baru dalam konteks yang baru, bukan kebijakan yang dipengaruhi oleh pemerintahan sebelumnya, tetapi kebijakan yang dipengaruhi oleh perkembangan komunikasi pembangunan di dunia. Lebih lanjut lagi, komunikasi pembangunan di masa Orde Baru dilihat sebagai suatu komponen khusus yang bekerja secara sistematis, terarah sekaligus diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga tanpa disadari sebenarnya sangat bersifat politis. Departemen Penerangan sebagai penyelenggara utamanya yang bekerjasama dengan dinas-dinas pemerintahan yang lain melakukan pembinaan sekaligus kontrol terhadap saluran-saluran komunikasi yang ada dan memutuskan informasi apa saja yang layak dan boleh disiarkan maupun yang tidak. Dengan demikian, dalam proses diseminasi/

210 penyebarluasan informasi dan penerangan, Departemen Penerangan merupakan pemegang otoritas tertinggi. Hal ini semakin mempertegas bahwa komunikasi pembangunan di era Orde Baru dijalankan dengan menggunakan pendekatan top down, yang mana semuanya ditentukan dari pusat sehingga desa dan masyarakat desa hanya bertindak sebagai objek dan pelaksana dalam tingkat yang lebih rendah. Meskipun di pertengahan 1980an pendekatan semacam ini telah diubah menjadi bottom up, namun tidak serta merta mampu mengubah pola yang telah berlangsung sebelumnya. Pada umumnya, pembangunan pedesaan di masa Orde Baru menunjukkan adanya homogenisasi yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat dan wilayah pedesaan. Homogenisasi tersebut antara lain dapat diamati melalui himbauan dibentuknya kelompencapir di hampir setiap wilayah di pedesaan serta isi dari komunikasi pembangunan yang mengarah pada keseragaman dalam penggunaan bibit unggul, pupuk, pestisida, teknologi pertanian serta program Keluarga Berencana (KB).