I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

3 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

3 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan gigi (Scheid & Weiss, 2013). Daerah ini merupakan tempat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari kekuatannya yang rendah semen ionomer kaca mempunyai sifat khusus yang diunggulkan sehingga digunakan pada hampir 60% restorasi (Anusavice dkk, 2013). Keunggulan tersebut, yaitu kemampuan untuk berikatan dengan enamel dan dentin tanpa memerlukan material adesif, sifat antikariogenik dengan pelepasan fluor jangka panjang, biokompatibel dan koefisien termal rendah (Zoergibel dan Illie, 2012). Ionomer kaca merupakan nama generik untuk kelompok material berbasis reaksi serbuk silicate glass dan asam poliakrilik. Semen ionomer kaca digunakan untuk restorasi kavitas kelas III dan kavitas kelas V. Semen ionomer kaca mempunyai sifat berikatan dengan struktur gigi dan mempunyai kemampuan mencegah karies sehingga digunakan juga sebagai material luting, bahan adesif untuk braket ortodontik, bahan pengisi pit dan fisur, liner dan base serta untuk core buildups (Anusavice dkk, 2013). Proses pengerasan semen ionomer kaca dimulai ketika serbuk dan cairan dicampur membentuk pasta. Asam mengetsa permukaan partikel glass dan mengakibatkan lepasnya ion kalsium, ion alumunium, ion sodium, dan ion fluor ke dalam media cair. Ion kalsum berikatan silang dengan rantai asam poliakrilat membentuk matriks poliakrilat. Ion kalsium akan digantikan oleh ion alumunium 1

2 setelah 24 jam. Ion sodium dan ion fluor tidak ikut serta dalam cross-linking semen ionomer kaca. Ion sodium akan menggantikan ion hidrogen di gugus karboksilat sedangkan sisa ion tersebar merata dalam material bersama dengan ion fluor. Bagian dari partikel glass yang tidak bereaksi diselubungi oleh silica gel yang berkembang selama pelepasan kation dari permukaan partikel. Material semen ionomer kaca terdiri dari gumpalan partikel serbuk yang tidak bereaksi dikelilingi oleh gel silica pada matriks anmorphus dengan kalsium dan alumunium polysalt terhidrasi (Anusavice dkk, 2013). Reaksi pengerasan semen ionomer kaca konvensional membutuhkan air untuk membentuk matriks poliakrilat. Tahap awal dari reaksi pengerasan terjadi pada 10 menit pertama setelah pengadukan. Tahap kedua adalah lepasnya kation kalsium dan aluminium ke dalam matriks, reaksi asam basa berlanjut selama 24 jam. Selama tahap pertama, material sangat sensitif dengan penyerapan air sedangkan pada tahap kedua material sangat rentan terhadap dehidrasi (Bonifácio, 2012). Semen ionomer kaca yang baru diinsersikan ke dalam kavitas apabila terpapar lingkungan rongga mulut tanpa dilapisi bahan pelindung permukaan akan hancur dan lebih retan karena terjadi kekeringan. Kontaminasi air pada proses pengerasan menyebabkan larutnya kation dan anion pembentuk matriks ke saliva. Semen ionomer kaca harus diberi pelindung untuk bertahan dari kekeringan dan perubahan air selama proses pengerasan sampai beberapa minggu (Anusavice dkk, 2013). Aplikasi bahan pelindung permukaan untuk menjaga keseimbangan air di dalam material. Keuntungan lain penggunaan pelindung permukaan, yaitu pelindung permukaan mampu mengisi celah kecil di permukaan restorasi dan

3 membantu memunculkan warna asli restorasi dengan mengurangi penyerapan zat warna (Ninawe dkk, 2014). Suatu restorasi akan menua sejalan dengan berjalannya waktu (Chandra dkk., 2007). Penuaan restorasi merupakan suatu proses yang kompleks. Perubahan suhu, makanan, minuman, saliva, dan biofilm mengakibatkan degradasi pada restorasi. Perubahan suhu intraoral disebabkan karena makanan, minuman dan bernafas menghasilkan celah pada restorasi atau kebocoran tepi (Gale dan Darvell, 1999). Rongga mulut mengandung berbagai macam spesies bakteri yang bersifat komensal (Anggraeni dkk, 2005). Selama gigi dan restorasi terekspos oleh saliva akan selalu terbentuk biofilm. Biofilm akan menciptakan lingkungan bersifat asam yang mampu mendegradasi gigi dan restorasi (Jokstad, 2015). Salah satu bakteri utama dalam biofilm adalah Streptococcus mutans yang bersifat kariogenik dan merupakan penyebab utama karies gigi. Ciri dari bakteri ini salah satunya adalah mempunyai kemampuan untuk menempel pada semua permukaan keras di rongga mulut (Angraeni dkk, 2005) Kebocoran tepi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan material restoratif dalam rongga mulut. Kebocoran tepi merupakan suatu celah yang terdapat antara dinding kavitas dengan restorasi yang terjadi akibat kontraksi bahan restorasi. Kebocoran tepi dapat menjadi tempat masuknya bakteri, asam, enzim, cairan dan ion-ion. Kebocoran tepi pada restorasi dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder, postoperatif sensitivity dan iritasi pulpa. Postoperatif sensitivity disebabkan oleh cairan dan bakteri yang bergerak keluar masuk melalui celah antara pertemuan gigi dan restorasi. Apabila pulpa teriritasi oleh pergerakan

4 cairan atau sisa metabolisme bakteri (asam) tersebut maka akan timbul rasa sakit/nyeri. Kebocoran tepi juga dapat menyebabkan staining/perubahan warna pada daerah margin restorasi. Masalah lain yang diakibatkan oleh terjadinya kebocoran tepi adalah adanya aliran cairan pada celah restorasi dan akhirnya restorasi dapat lepas dari gigi (Aviandani dkk., 2012). Bahan restorasi seharusnya mampu mengisi tepi restorasi secara sempurna untuk mencegah kebocoran tepi. Sifat bahan restorasi seperti sifat material untuk mengalir, elastis, kemampuan untuk larut dalam saliva, dan resisten terhadap tekanan memberikan kontribusi minor terhadap terjadinya kebocoran tepi sedangkan koefisien ekspansi termal, pengerutan saat proses pengerasan dan adhesi memberikan kontribusi mayor terhadap kebocoran tepi. (Chandra dkk, 2007). Penurunan daya adhesi semen ionomer kaca terhadap jaringan keras gigi terjadi karena kontaminasi air selama proses pengerasan yang mengakibatkan larutnya ion-ion pembentuk semen ionomer kaca (Aviandani dkk., 2012) Kebocoran tepi dapat dicegah dengan aplikasi bahan pelindung (Chandra dkk, 2007). Aplikasi bahan pelindung permukaan bertujuan memberikan keseimbangan air dalam semen ionomer kaca. Aplikasi bahan pelindung (varnish, petroleum jelly, cocoa butter atau light-cured resin) pada permukaan semen ionomer kaca selama initial setting disarankan untuk mengatasi masalah sensitivitas terhadap kelembaban dan dehidrasi sehingga proses pengerasan semen ionomer kaca tidak terganggu. Diantara jenis-jenis material bahan pelindung, yaitu light-polymerized resin memberikan perlindungan paling baik selama pengerasan semen (Lohbauer, 2010).

5 Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured sebagai pelindung permukaan restorasi semen ionomer kaca, resin komposit dan restorasi sementara. Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured yang diaplikasikan pada permukaan restorasi kemudian disinar dengan light cure mampu menghalangi pergerakan air pada permukaan semen selama proses pengerasan. Komponen nanofil di dalamnya akan melindungi restorasi melawan gaya abrasive. Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured bertindak sebagai pelapis, selanjutnya meningkatkan estetik dari restorasi (Lohbauer, 2010). Cocoa butter digunakan di pabrik coklat, medikal, farmasi dan produksi perlengkapan mandi (Asimah, 2007). Cocoa butter dalam produk coklat ditemukan untuk melapisi gigi. Cocoa butter mampu melawan zat kariogenik merupakan efek dari kandungan gula yang tinggi sehingga mencegah karies gigi (Wilson dan Hurst, 2012). Cocoa butter di kedokteran gigi juga digunakan untuk melapisi semen ionomer kaca setelah diaplikasikan untuk mencegah kontaminasi air dan dehidrasi selama initial setting (Lohbauer, 2010). Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured memberikan perlindungan lebih optimal daripada bahan pelindung lainnya. Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured memberikan kombinasi antara sifat hidrofilik tinggi dan viskositas sangat rendah membuat bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured mampu melapisi permukaan semen ionomer kaca secara sempurna. Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured mengkilatkan permukaan semen ionomer kaca sehingga dapat meningkatkan estetik semen ionomer kaca. Bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured dapat

6 melindungi semen ionomer kaca dari gesekan sedangkan cocoa butter setelah diaplikasikan di semen ionomer kaca lama kelamaan akan hilang karena gesekan pengunyahan gigi (Lohbauer, 2010). Dari uraian diatas kebocoran tepi harus dihindari pada restorasi, salah satunya dengan aplikasi coating agent pada permukaan semen ionomer kaca setelah diaplikasikan. Penelitian mengenai perbedaan tingkat kebocoran tepi pada semen ionomer kaca yang dilapisi oleh cocoa butter dan bahan pelindung nano-filled self adhesive light cured pada perendaman dengan Streptococcus mutans belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan untuk mengurangi tingkat kebocoran tepi pada restorasi semen ionomer kaca di masa depan. B. Perumusan Masalah Dari uraian dalam latar belakang maka didapat rumusan masalah apakah terdapat perbedaan antara nano-filled self adhesive light cure protective coating dan cocoa butter terhadap kebocoran tepi semen ionomer kaca tipe II pada perendaman dengan suspensi bakteri Streptococcus mutans? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis belum ada penelitian mengenai perbedaan tingkat kebocoran tepi pada semen ionomer kaca konvensional tipe II setelah pemberian bahan pelindung berupa nano-filled self adhesive light cure protective coating dan cocoa Butter. Penelitian mengenai kebocoran tepi pada semen ionomer kaca pernah dilakukan oleh Aviandani dkk yang berjudul Perbedaan Kebocoran Tepi

7 Tumpatan Semen Ionomer Kaca dengan Pengadukan Secara Mekanik Elektrik dan Manual. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dan yang telah dilakukan oleh Aviandani dkk berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Aviandani dkk. melihat tingkat kebocoran mikro pada semen ionomer kaca dengan 2 cara pengadukan yang berbeda sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis melihat perbedaan tingkat kebocoran tepi pada penggunaan 2 bahan pelindung yang berbeda setelah direndam dalam suspensi Streptococcus mutans. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebocoran tepi pada semen ionomer kaca konvensional tipe II yang dilapisi dengan menggunakan bahan pelindung nano-filled self adhesive light cure dan cocoa butter setelah direndam dalam suspensi bakteri Streptococcus mutans. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui perbedaan penggunaan bahan pelindung nano-filled self adhesive light cure dan cocoa butter terhadap kebocoran tepi restorasi semen ionomer kaca konvensional tipe II serta memberikan informasi kepada klinisi mengenai bahan pelindung yang memberikan perlindungan lebih optimal untuk mencegah kebocoran tepi yang diakibatkan oleh kontaminasi cairan dan bakteri Streptococcus mutans.