BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

Koping individu tidak efektif

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

NURSING CARE PLAN (NCP)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN KASUS

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II KONSEP DASAR A.

MAKALAH HALUSINASI. Rentang respon :

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Neurobiologi merupakan suatu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi otak : kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan sosialisasi, yang juga saling berhubungan. 1. Perilaku yang berhubungan dengan kognisi merupakan perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah proses informasi skizrofenia sering disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini termasuk masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian, bentuk dan jumlah ucapan ( kelainan pikiran formal ), pengambilan keputusan, dan delusi (bentuk dan isi fikiran). 2. Perilaku yang berhunungan dengan persepsi adalah persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan situasi yang diterima melalui panca indra. 3. Perilaku yang berhubungan dengan emosi adalah emosi dapat diekspresikan secara berlebihan ng dengan sikap atau kurang dengan sikap yang tidak sesuai. Individ yang mengalami skizofrenia biasanya mempunyai masalah dengan hipoekspresi. 4. Perilaku yang berkaitan dengan gerak dan perilaku adalah respons neurobiologik maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak 7

dipandang, membingungkan, sukar mengelola dan tampak tidak kenal dengan orang lain. 5. Perilaku yang berkaitan dengan hubungan kemampuan untuk menjalin hubugan kerja sama dan saling tergantung dengan orang lain.(stuart and sundeen, 1998). Rentang respon neurobiologik Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam table berikut (Stuart, 2007: 241 RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS Respon adaptif respon maaldaptif 1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi konsisten dengan pengalaman 4. perilaku sesuai 5. hubungan sosial 1. pikiran kadang menyimpang 2. Ilusi 3. Reaksi emosional berlebihan 4. Perilaku ganjil 5. menarik diri 1. Kelainan pikiran/delusi 2. Halusinasi 3. Ketidakmampuan untuk control emosi 4. Ketidakteraturan 5. isolasi sosial Gambar. 1 Rentang respon neurobiologis (stuart, 2007). 8

a. Respon adaptif 1. Pikiran logis Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal 2. Persepsi akurat Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat. 3. Emosi konsisten dengan pengalaman Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami. 4. Perilaku sesuai Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral. 5. Hubungan sosial Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat. b. Respon transisi 1. Distorsi pikiran Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan. 9

2. Ilusi Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. 3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai. 4. Perilaku aneh dan tidak biasa Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain. 5. Menarik diri Perilaku menghindar dari orang lain. c. Respon maladaptif 1. Gangguan pikiran atau delusi Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial. 2. Halusinasi Persepsi yang salah terhadap rangsangan. 10

3. Sulit berespon emosi Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan. 4. Perilaku di organisasi Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan. 5. Isolasi sosial Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar (Yosep, 2007). Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal ) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend, 1998 : 156) Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). 11

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan. B. Fase fase halusinasi Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya). Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel 1. Tabel 1 Fase-fase tingkat Halusinasi (Stuart & sunnden 1998). Halusinasi Karakteristik Perilaku klien FASE 1 Klien mengalami perasaan Tersenyum dan tertawa tidak Comforting seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut sesuai menggerekan bibir tanpa suara mengegerkan Ansietas sebagai mencoba untuk befokus mata yang cepat dan respon halusinasi pada pikiran menyengkan verbal yang lambat jika untuk meredakan ansietas 12

menyenangkan individu mengenal bahwa Sedang asik sendiri pikiran-pikiran dan meningkat tanda-tanda sarat pengalaman sensor berada otonomi dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik. FASE II Pengalaman sensasi Ansietas seperti peningkatan Complementing Ansietas berat halusinasi memberatkan menjijikan dan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jaraknya dengan sumber yang dipersepsikan klien denyut jantung pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit asik dengan penglaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan mungkin mengalami realita pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan FASE III Klien berhenti Kemampuan dikendalikan Controling menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan halusinasi akan lebih ditakuti, kerusakan berhubungan 13

