I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I. PENDAHULUAN A.

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN I - 1

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Raskin merupakan penyempurnaan dari Instrumen Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus (OPK) karena penurunan daya beli sejak krisis ekonomi tahun 1997. Saat itu, argumen yang berkembang adalah fakta hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1999 yang menyebutkan bahwa sebagaian besar (76%) rumah tangga Indonesia adalah konsumen beras ( net consumer) dan hanya 24% sisanya produsen beras ( net producer). Pada intinya, karena beras juga merupakan makanan pokok dengan karakteristik permintaan yang tidak elastis perubahan harga tidak terlalu berpengaruh terhadap konsumsi beras maka kelompok miskin itulah yang menderita cukup parah karena perubahan harga beras (Arifin, 2006). Program raskin merupakan kelanjutan dari Operasi Pasar Khusus (OPK), yang diluncurkan pada bulan Juli 1998 sebagai bagian dari Jaring Pengaman Sosial (JPS ). Program ini telah di evaluasi beberapa kali sejak tahun 1998, dan temuan telah memberikan umpan balik untuk bagaimana konsep program raskin dan pengimplementasian program dapat ditingkatkan. Berbagai penyesuaian telah dibuat dan dirancang oleh pemerintah, termasuk perubahan nama program, kuota beras per rumah tangga, distribusi frekuensi, sumber dan jenis data penerima manfaat yang ditargetkan, dan penunjukan lembaga untuk memberikan bantuan kepada pelaksana lokal (USESE Foundation, 2004). Program raskin telah dimodifikasi beberapa kali, namun efektivitas program masih diperdebatkan. Dalam hal distribusi beras sampai titik distribusi, Bulog telah melakukan tugas yang diamanatkan oleh pembimbingan program raskin. Keberhasilan program raskin tidak dapat dinilai semata-mata didasarkan pada fakta tersebut karena raskin merupakan program untuk mendistribusikan beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Program raskin bukan hanya membahas pengalokasian beras untuk 1

setiap titik distribusinya. Masalah dengan implementasi raskin sering terjadi dari titik distribusi hingga rumah tangga penerima manfaat. Titik distribusi adalah tempat di desa-desa dan kelurahan di mana beras akan diserahkan kepada penanggung jawab distribusi sehingga akan mempermudahkan penerima sasaran untuk bertemu dengan distributor. Selain itu, titik distribusi merupakan tempat-tempat lain yang lokasi yang ditentukan atas dasar kesepakatan tertulis antara pemerintah daerah dan Bulog (Rizki et al., 2007). Raskin (beras untuk keluarga miskin) adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia, yakni berupa penjualan beras bersubsidi kepada penerima tertentu. Program Raskin dimulai pada Januari 2003. Untuk tahun 2010, jatah beras yang dialokasikan untuk raskin dikurangi menjadi 13 kg per rumah tangga per bulan sedangkan pada tahun 2009 jatah beras ditetapkan menjadi 15 kg. Program Raskin sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin). Program Raskin tersebut merupakan program nasional lintas sektoral, baik secara vertikal (Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah Daerah) maupun horisontal (lintas Kementerian/Lembaga) sehingga semua pihak yang terkait di dalamnya bertanggung jawab penuh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing untuk kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan program Raskin. Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Lebih jauh lagi, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok miskin dan rentan kemiskinan untuk mendapatkan cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa terkendala. Tahun 2012, Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada 17,5 juta Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS -PM) dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia (kelompok miskin dan rentan miskin). Sedangkan untuk tahun 2013, Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada 15,5 juta RTS- 2

