BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah banyak mencurahkan perhatiannya terhadap isu sentral keberadaan industri kecil. Para pelaku industri kecil telah mendominasi lebih dari 99% dalam struktur perekonomian nasional. Keberadaan industri kecil pada saat ini telah banyak menjadi tumpuhan dan harapan sebagian besar rakyat untuk mengurangi pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Namun di sisi lain, keberadaan industri kecil masih menghadapi banyak masalah dan kendala yang cukup dilematis. Memang cukup berat tantangan yang dihadapi industri kecil untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Karena disadari bahwa industri kecil ini banyak menghadapi kendala. Seperti, tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajerial sumber daya manusia, kecilnya struktur permodalan, lemahnya memperbesar peluang pasar, keterbatasan jaringan kerjasama, iklim usaha yang kurang kondusif dan pembinaan yang dilakukan masih kurang (Kuncoro, 2007:35). Sebagai suatu kelompok, keberadaan industri kecil di Indonesia telah terjebak dalam berbagai permasalahan klasik seperti diatas dan sering dihadapkan pada keterbatasan permodalan, pemasaran, teknologi produksi, manajemen usaha serta pengetahuan dan informasi. Mantan presiden B.J Habibie telah menyatakan

2 prioritas yang harus dibangun oleh pemerintah pada saat ini dan ke depan adalah lapangan kerja dan industri kecil. Sementara, pemerintahan SBY-JK beserta kabinet Indonesia bersatu-nya telah berjanji untuk menciptakan proyek padat karya dan menjadikan tahun 2007 sebagai tahun keuangan industri kecil. Selain itu perhatian terhadap keberadaan industri kecil di Indonesia ini semakin meningkat karena berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat yang telah menjadi target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai bangsa Indonesia pada tahun 2015 mendatang. Sementara itu, kajian teori ekonomi industri kecil yang telah berkembang di Indonesia belum ada yang baku dan standar, sehingga kurang cocok jika diterapkan secara paksa untuk mengatasi seluruh permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor informal yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Indonesia pada saat terjadinya krisis yang melanda pada tahun 1997 silam bahkan sampai sekarang. Setiap sektor informal yang ada di Indonesia setidaknya menyumbangkan lapangan pekerjaan dan pendapatan pada pembangunan nasional pada negeri ini. sektor informal ini dapat direalisasikan dengan pembentukan usaha-usaha kecil yang dibuat oleh para pelaku ekonomi. Keberadaan industri kecil harus tetap dipertahankan dan dikembangkan agar dapat terus berperan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Kedudukan usaha kecil di tengah-tengah kehidupan masyarakat telah mendapat tempat yang mantap, banyak menyerap tenaga kerja, mampu berdampingan dengan perusahaan besar dan ikut memperlancar kegiatan perekonomian Negara.

3 Industri kecil Indonesia memiliki julukan sebagai tulang punggung perekonomian. Andil industri kecil nyata terlihat dari jumlah usaha mencapai 51 juta unit, dan bandingkan dengan usaha besar yang hanya 4200 unit usaha. Kita perlu bangga dengan ketangguhan pengusaha industri kecil di Indonesia yang sanggup bertahan ditengah badai krisis ekonomi di era tahun 1997-an dan krisis global ekonomi tahun 2008 yang melanda seluruh dunia. Industri kecil bukan hanya tetap berdiri bahkan mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menyumbangkan nilai PDB yang besar, berbeda jauh dengan usaha besar yang gulung tikar sehingga menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Jika kita lihat data-data perbandingan antara sektor industri kecil dan sektor usaha besar, ternyata sejak krisis berlangsung industri kecil semakin bertambah jumlahnya. Menurut data BPS serta publikasi Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, terdapat sekitar 51,03 juta unit usaha mikro, kecil dan menengah atau mencapai 99,9 % dibandingkan dengan usaha besar yang hanya 4.171 unit. Demikian juga dengan penyerapan tenaga keja mencapai 85,42 juta orang atau 99,18% pada industri kecil sedangkan usaha besar berjumlah 3,38 juta orang. Lebih jauh lagi apabila ditinjau dari nilai sumbangan produk domestik bruto nasional sebesar Rp. 1.846,65 triliun, maka sektor industri kecil menyumbangkan PDB atas dasar harga konstan tahun 2000, sebesar Rp 1.032,57 triliun (55,92%) sedangkan usaha besar nilai PDB-nya sebesar Rp. 814,08 triliun (44,08). Pada saat ini jumlah ekspor industri kecil mencapai Rp. 122,20 triliun (15,70%) dari total ekspor nasional sedangkan volume ekspor usaha besar sebesar 84,3%.

