BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

Formulir I IDENTITAS PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

Pengertian SKN. Maksud dan Kegunaan SKN 28/03/2016. BAB 9 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes, 2005). Selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut maka perlu ditingkatkan upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang memilki mutu yang baik serta biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dimana untuk mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut maka diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang mana dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Masyakat saat ini juga telah menyadari bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan. Masyarakat menginginkan agar ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkannya serta tidak tergantung kepada kemampuanya untuk 1

membayar. Namun hingga saat ini masih terjadi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan ditengah masyarakat (Thabrany, 2015). Salah satu hambatan utama bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah ketidak mampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama keterbatasan biaya. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pendapatan masyarakat dan diperparah dengan tingginya biaya pelayanan kesehatan terutama obat-obatan dan alat kesehatan. Apabila tidak dilakukan pengendalian biaya maka semakin sulit masyarakat untuk memperoleh pekayanan kesehatan. Upaya yang tepat dalam pengendalian tersebut adalah dengan asuransi/jaminan kesehatan. Asuransi/jaminana kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan dalam mengatasi resiko gangguan kesehatan serta implementasi yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah untuk mengatasi kerugian akibat perawatan dan pengobatan dipelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut pemerintah dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Untuk dapat menikmati pelayanan kesehatan tersebut maka pemerintah membuat kebijakan dalam suatu sistem jaminan kesehatan nasional ataupun asuransi kesehatan nasional. Secara resmi jaminan kesehatan di Indonesia dimulai pada tahun 1968 yang mana kebijakan jaminan kesehatan itu masih sebatas untuk pegawai negri yang dikelola oleh PT Askes. Sedangkan untuk masyarakat yang kurang mampu pemerintah sudah mulai sejak tahun 1970-an melalui program dana sehat di 2

puskesmas. Pada tahun 1992 secara resmi muncullah jaminan kesehatan bagi tenaga kerja yang dikelola PT Jamsostek. Kemudian tahun 1992 sejalan dengan Undang-Undang Kesehatan, pemerintah menerapkan Jaminan Pemeleiharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau lebih dikenal dengan Askeskin. Pada tahun 2008 sampai 2013 berubah nama menjadi Jaminan Kesatan Masyarakat/Jamkesmas dan kemudian tahun 2014 sampai sekarang berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kesemuanya memilki tujuan yang sama yaitu sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Thabrany, 2015) Berdasarkan UUD 1945 pasal 28 H ayat 3 dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat 2 yaitu Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Untuk melaksanakan UUD terserbut maka pemerintah menetapkan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN. SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan bentuk untuk menjamin rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) yang menetapkan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Secara operasional pelaksanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau JamKesNas merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan 3

menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Permenkes Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. JKN mulai diterapkan pemerintah Indonesia sejak 1 Januari 2014 sehingga perlu diperhatikan pelaksanaannya oleh semua pihak. Dalam era JKN seperti sekarang masyarakat bebas memilih pengobatan ke dokter praktek yang kerjasama dengan BPJS atau puskesmas. Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional yang dilakukan puskesmas yang mana berdasarkan kapitasi pada tiap puskesmas. Dalam melakukan pelayanan BPJS maka puskesmas melakukan pengentrian data pada setiap pasien yang datang berkunjung, dimana kita dapat melihat apakah peserta tersebut terdaftar pada fasililitas kesehatan kita. Dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap peserta Jaminan Kesehatan Nasional dimana puskesmas harus merujuk ke dalam seratus empat puluh empat (144) penyakit yang menjadi kompetensi dokter (Peraturan Konsil Kedokteran No 11/2012 serta obat yang digunakan harus berdasarkan Formularium Nasional (Fornas) yang sesuai dengan tingkat fasilitas kesehatan (Faskes). BPJS Kesehatan merupakan salah satu program dari pemerintah Indonesia yang menggantikan peran ASKES sebagai badan penyelenggara Jaminan Kesehatan pada masyarakat dan diharapkan mampu lebih baik lagi dari ASKES yang dulunnya sebelum mampu menjadi penyelenggara jaminan kesehatan yang memberikan pelayanan yang paripurna kepada masyarakat. Salah satu pelayanan 4

kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan adalah puskesmas yang mana puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama. Salah satu wujud nyata penyediaan pelayanan publik dibidang kesehatan adalah dengan adanya Puskesmas. Puskesmas adalah pusat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat dan juga menjadi bagian pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang harus dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Tujuan utama dari adanya puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relative terjangkau untuk masyarakat terutama masyarakat dengan ekonomi menegah kebawah. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur. Dalam pelayanan di Puskesmas obat-obatan merupakan unsur yang penting. Untuk menjamin ketersediaan, kelangsungan, dan keterjangkauan obat agar lebih efektif, efisien, dan rasional, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap obat-obat tersebut. Pengelolaan ini meliputi pencatatan dan pelaporan 5