PM. Perum Bulog mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan pelayanan dan kegiatan usaha komersial. Namun dalam pelaksanaannya hampir 90% kegiatan perusahaan adalah kegiatan pelayanan yang merupakan penugasan dari pemerintah. Kegiatan pelayanan terdiri dari kegiatan pengadaan komoditi beras dan pendistribusian komoditi beras pada program Raskin (pemberantasan kemiskinan) yang bekerja sama dengan pemerintah. Pendistribusian beras untuk keluarga miskin melalui program Raskin. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat miskin dalam memperoleh kebutuhan pokok beras dengan harga yang murah dan dengan jumlah yang cukup dan salah satu upaya tidak langsung Pemerintah dalam mengendalikan kenaikan harga beras mengingat jumlah alokasi per bulan yang disalurkan kepada masyarakat miskin cukup besar. Menurut Zahri dalam Alamsyah et al. (2007), penggunaan waktu kerja rumah tangga untuk usaha pokok dan usaha tambahan di luar usahatani disebut alokasi waktu kerja rumah tangga. Alokasi waktu kerja rumah tangga mencerminkan kemampuan petani memanfaatkan peluang yang ada guna meningkatkan pendapatan rumah tangga. Rochaeni dan Erna (2005), menyatakan bahwa alokasi waktu kerja anggota rumah tangga pada nonusahatani lebih besar daripada usahatani padi. Anggota rumah tangga petani lebih banyak mengalokasikan waktu kerja pada non-usahatani karena menurut mereka bekerja pada non-usahatani lebih menarik, lebih baik, pendapatannya bisa dipastikan lebih besar daripada di usahatani padi, dan lebih bergengsi. Sedangkan pada kegiatan usahatani padi pekerjaannya berat, kurang menarik, pendapatannya kurang bisa dipastikan, dan kurang bergengsi. Menurut Barret et al. dalam Swastika et al. (2009), bahwa sangat sedikit rumah tangga memperoleh pendapatan hanya dari satu sumber, meskipun mereka menggunakan satu sumber daya. Mereka cenderung menggunakan sumber daya yang sama untuk berbagai aktivitas, sehingga pendapatan mereka beragam. Diversifikasi pendapatan ini merupakan salah 3

satu strategi risk management (misal: gagal panen atau kematian ternak) terutama pada kondisi sulitnya memperoleh layanan jasa asuransi. Selain itu, diversifikasi pendapatan juga dilakukan karena pendapatan dari usahatani sendiri bersifat musiman, sementara kebutuhan rumah tangga tiap hari harus dipenuhi. Rumah tangga petani pada umumnya tidak hanya mengandalkan pendapatan dari usahatani saja. Pendapatan rumah tangga petani dapat berasal dari usahatani dan luar usahatani. Di daerah pedesaan, kegiatan di sektor pertanian menjadi sasaran pembangunan mengingat banyaknya penduduk di pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Seorang petani tentu mengharapkan hasil yang tinggi dalam menyelenggarakan usahataninya untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya, terutama ketika bertani merupakan mata pencaharian utama mereka. Hasil usahatani atau penerimaan yang tinggi hanya dapat diperoleh bila kegiatan usahatani berlangsung secara produktif dan efisien. Hal ini menyebabkan pentingnya bagi petani untuk memperhatikan biaya yang harus dikeluarkan dan kemungkinan penerimaan agar dapat tercapai ketahanan pangan pada rumah tangga petani itu sendiri. Ketahanan pangan pada rumah tangga petani tentunya sangat mempengaruhi kualitas hidup dari keluarga petani. Kualitas hidup keluarga petani dapat diperoleh dari menghitung ketahanan pangan yang ada dibandingkan dengan standar garis kemiskinan. Di Indonesia, kemiskinan dan keterbelakangan memang menjadi masalah pokok, terutama di daerah pedesaan. Umumnya pendapatan penduduk di daerah pedesaan relatif rendah dan masih terdapat kesenjangan sosial antara miskin dan kaya. Menurut Sitorus dalam Rochaeni dan Erna (2005), seluruh kasus rumah tangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda, yaitu tidak mengharapkan hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung musim dan kesempatan. Melihat kenyataan tersebut, maka pengembangan kegiatan di dalam dan di luar sektor pertanian perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna meningkatkan pendapatan petani 4