4 Berdasarkan uraian diatas, berarti telah ada kesenjangan baik secara teoritis dan empiris berkaitan dengan issue sentral keberadaan industri kecil tersebut. Oleh karena itu, permasalahan industri ini masih aktual dan penting untuk diteliti lebih lanjut berkaitan dengan kondisi dan keberadaan industri kecil itu sendiri. Industri kecil pada umumnya mempunyai karakteristik sebagai suatu entinitas bisnis yang berskala kecil, baik dalam pengertian pendanaan, maupun jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam organisasi bisnis tersebut. Karena ukurannya, industri kecil sebagian besar bergerak di pasar yang bersifat persaingan sempurna (perfect competition) maupun persaingan monopolistik (monopolistic competition). Untuk mengetahui banyak sedikitnya industri kecil yang berkembang maka kita dapat lihat melalui perkembangan industri kecil melalui tabel berikut: Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah industri kecil Tahun 2003-2010 Tahun Jumlah Industri Kecil Pertumbuhan Persentase 2003 37.913.608 - - 2004 38.725.960 812.352 2.10 2005 38.906.774 180.814 0.46 2006 40.766.742 1.859.968 4.56 2007 42.390.749 1.624.007 3.83 2008 43.224.007 833.258 1.93 2009 47.109.555 3.885.548 8.25 2010 48.936.480 1.826.925 3.73 Rata-rata 1.574.696 3.55 Sumber: BPS, diolah

5 Berdasarkan data diatas, bahwa jumlah industri kecil secara total mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rata-rata kenaikan jumlah unit usaha industri kecil sebesar 3,55 persen atau sebesar 1.574.696 tiap tahunnya. Namun yang paling besar pengaruhnya terlihat pada tahun 2009 sebesar 8,25 persen atau sebesar 3.885.548 dari 47.109.555 unit industri kecil. Sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Jasa-jasa; serta (5) Pengangkutan dan Komunikasi dengan perkembangan masing-masing sektor tercatat sebesar 53,57 persen, 27,19 persen, 6,58 persen, 6,06 persen dan 5,52 persen. Banyak bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenga kerja. Usaha berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan kerja informal, yang ternyata banyak menyerap tenaga kerja. Dari data tersebut terdapat sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi bagi pendapatan Negara dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu usaha industri pengolahan dalam usaha kecil dan menengah ini adalah usaha industri paving blok Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung sebagai salah satu usaha kecil yang ada di Kabupaten Bandung. Kawasan industri Paving Blok ini terletak di Kampung Jati, Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Kawasan industri ini sebelum memproduksi paving blok mengalami beberapa perubahan, yang berawal dari pembuatan tegel pada tahun 1980-an namun banyak warga yang gulung tikar

6 karena tidak dapat mempertahankan usahanya. Setelah itu para pengusaha beralih dari memproduksi tegel menjadi produksi genting namun lagi-lagi tidak dapat berlangsung lama yang dikarenakan daerah Margaasih sudah tidak mudah lagi mendapatkan tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan genting semenjak makin berkembangnya industri banyak pabrik membuang limbahnya ke sungai sehingga tanah liat tercemar dan tidak bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan genting. Akhirnya untuk menyelamatkan masyarakat, para pengusaha beralih ke pembuatan paving block. Ini dilakukan karena tidak ingin melihat masyarakat Nanjung menjadi pengangguran yang dikarenakan industri tegel dan genting gulung tikar. Namun dengan pengalihan industri dari genting ke paving blok tidak semulus pada saat industri tegel yang dikarenakan adanya kesulitan pada bahan baku yang cukup mahal sehingga para pengusaha kesulitan dalam menetapkan harga jual pada konsumen. Namun dari permasalahan tersebut sudah terdapat beberapa upaya yaitu diantaranya dengan mengganti bahan baku pasir dengan limbah batu bara dan hasilnya pun tidak terlalu mengecewakan, namun permasalahan tidak berhenti disitu karena walaupun hasil produksinya bagus namun Departemen lingkungan Hidup RI memasukkan limbah batu bara sebagai limbah berbahaya sehingga penggunaannya harus terdapat izin dari pemerintah. Dari kendala tersebut membuat para pengusaha menjadi serba salah, jika tidak menggunakan limbah batu bara tidak akan kuat menahan beban produksi yang terus meningkat. Sedangkan jika memakai limbah batu bara harus terdapat izin dari pengurusnya yang prosedurnya sangat sulit.

7 Dari hal tersebut membuat para pengusaha paving blok khawatir kendala tersebut akan menyebabkan usaha paving blok akan mengalami kegagalan seperti sebelumnya. Selain itu jika dilihat dari besarnya kontribusi para pengusaha paving block ini hanya sebesar 15% se-kabupaten Bandung. Dari kendala-kendala tersebut industri paving blok yang semula hampir semua penduduk desa Nanjung memproduksi paving blok saat ini hanya terdapat sekitar 30 industri kecil yang bergerak dalam industi pengolahan paving blok dan mayoritas pemilik dan tenaga kerja dari industri paving blok ini adalah penduduk asli dari desa nanjung ini dan selebihnya dari itu sudah mengalami gulung tikar. Berdasarkan permasalahan tersebut dan penelitian awal yang dilakukan oleh penulis yang dikumpulkan secara kumulatif mengenai pendapatan industri pada bulan juli 2009-Februari 2010 yang mengalami fluktuatif yang cenderung menurun, maka dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada industri paving blok desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung.(Data Terlampir). Setelah melakukan pendataan pendapatan industri paving blok di desa Nanjung pada bulan Juli 2009-Februari 2010 maka penulis merata-ratakan jumlah pendapatan pada indutri paving blok pada bulan Juli 2009-Februari 2010 yaitu sebagai berikut:

