Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. istilah karies botol atau nursing caries yang digunakan sebelumnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

Penatalaksanaan early childhood caries Management of early childhood caries

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB II LANDASAN TEORI

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN INDEKS KARIES ANTARA ANAK YANG MENGKONSUMSI SUSU BOTOL DENGAN TANPA BOTOL USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

PENATALAKSANAAN TOTAL CARE RAMPAN KARIES PADA PASIEN ANAK 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

Mother s Role in Dental Children Health Care with Children Caries Status in Primary School Age

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah atrisi, abrasi, abfraksi, fraktur dan erosi.walaupun kata-kata ini mempunyai

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

Transkripsi:

ABSTRACT Early childhood caries (ECC), also known as milk bottle caries is a syndrome of severe tooth decay, occurs in infants and children, is an infectious disease that develops rapidly and lead to health problems in children. This syndrome can be caused by inappropriate use the bottles. Most cases of untreated ECC to children aged 20 months. At this stage many children need serious treatment, because this will results in trauma to both the children and parents. Efforts to educate families about dental hygiene and practice start a diet, the high rate of recurrence of any evidence of disease ranging from tooth decay to the failure of the treatment plan resulted in the need for special attention to this disease. This paper is expected to be a good input for a dentist in the treatment of ECC. Key words: early childhood caries, management, children PENDAHULUAN Early childhood caries (EEC) atau karies dini adalah penyakit rampan gigi yang banyak menyerang anak-anak. MenurutAmerican Dental Association (ADA), EEC ditandai dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia prasekolah antara usia lahir hingga 71 bulan. 1,3 Definisi ECC masih bermacam-macam dan selama ini beberapa definisi sudah dikeluarkan dan diterapkan. Hal ini menyebabkan susahnya membandingkan data epidemiologi dari penelitian yang berbeda. Ada yang mendefinisikan ECC sebagai karies pada gigi desidui. Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan definisi ECC yaitu adanya satu atau lebih karies pada permukaan gigi desidui. 3 ECC juga didefinisikan sebagai bentuk karies yang destruktif pada anak. National Institutes of Health mendefinisikan ECC adalah adanya satu atau lebih kavitas, gigi hilang (karena karies) atau adanya permukaan gigi desidui yang ditambal pada anak di bawah 71 bulan. 3 Ada pula yang mendefinisikan ECC adalah adanya minimal satu gigi insisivus desidui maksila yang terkena karies, hilang, atau ditambal karena karies. Definisi ECC yang dikeluarkan oleh AAP adalah satu

atau lebih karies (tanpa kavitas atau lesi), adanya gigi yang hilang karena karies atau gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. 1,2,3 Masalah utama ECC bukan pada definisinya saja, tapi mengenai penyebaran dan epidemiologinya pada anak dengan orang tua berpendapatan rendah. Penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan risiko karies pada anak. Prevalensi EEC mencapai tingkat yang tinggi pada negara-negara berkembang, keparahannya meningkat seiring pertambahan usia. 4 Gigi sulung dalam kondisi yang baik sangat penting untuk perkembangan sistem stomatogenetik anak yang baik dan adekuat. Gigi-geligi sulung yang sehat penting untuk kemampuan bicara, pencegahan kebiasaan oral yang buruk dan berperan sebagai penuntun erupsi gigi permanen. 5 Selain itu pada masa kanak-kanak, estetika dari gigi anterior mendorong perkembangan kepribadian yang normal sehingga kepercayaan diri akan meningkat secara positif, dapat mempengaruhi kualitas hidup anak pada masa depannya. 2 Anak yang menderita karies dini memerlukan penanganan secepatnya sehingga mencegah kondisi yang lebih parah. Perawatan yang dilakukan akan meredakan keluhan atau rasa nyeri, serta menjaga mental dan tumbuh kembang stomatognatiknya. Untuk itu pada makalah laporan tinjauan pustaka ini akan diuraikan mengenai Early Childhood Caries atau karies dini pada anak agardapat bermanfaat bagi calon dokter gigi dalam menghadapi pasien ECC. 6 Dalam tulisan ini penulis mencoba menjelaskan mengenai etiologi yang menyebabkan karies dini pada anak. Selain itu penulis akan membahas secara sederhana tentang perawatan dan pencegahan karies dini pada anak. PENGERTIAN EARLY CHILDHOOD CARIES Early Childhood Caries (ECC) merupakan istilah yang dianjurkan oleh pusat kontrol dan pencegahan penyakit untuk menjelaskan suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita dan anak prasekolah. Istilah ini menggantikan istilah karies botol ataunursing caries yang digunakan sebelumnya untuk menjelaskan suatu bentuk karies rampan pada gigi sulung yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya termasuk karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang. 1,3,6