dan kesejahteraan petani. Bila sektor pertanian dan non-pertanian akan dikembangkan maka informasi dasar mengenai kegiatan pertanian dan nonpertanian dalam skala yang lebih luas, baik dari cakupan wilayah penelitian maupun aspek yang diteliti perlu diketahui. Kemiskinan erat dikaitkan dengan kebutuhan dan pendapatan untuk hidup secara layak. Bila pendapatan keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum, maka keluarga tersebut dapat dikategorikan miskin. Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud dengan sendiri terlepas dari aspekaspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi. Todaro dalam Alamsyah (2007), menyebutkan bahwa dalam usaha pengentasan kemiskinan ini, peningkatan nilai pendapatan per kapita harus diiringi dengan pemerataan distribusi pendapatan, maka akan efektif dalam meratakan kesejahteraan penduduk, namun itu usaha yang tidak mudah. Banyak faktor lain yang harus dilakukan terlebih dahulu, terlebih menyangkut mutu dari penduduk negeri ini dan tingkat pertumbuhannya. Pentingnya penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa kemampuan teoritis yang diperoleh di kelas belum cukup untuk mengenal aspek ekonomi pertanian yang begitu luas cakupannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai cara ketepatan penyaluran raskin pada rumah tangga sehingga dapat diketahui tingat kemiskinan dan kesejahteraan dari keluarga petani di daerah tersebut. 5

B. Rumusan Masalah Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja program raskin, Bulog bekerja sama memberikan bantuan dalam pelaksanaan program raskin pada 12 provinsi di Indonesia, termasuk wilayah D.I.Yogyakarta. Bulog merupakan organisasi pangan yang mempunyai fungsi menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, pengelolaan stok pangan dan menyalurkan raskin kepada yang berhak menerima. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan konsep dan pelaksanaan program raskin, namun masih banyak dipertanyakan tentang efektivitas program tersebut. Penelitian tentang program raskin ini bertempat di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul bermata pencaharian sebagai petani. Para petani memanfaatkan lahannya untuk budidaya tanaman padi dengan sistem irigasi tadah hujan. Selain komoditas tersebut, mereka juga mengusahakan berbagai jenis tanaman palawija, diantaranya jagung, kacang tanah, ketela pohon, dan kedelai. Akan tetapi, usahatani tersebut belum mampu memberikan hasil yang tinggi dan diperkirakan belum dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kontribusi yang besar dari kegiatan luar usahatani sangat diharapkan dapat memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga dan memperbaiki tingkat kemiskinan guna menuju pada kesejahteraan dari rumah tangga petani itu sendiri. Hal inilah yang mendorong bagi penulis untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemiskinan dan kesejahteraan pada rumah tangga penerima raskin. Sehingga, berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah ketepatan penyaluran raskin pada rumah tangga dengan menggunakan kriteria 6T (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi)? 2. Bagaimana keadaan tingkat kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga penerima raskin? 6

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan penelitian dengan judul Analisis Ketepatan Penyaluran Raskin pada Rumah Tangga di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan mengidentifikasi ketepatan penyaluran raskin pada rumah tangga dengan menggunakan kriteria 6T (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi). 2. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga penerima raskin. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian sekaligus sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat kesarjanaan (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi tambahan, bahan rujukan dan pembanding dalam penelitian selanjutnya. Penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian ilmiah berbasis ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan ketika perkuliahan, mulai dari pengumpulan data, intrepetasi data, dan penulisan laporan ilmiah. 3. Bagi petani dan masyarakat desa, hasil penelitian yang ada dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui distribusi pendapatan, tingkat kemiskinan, dan kesejahteraan serta untuk mengetahui hal-hal yang harus dilaksanakan dan dikembangkan agar produktivitasnya sebagai petani meningkat. 4. Bagi pengambil kebijakan/pemerintah di wilayah penelitian ini, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam penentuan arah kebijakan yang berkaitan dengan keberagaman kegiatan luar usahatani dan dampaknya pada pendapatan rumah tangga petani dan sebagai salah satu 7

bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan serta mengetahui tingkat kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga di wilayahnya. 8