memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan dari hasil laut yang dimiliki sangat luar biasa, ini bisa dibuktikan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri. Ekosistem pesisir dan laut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. guru kepada peserta didik. Pembelajaran biologi harus dapat menciptakan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

PENDAHULUAN Latar Belakang

2.2. Struktur Komunitas

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama, mempunyai kemampuan merespon kondisi perairan secara terus menerus mulai dari tingkat individu seluler sampai komunitas, mudah dianalisa dan prosedur pengambilannya relatif mudah serta jumlahnya melimpah. Pelecypoda beradaptasi untuk bertahan terhadap arus dan gelombang, tidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). Pelecypoda merupakan sumber hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis dan ekologis penting serta memiliki keanekaragaman yang bervariasi. Oleh karena itu tingkat eksploitasi yang terus meningkat, dari segi ekologis dapat mengancam sistem rantai makanan dan kelestarian populasi pelecypoda. Secara ekologis, pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan hutan mangrove, karena di samping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Struktur komunitas merupakan keanekaragaman spesies di dalam komunitas, yaitu persekutuan spesies-spesies dalam populasi yang hidup cukup dekat satu sama lain bagi terjadinya interaksi potensial, meliputi kekayaan spesies (jumlah spesies yang ada) dan kelimpahan relatif masing-masing spesies itu.

Suatu komunitas memiliki keanekaragaman tinggi jika disusun oleh banyak spesies yang sama dan jika komunitas disusun oleh spesies yang rendah dan terdapat sedikit spesies dominan, maka keanekaragaman jenis rendah. Sebagai ekosistem pantai berbatu dan pantai berpasir, berbagai komunitas mollusca yang ditemukan di daerah intertidal salah satunya kelas pelecypoda (Kennish, 1990). Daerah pasang surut (intertidal) terletak paling pinggir dari bagian ekosistem pesisir dan laut serta berbatasan dengan ekosistem darat. Intertidal merupakan wilayah peralihan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan. Wilayah ini akan terendam air laut pada waktu air pasang dan akan menjadi daerah terbuka pada saat air laut surut. Kondisi komunitas pasang surut tidak banyak perubahan kecuali pada kondisi ekstrim tertentu dapat merubah komposisi dan kelimpahan organisme intertidal. Selain itu, daerah intertidal juga merupakan wilayah laut yang paling besar memperoleh tekanan baik secara fisik maupun kimia sehingga dapat mempengaruhi struktur komunitas (Fredinan, 2013) Daerah intertidal dihuni oleh berbagai flora dan fauna sehingga membentuk suatu komunitas. Komunitas adalah kumpulan dari populasi yang terdiri dari spesies berbeda yang menempati daerah tertentu. Komunitas sebagai suatu organisasi kehidupan tersusun dari beberapa komponen yang masingmasing komponen memiliki dinamikanya masing-masing dan dikenal sebagai struktur komunitas. Suatu komunitas jika terdapat sedikit spesies dapat mempengaruhi suatu dominansi pelecypoda. Dominansi merupakan jumlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungannya dengan komunitas secara keseluruhan. Dominansi

juga dapat menentukan struktur suatu komunitas apakah komunitas tersebut berada pada kondisi stabil atau labil. Besarnya keanekaragaman dan kelimpahan serta aktivitas manusia dapat mempengaruhi komunitas pelecypoda. Penurunan kelimpahan dan keanekaragaman dari pelecypoda biasanya merupakan indikator adanya tekanan ekologi yang terjadi pada perairan. Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu persatuan luas atau volume. Kepadatan relatif adalah perbandingan antara kelimpahan individu tiap jenis dengan keseluruhan individu yang tertangkap dalam suatu komunitas. Kelimpahan dapat diketahui nilai kepadatan relatif maka akan didapat juga nilai indeks dominansi. Kepadatan jenis adalah sifat suatu komunitas yang menggambarkan tingkat keanekaragam jenis organisme yang terdapat dalam komunitas tersebut. Kepadatan jenis tergantung dari pemerataan individu dalam tiap jenisnya. Kepadatan jenis dalam suatu komunitas dinilai rendah jika pemerataannya tidak merata. Daerah intertidal mempunyai keanekaragaman tingkat spesies, gen, ekosistem. Zona intertidal banyak dihuni berbagai macam hewan yang tersebar di pesisir pantai berbatu, berpasir, berlumpur, padang lamun, dan ekosistem mangrove. Organisme aquatik yang ditemukan di daerah intertidal antara lain hewan yang termasuk dalam filum Moluska (Insafitri, 2010). Pelecypoda mempunyai peranan baik secara ekologis maupun ekonomi. Secara ekologis pelecypoda berperan sebagai indikator polutan dan berperan penting dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan perairan. Selain itu pelecypoda memiliki nilai ekologi untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Secara ekonomis cangkang pelecypoda dibuat kerajinan tangan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain itu pelecypoda dikonsumsi masyarakat khususnya masyarakat Torosiaje. Torosiaje merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. Torosiaje memiliki sumberdaya alam terdiri atas ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang yang masih terpelihara dan dijaga dengan baik (Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2013). Wilayah ini memiliki pantai berbatu dan berpasir sehingga dihuni berbagai flora dan fauna. Pada saat air surut sebagian kawasan pantai ini akan terbuka, sehingga berbagai komunitas biota yang dapat ditemukan di pantai berbatu, pantai berpasir, ekosistem mangrove, padang lamun antara lain komunitas pelecypoda, ikan, lamun, dan berbagai invertebrata lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2013, beberapa mollusca yang hidup di daerah intertidal Torosiaje termasuk dalam kelas pelecypoda ditemukan di setiap lokasi seperti pantai berbatu, pantai berpasir, ekosistem mangrove dan pemukiman penduduk, tetapi belum diketahui struktur komunitas pelecypoda yang hidup di daerah intertidal Torosiaje. Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian mengenai struktur komunitas pelecypoda mengingat pentingnya peranan pelecypoda bagi sumber daya laut khususnya di daerah intertidal Torosiaje. Data penelitian ini akan sangat diperlukan untuk mengamati perubahan komunitas pelecypoda di Torosiaje.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Struktur Komunitas Pelecypoda Di Daerah Intertidal Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Struktur Komunitas Pelecypoda Di Daerah Intertidal Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Struktur Komunitas Pelecypoda Di Daerah Intertidal Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dasar tentang Mollusca dalam hal ini adalah pelecypoda. 2. Sebagai bahan acuan dalam memperkaya materi mata pelajaran biologi di SMA, khususnya pada materi struktur komunitas. 3. Sebagai bahan informasi dan rekomendasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjut.