IbM PENERAPAN TEKNIK UKIR MOTIF PRING SEDAPUR PADA SANGKAR BURUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PRODUK PENGRAJIN SANGKAR DI KABUPATEN MAGETAN Anjar Mukti Wibowo1 & Sardulo Gembong2 1,2 Universitas PGRI Madiun 1 Email: anjarmuktiwibowo@yahoo.co.id. 2gembongretno@gmail.com. Abstrak Pengabdian masyarakat IbM ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan kelompok pengrajin sangkar burung di Kabupaten Magetan. Untuk mendukung ketercapaian dari tujuan ini, maka dalam pelaksanaan IbM dilakukan peningkatan kualitas sangkar yang diproduksi oleh pengrajin. Peningkatan kualitas produk sangkar dilakukan dengan memberikan ornamen ukir pada sangkar dengan motif ukir khas Kabupaten Magetan. Usulan ini mentargetkan terjadinya peralihan produk sangkar biasa yang dihasilkan mitra (pengrajin) ke produk dengan motif ornamen ukir Pring Sedapur dan rata-rata permintaan konsumen terhadap produk sangkar yang dihasilkan mitra setiap bulannya minimal sebanyak 20 sangkar. Agar mitra mampu memproduksi sangkar dengan ornamen ukir, maka metode pelaksanaan IbM menggunakan model pelatihan penerapan seni ukir dan pendampingan dalam pemasarannya. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan IbM adalah: 1) Pelatihan dasar-dasar seni ukir, 2) Pelatihan motif-motif seni ukir, 3) Pelatihan seni ukir dengan motif Dapur Pring Sewu, 3) Pelatihan penerapan seni ukir untuk ornamen sangkar burung, 4) Pelatihan teknik pewarnaan pada sangkar burung, dan 5) Sosialisai Hasil Produk pada konsumen. Sampai awal bulan Agustus 2016 pengusul telah melaksanakan 3 kegiatan utama yang berkaitan dengan seni ukir pring sedapur untuk ornamen sangkar burung. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa kedua mitra telah mampu menguasai motif-motif seni ukir maupun penerapannya pada sangkar burung. Namun untuk teknik pewarnaan kedua mitra masih belum menguasainya. Oleh sebab itu, pada rencana berikutnya pengusul akan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan teknik pewarnaan yang dikususkan pada sangkar burung. Kata Kunci. Teknik Ukir, Motif Ukir Pring Sedapur, Peningkatan Produk Sangkar Burung PENDAHULUAN Analisis Situasi. Pengrajin sangkar burung merupakan salah satu jenis usaha mikro yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal jenis usaha ini mempunyai peluang besar dipasaran, baik secara nasional maupun internasional. Banyaknya komunitas penghobi burung baik secara nasional maupun internasional merupakan salah satu indikator peluang usaha bagi pengrajin sangkar burung. Para penghobi burung senantiasa mencari sangkar yang memiliki kualitas yang baik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Jika kita lihat dipasaran, banyaknya permintaan sangkar yang berkualitas dan bernilai seni tinggi masih belum sesuai dengan banyaknya produk yang dikeluarkan oleh para pengrajin sangkar burung. Padahal sangkar burung yang bernilai seni akan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi daripada sangkar burung biasa. Jika dilihat harga sangkar biasa di pasaran berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm berkisar Rp. 70.000 an, maka harga sangkar dengan ukuran yang sama dengan ornamen ukir berkisar Rp. 350.000 an. Ini berarti jika pengrajin mampu mengubah produk sangkarnya dari sangkar biasa ke produk sangkar yang berornamen ukir, maka penghasilan mereka dapat meningkat menjadi lima kalinya. Kurangnya sangkar burung dengan ornamen seni ukir di pasaran dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang seni ukir dari para pengrajin. Umumnya keterampilan yang dimiliki para pengrajin sangkar burung tidak diperoleh dari hasil pendidikan atau 115