8 Tabel 1.2 Perkembangan Rata-rata Pendapatan Industri Paving Blok Nanjung Periode Juli 2009-Februari 2010 No Bulan Pendapatan Rata rata Perkembangan 1 Juli Rp. 28.327.975-2 Agustus Rp. 26.760.950-5,53 % 3 September Rp. 24.545.907-8,27 % 4 Oktober Rp. 22.795.200-7,13 % 5 November Rp. 22.687.502-0,47 % 6 Desember Rp. 24.071.625 6,10 % 7 Januari Rp. 21.411.378-11,05 % 8 Februari Rp. 15.944.300-25,53 % Sumber : Hasil Pra penelitian Dari data perkembangan rata-rata pendapatan diatas dapat kita lihat bahwa pendapatan industri paving blok berfluktuatif yang cenderung menurun, namun pada bulan Januari 2010 mengalami penurunan drastis dari perkembangan yang turun dari persentase sebesar (-)11,05% turun kembali sebesar (-)25,53% pada bulan Februari 2010. Setelah penulis menanyakan kepada para pemilik industri mengenai masalah hasil pendapatan dari tiap bulan ke bulannya yang berfluktuatif dan cenderung menurun mayoritas dari para pemilik industri tersebut menjawab bahwa hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti harga produk, lingkungan persaingan, dan diferensiasi produk. Dari faktor pertama yaitu harga jual yang berbeda-beda pada tiap industri ini berawal dari kualitas bahan baku yang dipergunakan oleh masing-masing industri paving blok ini. Industri yang menggunakan bahan baku kualitas tinggi yaitu dengan menggunakan pasir beton dan semen holcim akan menghasilkan paving blok yang berkualitas baik pula dan jelas dengan kualitas yang baik maka harga yang ditetapkan pada paving blok itu juga cenderung mahal dan sebaliknya industri yang menggunakan bahan baku kualitas rendah dan cenderung kurang

9 baik yaitu dengan menggunakan pasir padalarang atau pasir giling yang akan menghasilkan paving blok yang berkualitas rendah dan tentu saja dengan harga murah. Dari hal tersebut maka yang akan selanjutnya terjadi adalah persaingan harga dan terkadang dari adanya faktor tersebut timbul terjadinya persaingan yang tidak sehat yaitu dengan kecurangan dalam penggunaan bahan baku yang seharusnya tidak layak digunakan tetapi tetap digunakan demi mendapatkan harga yang murah dan akan lebih banyak menarik konsumen untuk membeli paving blok di tempatnya. Namun bagi para pemilik industri yang lebih mengutamakan kualitas sudah dapat mengatasi masalah ini yaitu dengan lebih transparan kepada para konsumen dalam pembuatan paving bloknya. Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan yaitu faktor diferensiasi produk dimana dengan banyaknya jenis paving blok yang diproduksi pada tiap industrinya yang berbedabeda maka hal ini juga akan mempengaruhi hasil pendapatan pada setiap industrinya. Misalnya dari 20 jenis paving blok, industri A memproduksi 5 jenis sedangkan industri B hanya 3 jenis maka pendapatan dari industri A cenderung akan lebih banyak dibandingkan di industri B. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari banyaknya faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti promosi, pelayanan, harga jual, lingkungan persaingan, diferensiasi produk, kualitas produk dan lain sebagainya maka dari hasil wawancara dengan para pemilik industri tersebut penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pendapatan pada industri paving blok ini adalah harga jual, lingkungan persaingan dan diferensiasi produk.

10 Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pada Industri Paving Blok Nanjung. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan dalam bentuk rumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran harga jual pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana gambaran diferensiasi produk pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana gambaran lingkungan persaingan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 4. Bagaimana Pengaruh harga jual terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 5. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 6. Bagaimana pengaruh lingkungan persaingan terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

11 1. Untuk mengetahui gambaran harga jual pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 2. Untuk mengetahui gambaran diferensiasi produk pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 3. Untuk mengetahui gambaran lingkungan persaingan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 4. Untuk mengetahui pengaruh harga jual terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 5. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 6. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan persaingan terhadap pendapatan pada industri paving blok Nanjung Kabupaten Bandung? 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran kepada pengusaha industri, PEMDA, Dinas KUKM dan Disperindag tentang harga jual, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap pendapatan pengusaha industri paving blok Nanjung Kab. Bandung. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro pada khususnya.