Ansietas berat menyerah pada dengan orang lain, rentang pengalamn sensorsi halusnasinya menjadi perhatian hanya beberapa menjadi berkuasa menarik, klien mengalami pengalaman kesepian jika detik / menit adanya tandatanda fisik ansietas berat sensori halusinasinya berkeringat, tremor, tidak berhenti psikotik mampu memahami peraturan. FASE IV Pengalaman sensori Perilaku tremor akibat panik, Conquering panik Ansietas panik pengalaman sensori menaklukan menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutif psikoti berat. potensi kuat suicida / nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitas menarik diri katafonici, tidak mampu merespon terhadap pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang. 14

C. Manifestasi klinik Karakteristik perilaku yang dpat ditunjukkan klien dengan kondisi halusinasi berupa : berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, menarik diri dn menghindar dari orang lain, berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarjkan sesuatu, disorientasi, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang dan mudah tersinggung, tidak mampu melakukan aktivitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) (Towsend, 1998: 152). Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai. Menurut (Stuart,2007) pada klien gangguan jiwa ada beberapa jenis jenis halusinasi dan karakteristik tertentu, diantaranya : Tabel 2 : karakteristik halusinasi No Jenis Halusinasi Karakteristik 1 Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara kedua penderita halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang kadang 15

dapat membahayakan. 2 Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan / sesuatu yang menakutkan seperti monster. 3 Penciuman Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau- bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya akibat stroke, tumor, kejang dan demensia 4 Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, dan feses 5 Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain. 6 Chanesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri), pencernaan makanan. 16

7 Klinestetik Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri. D. Pengkajian Menurut (Stuart & sundeen 1998), faktor penyebab terjadinya halusinasi yaitu: a. Faktor predisposisi 1. Biologi Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan,ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain, dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. c) Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral 17

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres. b. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). 18

Menurut (Stuart,2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: 1. Biologis Stressor biologis yang berespon neurobiologist maladaptif meliputi : Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. 2. Stres lingkungan Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor berlebihnya informasi pada saraf yang menerima dan memperoses inflamasi di thalamus frontal otak. c. Mekanisme koping Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk : 1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari. 19

2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi. 3. Menarik diri. E. Masalah Keperawatan Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran antara lain : 1. Perubahan persepsi sensori halusinasi 2. Resiko perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial : menarik diri 4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (Keliat, 2006) F. Pohon Masalah Resiko Mencederai Diri Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran Isolasi Sosial : Menarik Diri Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah Ggr. 2 pohon masalah gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran (Keliat, 2006) 20

G. Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan yang ditentukan oleh para ahli salah satunya sebagai berikut : diagnosa adalah masalah kesehatan aktual dan potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan penidikan dn pengalamannya. Diagnosa keperawatan yang muncul : 1. Resiko perilaku kekerasan 2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran 3. Isolasi sosial : Menarik diri 4. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah (Keliat, 2006) 21

H. Intervensi Keperawatan No No. Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional TT DX keperawatan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan 1 Gangguan presepsi sensori : Halusinasi Setelah interaksi klien menunjukan : 1. Tanda-tanda percaya kepada perawat : 1. Bina hubungan saling percaya a. Expresi wajah bersahabat b. Menunjukan rasa senang c. Ada kontak mata d. Mau berjabat tangan e. Mau menyebutkan nama f. Mau duduk berdampingan dengan perawat g. Bersedia a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat c. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi d. Tanyakan perasan klien dan masalah a. Menciptakan saling percaya pada klien b. Tak kenal maka tak sayang c. Mewujudkan rasa percaya pada klien d. Memvalidasi perasaan klien 22

mengungkapkan masalah yang dihadapi 2. Klien dapat menyebutkan: a) Isi b) Waktu c) Frekwensi d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi 3. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasi yang dihadapi klien e. Dengarkan dengan penuh perhatian 2. Klien dapat menyebutkan: a) Mengetahui jenis halusinasi b) Mengetahui isi, waktu, frekwensi halusinasi c) Mengetahui situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi 3. klien dapat mengontrol halusinasinya a) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang e. Memperhatikan perasaan klien Klien dapat mmenceritakan mengenai halusinasi Klien dapat mengidentifikasikan cara yang harus dilakukan jika terjadi halusinasi 23

dilakukan jika terjadi halusinasi 4. Klien dapat menyebutkan cara control halusinasi 5. klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi 4.diskusi cara yang diinginkan klien : a) Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b) Jika cara yang digunakan mall adaptif diskusi cara tersebut 6. Diskusi cara baru untuk memutuskan / mengontrol timbulnya halusinasi : a) Katakan pada diri sendiri bahwa suara a) Memberi reinforcement positif b) Memberikan cara yang terbaik untuk klien Memberikan cara terbaru pada klien cara memutus halusinasi 24

itu nyata b) Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencoba c) Beri kesempatan untuk melaukan cara yang yang dan dilatih d) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatuh, jika berhasil beri pujian 6.keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat 6.klien menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat a) buat kontrak a) Bina hubungan saling 25

dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat, topik) b) diskusi dengan keluarga tentang : a. pengertian halusinasi b. tanda dan gejala halusinasi c. isi halusinasi d. waktu halusinasi e. frekwesi halusinasi f. situasi terjasinya halusinasi. percaya dengan keluarga klien b) Agar keluarga tahu mengenai sakit yang diderita klien 26

7.klien dapat menyebutkan a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosi, efek terapi dan efek samping 7. Diskusi dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosi, cara, efek terapi dan efek terapi dan efek samping penggunaan obat a) Pantau klien saat penggunaan obat b) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar c) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter Agak klien mau minum obat denan cepat 27

2 Resiko Setelah interaksi lien 1. Bina hubungan saling perilaku menunjukan : percaya kekerasan 1. Tanda-tanda percaya a) Beri salam setiap a) Menciptakan hubungan kepada perawat : berinteraksi saling percaya pada a) Wajah cerah, klien tersenyum b) Perkenalkan nama, b) Tak kenal maka tak b) Mau berkenalan nama panggilan sayang c) Ada kontak mat perawat dan tujuan d) Bersedia perawat menceritakan berinteraksi perasaan c) Tanyakan dan c) Agar lebih akrap dalam panggil nama menyapa klien kesukan klien d) Tunjukan sikap d) Mewujudkan percaya empati, jujur dan kepada klien menepati janji setiap kali berinteraksi e) Tanyakan perasaan e) Memvalidasi perasaan 28

klien dan masalah yang dihadapi klien klien 2. Klien dapat menceritakan penyebab perilaku kekerasan a) Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkunganya 3. Klien dapat menceritakan tandatanda saat terjadi perilaku kekerasan 2.klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan a. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya b. Dengarkan tanpa menyela atau member penilaian ugkapan perasaan pasien 3) klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan a) Mengungkapkan perasaan klien b) Memperhatikan klien 29

a) Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, expresi tegang, dan lain-lain b) Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar c) Tanda social : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan a) motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tandatanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi b) motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan c) motivasi klien menceritakan hubungan dengan orang lain (tandatanda social) a) mengusahakan klien mau bercerita b) mengusahakan klien mau bercerita c) mengusahakan klien mau berbicara 30

4. klien dapat menjelaskan : a) jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukan ] b) Persamaanya saat melakukan kekerasan c) Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah 4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya. a) Motivasi klien menceritakan jenisjenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukan b) Motifasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi c) Diskusikan apakah a) Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita b) Mengetahui bagaimana perasaan klien setelah melakukan tindak kekerasan c) Klien dapat memilah 31

5. Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan a) Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll b) Orang lain/ keluarga : luka tersinggungu, ketakutan, dll c) Lingkungan barang atau benda rusak, dll dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi 5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku dan kekerasan a) Diri sendiri b) Orang lain/keluarga c) Lingkungan mana yang benar dan yang salah Mengetahui akibat perilaku kekerasan 32

6. Klien dapat : Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah 6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. 7) Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : a) Cara fisil dalam pukul bantal atau kasur, olah raga b) Verbal : Mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain c) Social : latihan arsetif dengan Klien tahu cara untuk mengungkapkan marah 33

orang lain d) Spiritual : sembahyang/ doa, zikir meditasi,dsb sesuai keyakinan agamanya masingmasing 7. Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan a) Fisik : nafas dalam, memukul bantal / kasur b) Verbal Mengungkapkan perasaan kesal/ jengkel pada orang 7)klien dapat mendemonstrasikan caara mengontrol perilaku kekerasan latihan klien memperagakan cara yang dipih a) Peragakan cara melaksanakan cara yang b) Jelaskan manfaat Klien dapat mendemonstrasikan cara yang dipilih 34

lain tanpa menyakiti c) Spiritual : zikir/ doa, meditasi sesuai dengan agama 8. Perawat dapast melakukan pertemuan dengan keluarga a. Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien cara tersebut c) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan d) Beri penguatan pada klien, perbaiki yang masih belum sempurna 8) Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan : a) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku Agar keluarga kelien tahu pendukung untuk klien itu sangat penting 35

kekerasan b) Dislusikan potensi keluarga untuk keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan c) Jelaskkan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien d) Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan) e) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan 36

ulang f) Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 9. Klien dapat menjelaskan: a. Manfaat minum obat b. Kerugian tidak minum obat c. Nama obat d. Bentuk dan warna e. Dosis yang dianjurkan kepadanya f. Waktu pemakaian g. Cara pemakaian h. Efek yang dirasakan 9) Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan a) Jenis obat (nama, warna, dan b entuk obat) b) Dosis yang tepat unyuk klien c) Waktu pemakaian d) Cara pemakaian e) Efek yang dirasakan klien Anjurkan klien : a) Minta dan Agar klien mau minum obat secara teratur dan tahu mengenai dosis, jenis obat, waktu pemakaian dan cara pemakaian 37

3. Isolasi sosial : menarik diri Setelah interaksi klien menunjukan : 1. Tanda-tanda percaya kepada perawat : a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata menggunakan obat tepat waktu b) Lapor keperawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat 1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap berinteraksi b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat 38

2. Klien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri a) Diri sendiri b) Orang lain c) Lingkungan berinteraksi c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien 2. klien mampu menyebutkan Penyebab menarik diri : Tanyakan pada klien tentang : a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar b) Orang yang paling dekat dengan klien dirumah/siruangan c) Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah/ diruangan d) Apa yang membuat 39

klien tidak dekat dengan orang tersebut e) Upaya yang sudah di lakukan agar dekat dengan orang lain 3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian menarik diri a) Banyak teman b) Tidak kesepian c) Bias berdiskusi d) Daling menolong Kerugian menarik diri misalnya: 3.klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian menarik diri. Tanyakan pada klien tentang : a) Manfaat hubungan social b) Kerugian menarik 40

a) Sendiri b) Kesepian c) Tidak bisa diskusi 4. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan : a) Perawat b) Perawat lain c) Klien lain d) Kelompok lain 5. Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan social dengan : a) Orang lain b) Kelompok diri 4.klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap. Beri motivasi dan bantu klien untuk berke nalan/ berkomunikasi dengan : a) Perawat lain b) Klien lain c) Kelompok 5.Klien mampu menjelaskan perasaabya setelah berhubungan social dengan a) orang lain b) kelompok 41

4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 6. Perawat dapat bertemu dengan keluarga dan dapat menjelaskan: a) Pengertian menarik diri b) Tanda gejala menarik diri c) Penyebab dan akibat menarik diri d) Cara merawat klien menarik diri Setelah 4x interaksi klien menunjukkan : Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, 6.klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan social Jelaskan pada keluarga tentang : a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik diri c) Penyebab dan akibat menarik diri d) Cara merawat klien menarik diri 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prisip komunikasi terpeutik a) Sapa klien dengan 42

ada mata kontak, mau menyebutkan nama. Mau menharab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi 2. Klien dapat menyebutkan a) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien b) Aspek positif keluarga ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 2.klien tidak dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki Diskusikan dengan klien tentang : a) Aspek positif yang 43

c) Aspek positif lingkungan klien dimiliki klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki klien 3. klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan b) Diskusi kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksnaanya 44

4. Klien membuat rencana kegiatan harian 5. Klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 4. klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien a) Kegiatan mandiri b) Kegiatan dengan bantuan 5.klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat a) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan b) Pantau kegiatan 45

6. Klien Memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga yang dilaksanakan klien c) Berikan pujian atas usaha yang dilakukan klien d) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiayan setelah pulang 6. klien dapat memanfaat system pendukung yang ada. a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 46

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah 47

48