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2017 pelatihan. Mereka belajar secara otodikdak atau hanya meneruskan usaha yang telah dilakukan orang tuanya. Dari hasil observasi yang dilakukan Peneliti di dua kelompok pengrajin sangkar burung di dua kecamatan yaitu Kecamatan Kawedanan dan Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan, menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan oleh mereka tanpa ornamen ukir. Mereka tidak memproduksi sangkar burung yang berornamen ukir karena tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan ukir sama sekali. Keterampilan yang mereka dapatkan hanya berdasarkan pengalaman dan hanya meneruskan usaha orang tuanya. Sehingga usaha yang mereka lakukan dari tahun ke tahun selalu sama. Akibatnya usaha yang mereka lakukan tidak mengalami peningkatan nilai ekonomi yang signifikan. Sementara pemerintah daerah juga belum menyentuh usaha mereka baik untuk meningkatkan jumlah produksinya maupun kualitas produknya. Sedangkan para pengrajin batik khas Kabupaten Magetan yaitu batik dengan ornamen Pring Sedapur yang menjadi ikon khas batik kabupaten Magetan sudah banyak fasilitas yang diberikan pemerintah pada mereka. Sebaliknya tidak menutup kemungkinan apabila para pengrajin sangkar burung di kabupaten Magetan mampu memoles produk sangkarnya dengan ornamen ukir Pring Sedapur, maka sangkar ini dapat dijadikan ikon khas Kabupaten Magetan. Permasalahan yang Dihadapi Mitra Berdasarkan hasil observasi dan wawancara antara Peneliti dan mitra, ditemukan beberapa permasalahan untuk meningkatkan nilai ekonomi produk yang dihasilkan oleh pihak mitra adalah sebagai berikut. 1. Pihak mitra belum mampu menghasilkan produk sangkar dengan motif yang sesuai dengan permintaan konsumen. 2. Tidak ada pendampingan atau pelatihan peningkatan kualitas sangkar dari pihak lain. 3. Pihak mitra tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seni ukir. 4. Pihak mitra juga belum menguasai teknik pewarnaan dengan teknik airbrush Dari permasalahan di atas, maka selama pelaksanaan IbM disepakati secara bersama bahwa Peneliti akan melakukan pendampingan dan pelatihan peningkatkan kualitas dan nilai ekonomi dari produk sangkar yang dihasilkan pihak mitra. Pelatihan yang dilakukan pengusul yaitu teknik ukir sangkar dengan motif Pring Sedapur. Peneliti berperan sebagai pendamping sekaligus sebagai pelatih mitra untuk mengukir produk sangkarnya dengan teknik ukir Pring Sedapur METODE PELAKSANAAN Berdasarkan permasalahan dan luaran yang ditargetkan, maka ada beberapa solusi yang akan dilaksanakan oleh kedua mitra sebagai berikut: 1. Diskusi tentang permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah: a. Ketidakmampuan dalam menghasilkan produk sangkar dengan motif yang sesuai dengan permintaan konsumen. b. Rendahnya kualitas seni produk sangkar yang dihasilkan mitra. c. Lemahnya keterampilan mitra memoles hasil produk sangkarnya dengan motif ornamen ukir. d. Lemahnya mitra dalm proses finishing terutama dalam proses pewarnaan. 2. Target dan sasaran yang diterapkan. 116
a. Beralihnya produk sangkar biasa (polosan tanpa ukiran ) yang dihasilkan mitra ke produk dengan motif ornamen ukir Pring Sedapur. b. Meningkatnya jumlah pesanan produk sangkar yang dihasilkan mitra. c. Kemampuan pengrajin dari pihak mitra untuk memproduksi sangkar burung dengan berbagai motif ukir. d. Kemampuan pengrajin dari pihak mitra untuk berkreasi dalam teknik finishing (pewarnaan) 3. Luaran dalam produk sangkar. a. Rata-rata produk sangkar yang dihasilkan mitra dengan motif ornamen ukir Pring Sedapur untuk setiap pengrajin setiap bulannya sebanyak 6. b. Rata-rata permintaan konsumen terhadap produk sangkar yang dihasilkan mitra setiap bulannya minimal sebanyak 20 sangkar. c. Mitra mampu memproduksi sangkar burung dalam setiap bulannya minimal dua motif ornamen ukir. d. Mitra mampu berkreasi dalam proses pewarnaan. Metode Pendekatan Untuk Mengatasi Masalah. 1. Memberikan pelatihan kepada mitra tentang seni ukir pada sangkar burung. Pelatihan dilakukan terjadwal setiap minggu 1 kali selama 6 bulan. 2. Hasil produk sangkar dari pelatihan yang dilakukan mitra, disosialisasikan kepada konsumen atau penjual sangkar untuk memperoleh tanggapan terhadap kualitas yang diinginkan konsumen. Jika konsumen menerima hasil produknya, maka produk yang sama akan diproduksi masal. Jika konsumen kurang bisa menerima hasil produknya, maka pengrajin diberikan pelatihan yang sesuai dengan masukan dari konsumen. Siklus ini dilakukan secara berulang sampai konsumen menerima hasil produk yang dihasilkan oleh mitra. 3. Mitra diberikan pelatihan beberapa motif ornamen ukir dan teknik penerapannya pada sangkar burung. 4. Mitra diberikan pelatihan car dan teknik pewarnaan pada sangkar burung. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan program IbM adalah sebagai berikut. 1. Melakukan observasi awal pada mitra untuk menentukan kesepakatan jadwal dan tempat pelatihan. 2. Solusi penawaran alat pendukung untuk penerapan produksi ukir sangkar burung dengan penyediakan alat-alat meliputi: Bor duduk, mesin gerenda, mesin gergaji, mesin gergaji potong, mesin ampelas, kompresor, mesin paku tembak, mesin pasah kayu dan pendukung alat lainnya untuk tahap finishing berupa: kompresor, spray gun. Alat tersebut sangat penting untuk mendukung adanya proses pembuatan dalam sangkar burung, sehingga akan lebih efektif dan dan efesien. 3. Berdasarkan jadwal yang disepakati, mitra diberikan pelatihan dasar-dasar seni ukir. 4. Jika mitra sudah menguasai dasar-dasar seni ukir, selanjutnya mitra diberikan pelatihan beberapa motif seni ukir. 5. Jika mitra sudah mampu menguasai beberapa motif seni ukir, selanjutnya mitra diberikan pelatihan yang dikhususkan pada seni ukir dengan motif Dapur Pring Sewu. 6. Jika mitra sudah dianggap mampu menguasai seni ukir dengan motif Dapur Pring Sewu, selanjutnya mitra diberikan pelatihan penerapan seni ukir untuk ornamen sangkar burung. 117
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2017 7. Apabila mitra sudah mampu menerapkan penerapan seni ukir untuk ornamen sangkar burung, selanjutnya mitra diberikan pelatihan tentang teknik pewarnaan pada sangkar burung. 8. Hasil produk awal sangkar burung dengan ornamen Dapur Pring Sewu disosialisaikan kepada konsumen maupun penjual sangkar untuk memperoleh masukan terhadap produk yang dibuat oleh mitra. Hasil masukan dari konsumen atau penjual sangkar digunakan sebagai dasar untuk mendampingi mitra melakukan perbaikan produk sangkar berikutnya. Hasil dan Pembahasan Hasil program IbM ini menunjukkan bahwa respon pengrajin sangkar sangat baik dan antusias untuk proaktif mengikuti program dalam semua kegiatan selama pelatihan. Adanya program pengabdian ini memberikan dampak yang positif di kedua mitra yaitu memberikan solusi atau alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok pengrajin di desa tersebut maupun masyarakat di kedua mitra. Pada tahap awal dilakukan koordinasi kegiatan dengan ketua kelompok pengrajin. Penyampaian materi pelatihan ini disertai diskusi guna mengevaluasi respon pengrajin terhadap materi kegiatan dan saling berbagi pengalaman antara tim pengabdi dengan mitra sasaran. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan perhatian peternak untuk mempraktekkan materi kegiatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga di akhir kegiatan ini dapat menjadi solusi atas masalah atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengrajin sangkar. Kunjungan juga dilaksanakan di akhir kegiatan untuk mengevaluasi seberapa jauh pemahaman kedua pengrajin terhadap materi yang diberikan. Beberapa kegiatan pelatihan yang dilakukan yaitu: 1. Pelatihan dasar-dasar seni ukir. Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali. Hasil dari pelatihan menunjukkan bahwa kedua mitra telah mampu menguasai 4 teknik dasar-dasar seni ukir yaitu: a. Teknik Pemotongan Kayu. b. Teknik Menggambar Pola Ukiran c. Teknik menggunakan alat ukir d. Teknik penggunaan alat ukir pada papan. e. Teknik finishing (pewarnaan). 2. Pelatihan tentang motif-motif seni ukir. Pada pelatihan ini luaran yang ditargetkan adalah kemampuan mitra untuk menguasai minimal 3 motif seni ukir. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa mitra telah mampu menguasai 4 motif seni ukir yaitu: 1) motif daun, 2) motif batang, 3) motif bunga, 4) motif tangkai. 3. Pada tahap keempat memberikan pelatihan seni ukir dengan motif Pring Sedapur. Pelatihan dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil dari pelatihan menunjukkan bahwa mitra telah mampu menerapkan seni ukir yang berkaitan dengan motif Pring Sedapur. Mitra telah mampu merapkan 4 motif yang terkait dengan motif pring sedapur yaitu: 1) motif daun pring sedapur, 2) motif batang pring sedapur, 3) motif bunga pring sedapur, 4) motif tangkai pring sedapur. Hasil dari pelatihan ini disajikan pada gambar berikut. 4. Pada tahapan ini melaksanakan pelatihan penerapan seni ukir untuk ornamen sangkar burung. hasilnya yaitu: mitra mampu menerapkan minimal 1 motif seni ukir pada sangkar 118
burung. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa mitra telah mampu menerapkan satu motif seni ukir Pring Sedapur. SIMPULAN Berdasarkan hasil-hasil pelatihan menunjukkan bahwa kedua mitra telah mampu menguasai motif-motif seni ukir maupun penerapannya pada sangkar burung. Namun untuk teknik pewarnaan kedua mitra masih belum menguasainya. Oleh sebab itu, pada rencana berikutnya pengusul akan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan teknik pewarnaan yang dikususkan pada sangkar burung. Jika sangkar burung dengan motif ukir pring sedapur telah sempurna, maka pengusul akan memberikan bimbingan pada mitra untuk mensosialisasikan hasil produknya pada konsumen. Berdasarkan hasil-hasil sosialisai pada konsumen tersebut, Peneliti akan melakukan analisa yang berkaitan dengan luaran utama yang ditargetkan pada program ini yaitu: 1) rata-rata produk sangkar yang dihasilkan mitra dengan motif ornamen ukir Pring Sedapur untuk setiap pengrajin setiap bulannya sebanyak 6, 2) Rata-rata permintaan konsumen terhadap produk sangkar yang dihasilkan mitra setiap bulannya minimal sebanyak 20 sangkar, 3) mitra mampu memproduksi sangkar burung dalam setiap bulannya minimal dua motif ornamen ukir. DAFTAR PUSTAKA Ditlitabmas 2016. Panduan Pelaksanaan Pengabdian dan Pengabdian Kepada masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi X. Jakarta : Dirjen Dikti. Gustami, SP.1984. Seni Ukir dan Masalah Meja, Jilid I. STSRI ASRI. Yogyakarta Gustami, SP.2001. Pengembangan Seni Kriya sebagai Produk Andalan. Penataran. Derektorat Kesenian Bogor. Gustami, SP.2008. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yokyakarta: Arindo. Hans J Daeng, 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Toekio, Soegeng.2001. Ghorakriya, Seni Rupa STSI Surakarta Tri Palupi Prihendah P.. 2015. Teknik Dasar: Art Food Carving : Teknik Dasar Mengukir Bentuk Flora dan Fauna, Indonesia: Gramedia Pustaka Utama. Effendi Yusuf,1999. Desain Kriya Seni Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Seminar Kriya dan Rekayasa, ITB : Bandung. 119