obat, agar tatalaksana obat bisa lebih tertib jumlah dan jenisnya. Kegiatan ini meliputi mulai dari penerimaan, ketersediaan, pengeluaran, serta penggunaan obat tersebut. Untuk mengelola penyediaan obat, diperlukan kerjasama tim. Kerjasama ini melibatkan seluruh petugas fasilitas kesehatan seperti dokter, perawat, petugas kesehatan lain dan petugas gudang penyimpanan obat. Kebijakan Obat Nasonal bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencakup pemerataan, pendistribusian dan penyerahan obat-obatan yang mana harus sesuai dengan kebutuhan dari masingmasing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat yang baik maka diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih maksimal. Pengelolaan obat di puskesmas perlu diteliti karena pengelolaan obat yang efisien sangat menentukan keberhasilan manajemen puskesmas secara keseluruhan, untuk menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak rasional maka perlu dilakukan pengelolaan obat yang sesuai. Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efiseien dan rasional. Aspek manajemen pengelolaan obat yang mana meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan dan pelaporan (Anjarwati, 2010) Terjaminnya ketersediaan obat dipelayanan kesehatan akan menjaga citra pelayanan kesehatan itu sendiri sehingga sangatlah penting untuk menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih penting dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien (Depkes, 2007). 6

Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas karena ketidak efisienan akan memberi dampak negatif terhadap pelayanan Puskesmas, sedangkan ketersediaan obat merupakan tuntunan pelayanan kesehatan maka pengelolaan obat yang efisien sangat menentukan keberhasilan. Tujuan dari manajemen obat adalah tersedianya obat pada saat dibutuhkan baik jenis maupun jumlah. Ketidak cukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor dimana salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan, pengadaan, pendistribusian kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien. Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka untuk memenuhi kebutahan obat di Puskesmas. Pengadaan obat merupakan aspek yang harus sesuai dengan kebutuhan obat supaya tidak terjadi kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan atau kekurangan obat tentu dapat terjadi karena kesalahan dalam perencanan obat yang tidak tepat dan tidak rasional. Agar hal tersebut tidak terjadi maka pengelolaan obat Puskesmas perlu dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan. Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas. Penyimpanan merupakan kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakkan dan mutunya tetap terjamin. Distribusi adalah kegiatan penyaluran dan penyerahan obat kepada unit pelayanan kesehatan sesuai 7

dengan permintaan yang diajukan. Tujuan distribusi adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di unit pelayanan kesehatan dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Berbagai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan JKN, penelitian tersebut menggambarkan pelaksanaan rujukan rawat jalan tingkat pertama peserta program JKN di puskesmas Siko dan puskesmas Kalumate Kota Ternate yang mana menunjukkan bahwa pemahaman petugas tentang kebijakan sistem rujukan masih tergolong kurang baik dan masih ada kendala keterlambatan serta sering terjadi kekosongan obat (Fauziah, 2014). Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan BPJS/JKN dimana fatorfaktor yang mempengaruhi kepuasan penggunaan BPJS/JKN Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Sleman Jogjakarta dimana terdapat 4 (empat) fator yang mempengaruhi antara lain fasilitas, pelayanan, obat dan sosialisasi. Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan elemen yang sangat penting dan berpengaruh terhadap peningkatan keseluruh aspek dalam sistem pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelaksanaan kebijakan jaminan kesehatan adalah unit-unit pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan (Helmizar, 2013). SDM pelaksana pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan farmasi (Mukti, 2013). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang jumlah puskesmas sebanyak 22 Puskesmas yang terdapat di 11 kecamatan, Puskesmas terbagi atas dua yaitu 7 Puskesmas Rawatan (Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas Air Dingin, Puskesmas Padang Pasir, Puskesmas Seberang Padang, 8

Puskesmas Pauh, Puskesmas Nanggalo dan Puskesmas Bungus) dan 15 Puskesmas Non Rawatan (Puskesmas Air tawar, Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Anak Air, Puskesmas Ikur Koto, Puskesmas Andalas, Puskesmas Pemancungan, Puskesmas Jondul, Puskesmas Lubuk Kilangan, Puskesmas Kuranji, Puskesmas Belimbing, Puskesmas Lubuk Begalung, Puskesmas Alai, Puskesmas Lapai, Puskesmas Pengambiran dan Puskesmas Ambacang). Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap masyarakat diwilayah kerja maka Puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berjumlah 62 Pustu dan 29 buah Poskeskel. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka perumusan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut yaitu Bagaimana Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas Kota Padang dalam rangka mendukung pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimanakah manajemen pengelolaan obat di Puskesmas kota Padang dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan obat di puskesmas kota Padang dalam mendukung pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional. 9

2. Untuk mengetahui perbedaan manajemen pengelolaan obat antara Puskesmas rawat inap dan puskesmas rawat jalan di kota Padang dalam mendukung pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain ini dapat menambah referensi perpustakan Universitas Andalas sebagai wahana ilmu pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Padang dalam rangka penentuan arah kebijakan dalam rangka pelayanan jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kota Padang. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas di Kota Padang untuk meningkatkan efisiensi aspek manajemen obat dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek manajemen pengelolaan obat di puskesmas kota Padang dalam rangka pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan melihat beberapa faktor dari manajemen pengelolaan obat di Puskesmas. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Padang pada bulan Juni 2014 hingga bulan Juli 2014 dengan melakukan kuesioner dan penelusuran data yang terkait dengan penelitian ini. 10