Karakteristik penyakit ini sangat khas karena tergantung dari erupsi gigi sulung, lamanya faktor penyebab, dan gerakan otot mulut. Terjadi sejak usia dini, segera setelah erupsi gigi, dengan ciri khas berupa bintik kecoklatan pada permukaan labial servikal enamel pada insisivus maksila. Bintik ini berkembang karena adanya bakteri melanogenik yang merupakan tanda awal ketidakseimbangan flora mulut. 5 Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari enamel hingga ke dentin, disebabkan oleh bakteri tertentu yang dapat memfermentasikan karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa, membentuk asam, menurunkan ph hingga < 5 dan mengakibatkan demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan.1,5 Karies disebut juga penyakit yang multifaktor karena disebabkan oleh beberapa faktor. Etiologi utama yang berperan yaitu host yang meliputi gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu. Karies hanya akan terjadi bila keempat faktor tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi. 3 Pada kasus ECC yang tidak dirawat dapat menyebabkan kerusakan gigi yang meluas, infeksi, nyeri, abses, masalah pengunyahan, malnutrisi, gangguan gastrointestinal, artikulasi bicara, pertumbuhan, kebiasaan makan, rendahnya kepercayaan diri dan resiko terjadinya karies pada masa akan datang. Sehingga dapat dikatakan bahwa kerusakan gigi sulung dapat dijadikan sebagai prediktor yang paling baik untuk kerusakan gigi permanen, karena buruknya kesehatan gigi sulung dan penyakit sering berlangsung sampai dewasa. 2 GAMBARAN KLINIS EARLY CHILDHOOD CARIES ECC pada tahap inisial terdapat lesi karies pada pemukaan halus mengenai gigi insisivus desidui maksila. Saat karies berkembang terlihat di permukaan oklusal molar pertama desisui maksila yang akhirnya menyebar ke gigi desidui yang lain kemudian menghancurkan pertumbuhan gigi desidui. 6 Menurut literatur gambaran klinis ECC terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Tahap inisial Tahap ini dikarakteristikkan dengan terlihatnya permukaan seperti kapur, lesi demineralisasi berwarna opak pada permukaan halus gigi desidui insisivus maksila. Hal ini terjadi saat anak berusia 10-20 bulan atau lebih muda. Suatu garis putih yang khas terlihat pada daerah servikal

dari permukaan vestibular dan palatal gigi-gigi insisivus maksila. Pada tahap ini, lesi reversibel tapi orang tua dan dokter yang pertama memeriksa mulut anak sering mengabaikan lesi tersebut. Lebih lanjut, lesi ini dapat didiagnosa hanya setelah seluruh gigi dikeringkan. 3,6 2. Tahap kedua Tahap ini terjadi saat usia anak sudah mencapai 16-24 bulan. Dentin dipengaruhi saat lesi putih pada insisivus berkembang pesat menyebabkan enamel rusak. Dentin terpapar dan terlihat lunak serta berwarna kuning. Molar desidui maksila terkena lesi inisial pada permukaan servikal, proksimal dan oklusal. Pada tahap ini, anak mulai mengeluh kalau giginya sensitif saat tersentuh makanan atau minuman yang dingin. Orang tua kadang-kadang memperhatikan perubahan warna pada gigi anak mereka dan mulai cemas. 3,6 3. Tahap ketiga Tahap ini terjadi saat usia anak 20-36 bulan. Lesi sudah luas pada salah satu insisivus maksila dan pulpa sudah teriritasi. Anak akan mengeluh sakit saat mengunyah dan menyikat gigi. Pada malam hari anak akan merasa kesakitan spontan. Pada tahap ini, molar desidui maksila pada tahap kedua sedangkan gigi molar desidui mandibula dan kaninus desidui maksila pada tahap inisial. 3,6 4. Tahap keempat Tahap ini terjadi ketika anak sudah berusia 30-48 bulan. Mahkota gigi anterior maksila fraktur sebagai akibat dari rusaknya enamel dan dentin. Pada tahap ini insisivus desidui maksila biasanya sudah nekrosis dan molar desidui maksila berada pada tahap tiga. Molar kedua desidui dan kaninus desidui maksila serta molar pertama desidui mandibula pada tahap kedua. Anak sangat menderita, susah mengekspresikan rasa sakitnya, susah tidur, dan tidak mau makan. 3,6 PENCEGAHAN EARLY CHILDHOOD CARIES ECC merupakan penyakit yang dapat dicegah. Adapun cara untuk mencegah ECC adalah : a. Memiliki diet yang baik.

Semakin sering mengkonsumsi sukrosa maka akan mempertinggi pertumbuhan S. mutans. Oleh karena itu, jangan berikan kepada anak minuman di dalam botol dengan komposisi utamanya adalah gula, jangan biarkan anak tidur dengan botol yang mengandung larutan selain air, dan batasi konsumsi minuman manis pada anak jangan lebih dari enam kali per hari. 3 b. Memperbaiki gaya hidup S. mutans seperti yang sudah disebutkan di atas dapat ditularkan dari ibu ke anak. Oleh karena itu hindari memakai sendok yang sama dengan anak. Ibu dinasihatkan agar tidak memasukkan makanan ke dalam mulutnya sebelum memberikan makanan tersebut kepada anak. 3 c. Instruksi kebersihan rongga mulut Orang tua seharusnya mulai membersihkan gigi anak segera setelah gigi erupsi. Sehabis makan seharusnya gigi dan gusi anak dibersihkan agar tidak terjadi penumpukan plak. Orang tua juga harus mengajari anak untuk menyikat gigi. Selain itu dapat juga menggunakan dental floss. Metode lain untuk membersihkan plak dengan menggunakan obat kumur. 2,3,4 d. Fluoridasi Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies.ini terjadi karena fluor dapat meningkatkan remineralisasi. 3,4 e. Topikal aplikasi antimikrobial agen Antimikrobial terapi pada anak dapat mengurangi risiko terkena ECC. Dengan mengaplikasi 10% povidone-iodine setiap dua bulan sekali dapat mengurangi risiko terkena ECC. Tapi pemberian antimikrobial langsung pada anak bukan hanya satu- satunya solusi. Sebuah penelitian menunjukkan saat kandungan ibu berusia 7 bulan dan rutin berkumur dengan sodiumfluoride dan klorheksidin, kolonisasi bakteri pada anak mereka terhambat sampai usia 4 bulan. 3 f. Melakukan imunisasi

Perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita pada pencegahan inovatif untuk mencegah karies gigi yaitu imunisasi karies, penggunaan sinar laser (laser CO2 dengan panjang gelombang 9,3 μm) dan metode prob molekuler. Penggunaan metode ini masih memerlukan perhatian khusus. Sampai sekarang metode ini masih dikembangkan untuk dapat digunakan secara klinis. 3 g. Kontrol berkala Orang tua seharusnya sudah membawa anaknya melakukan kunjungan ke dokter gigi secara berkala sejak anak berumur 12-15 bulan. 3 PEMBAHASAN Early Childhood Caries (ECC) atau karies dini merupakan karies rampan pada gigi sulung dengan suatu pola lesi karies yang unik terjadi pada bayi, balita dan anak yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cara lainnya termasuk karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang sejak lahir. Karies ini merupakan penyakit multifaktorial karena terdapat banyak faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit ini yaitu gigi, mikroorganisme, diet dan waktu. Faktor risiko seperti sosiokonomi, tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan memberi makan, frekuensi menyikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, penggunaan flour dan kebersihan rongga mulut juga dapat menyebabkan karies. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasikan sebagai faktor risiko karies. Adapun faktor risiko ECC adalah pola makan, pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, transmisi bakteri dari rongga mulut ibu, saliva, umur, jenis kelamin, jumlah anak dalam keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, populasi minoritas, kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan gigi, serta akses ke pelayanan kesehatan gigi, pencegahan, dan penyuluhan yang masih kurang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang tua dan pengurus anak memiliki peranan yang amat besar pada kesuksesan pencegahan dan pengobatan ECC. KESIMPULAN

Early Childhood Caries (ECC) adalah istilah yang menggantikan istilah karies botol atau nursing caries yang digunakan sebelumnya untuk menjelaskan suatu bentuk karies rampan pada gigi sulung yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya termasuk karbohidrat dalam jangka waktu yang panjang. Mendefinisikan penyakit ini bila dijumpai satu atau lebih gigi yang rusak dapat berupa lesi kavitas atau non kavitas, gigi yang dicabut karena karies, permukaan gigi sulung yang ditambal pada usia pra-sekolah yaitu sejak lahir sampai 71 bulan. Karies ini mempunyai 4 tahap gambaran klinis dan merupakan penyakit multifaktorial karena terdapat banyak faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit ini yaitu gigi, mikroorganisme, diet dan waktu. Faktor risiko seperti sosiokonomi, tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan memberi makan, frekuensi menyikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, penggunaan fluor dan kebersihan rongga mulut juga dapat menyebabkan karies.