PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.) GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9 NANDYA IMANDA A

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya (Carica Papaya L. ) Genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM RANI DWI UTAMI

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pepaya. Famili Caricaceae, Genus Carica dan Spesies Carica papaya L.(Sujiprihati dan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

TINJAUAN PUSTAKA Botani

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PELAKSANAAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Transkripsi:

i PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.) GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9 NANDYA IMANDA A24070010 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya (Carica papaya L.) Genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 The Effect of Growing Media Types on Planting Seedlings Papaya (Carica papaya L.) IPB 3, IPB 4, and IPB 9 Genotypes Nandya Imanda 1 dan Ketty Suketi 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB ABSTRACT The research aims to study the influence of growing media types on seed germination and seedlings growth of papaya IPB 3, IPB 4 and IPB 9 genotypes and know growing medium suitable for growth of papaya seedlings is good and has a light weight to facilitate the transportation of seedlings. The research was conducted in March until September 2011 in the greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo Bogor and The Experimental Garden of PKBT IPB, Tajur Bogor. The design used was Randomized Complete Design Group two factors. The first factor is the growing media with 5 kinds with the same ratio (2:1:1), namely M1 = soil: sand: manure, M2 = soil: sand: rice husk charcoal, M3 = soil: sand: cocopeat, M4 = soil: manure: cocopeat, and M5 = soil: manure: rice husk charcoal. The experiment consisted of 15 combinations with 3 replicates then there were 45 experimental units. The results showed that papaya seeds germinate is the highest of the growing media mix of soil, manure, and rice husk charcoal (M5) is 70% and IPB 3 genotype (G1) is 70.91%. The composition of media soil, manure, and rice husk charcoal (M5) with a ratio of 2:1:1 is the best medium for papaya seedlings at 6 MST and has a weight of seedlings per polybag is the lightest compared with other growing media to facilitate the transportation of seedlings. Keywords: growing media, seedlings, papaya

ii RINGKASAN NANDYA IMANDA. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya (Carica papaya L.) Genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. (Dibimbing oleh KETTY SUKETI). Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta mengetahui jenis media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit pepaya yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit. Percobaan dilakukan pada bulan Maret sampai September 2011 di greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo Bogor dan Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama adalah media tanam dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama (2:1:1) yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang, M2= tanah : pasir : arang sekam, M3= tanah : pasir : kokopit, M4= tanah : pupuk kandang : kokopit, dan M5= tanah : pupuk kandang : arang sekam. Faktor kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3). Percobaan terdiri dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan dengan total tanaman sebanyak 450 bibit pepaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) sebesar 70% serta pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta memiliki bobot bibit per polybag yang paling ringan dibandingkan dengan media tanam lain sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.

iii PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.) GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NANDYA IMANDA A24070010 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul : PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.) GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9 Nama : NANDYA IMANDA NIM : A24070010 iv Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir. Ketty Suketi, M.Si. NIP. 19610913 198601 2 001 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :

v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 5 Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Mochammad Iman Solichin dan Ibu Mamik Laksmiwati. Penulis menempuh pendidikan di TK Islam Bakti IV Gresik pada tahun 1995. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Muhammadiyah GKB Gresik, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 3 Gresik. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa (USMI). Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis menjadi sekretaris umum organisasi mahasiswa daerah HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto) masa jabatan 2009-2010. Pada tahun 2010 penulis mengikuti magang liburan di Kebun Percobaan PT Petrokimia Gresik. Penulis menjadi panitia seminar dan bazar pertanian Farmer Field Day 2010, serta panitia seminar nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2011.

vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di IPB. Penulis menyadari bahwa terwujudnya laporan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. (almh) sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penelitian dan penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai dosen penguji yang memberikan saran untuk perbaikan skripsi. 3. Dr. Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang memberikan motivasi pada tiap semester. 4. Keluarga tercinta, bapak, ibu, kakak dan adik yang telah memberikan perhatian, semangat dan curahan do a untuk kelancaran penelitian dan skripsi. 5. Sahabat tercinta Wahyu Fikrinda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria Muslim, Hesti Paramita Sari, dan Ita Utami Aidid yang telah memberikan semangat, bantuan dan do a dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian skripsi. 6. Teknisi kebun Pusat Kajian Buah Tropika Tajur Bogor (Pak Awang dan Pak Ade), Vicky Octarina Chairunnissa, S. Andra Mastaufan, mbak Tiara Yudilastari, kak Ahmad Rifqi Fauzi, terima kasih atas bantuan dan do anya. 7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik untuk seluruh pihak yang terkait. Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Januari 2012 Penulis

vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Pepaya... 3 Syarat Tumbuh Pepaya... 3 Cara Perbanyakan Pepaya... 4 Media Tanam... 5 BAHAN DAN METODE... 9 Waktu dan Tempat... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Penelitian... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN... 13 Perkecambahan Benih... 13 Pertumbuhan Bibit di Polybag... 15 Pertumbuhan Bibit di Lapangan... 23 KESIMPULAN DAN SARAN... 29 Kesimpulan... 29 Saran... 29 DAFTAR PUSTAKA... 30 LAMPIRAN... 33

viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 13 2. Nilai ph, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa Jenis Media Tanam... 14 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di Polybag... 15 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam... 17 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di Polybag pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 18 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di Polybag... 19 7. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Pepaya di Polybag... 21 8. Bobot Bibit Pepaya per Polybag pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 22 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan.. 24 10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 24 11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 25 12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 25 13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan... 26 14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe di Lapangan.. 27

ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diameter Batang Bibit Pepaya di Polybag pada Beberapa Jenis Media Tanam... 20 2. Diameter Batang Bibit Pepaya di Polybag pada Beberapa Genotipe... 21

x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Deskripsi Buah Pepaya IPB 3... 34 2. Deskripsi Buah Pepaya IPB 4... 35 3. Deskripsi Buah Pepaya IPB 9... 36 4. Data Iklim Darmaga Bogor... 37 5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST... 38 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST... 38 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST... 39 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST... 39 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST... 40 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST... 40 11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan... 41 12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan... 42 13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M5 di Lapangan... 43

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah tropika utama yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi produksi yang tinggi baik buah segar, maupun olahan. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pola hidup sehat semakin meningkat, salah satunya dengan mengkonsumsi buahbuahan terutama pepaya. Buah pepaya mengandung zat gizi yang dapat mencukupi kebutuhan gizi untuk kesehatan manusia. Pepaya mengandung 85-90% air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan kadar lemak yang rendah yaitu 0.1% (Sankat dan Maharaj, 1997). Pepaya genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih besar dari IPB 2A dan IPB 3A. Kandungan karoten pada genotipe IPB 4 lebih besar dari IPB 1, IPB 3A, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 (Suketi et al., 2010). Pepaya hasil hibrida IPB merupakan pepaya unggul yang menghasilkan kualitas buah lebih baik dibandingkan pepaya lokal Indonesia. Pepaya genotipe IPB 3 dan IPB 4 memiliki bentuk buah yang lonjong dan ukuran buah yang kecil, sedangkan pepaya genotipe IPB 9 memiliki bentuk buah silindris dan ukuran buah sedang. Pepaya genotipe IPB 4 berbeda dengan genotipe lain yang memiliki kulit buah yang berwarna kuning (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Data Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan bahwa produksi pepaya di Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai tahun 2009 produksi pepaya sebesar 732 611 ton, 548 657 ton, 643 451 ton, 621 524 ton, 717 899 ton, dan 772 844 ton. Fluktuasi produksi pepaya disebabkan oleh kondisi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, adanya hama dan penyakit, serta media tanam yang kurang tepat dalam pembibitan pepaya. Pembibitan pepaya diharapkan menggunakan media tanam yang cocok untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya serta memiliki media tanam yang ringan untuk memudahkan dalam transportasi bibit. Menurut Soepardi (1983) media tanam sebagai media pertumbuhan yaitu untuk tempat tumbuh kembangnya sistem perakaran, sumber atau penyedia air dan hara bagi

2 tanaman. Selama ini media tanam bibit pepaya yang sering digunakan oleh petani yaitu campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam menggunakan campuran arang sekam maupun kokopit merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan bibit pepaya. Menurut Cayanti (2006) media tanam yang baik untuk kualitas cabai hias dalam pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang, dan kokopit yang memberikan respon terbaik pada peubah tinggi tanaman dan mempunyai keragaan terbaik pada 10 MST. Dalam penelitian Agustina (2004) perlakuan terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang pada peubah tinggi tanaman. Adanya alternatif pencampuran media tanam baru untuk pembibitan pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan bibit pepaya yang baik serta media tanam yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap perkecambahan benih pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Selain itu, untuk mengetahui jenis media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit. Hipotesis 1. Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap perkecambahan benih pepaya. 2. Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit pepaya. 3. Terdapat jenis media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.

3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman berada di kawasan sekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Pada abad ke-17 tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Klasifikasi tanaman pepaya yaitu Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae, Genus Carica dan Spesies Carica papaya L. (Kalie, 1999). Pepaya merupakan tanaman terna seperti pohon yang umumnya tidak bercabang dengan ketinggian antara 2-10 m. Semua bagian tanaman mengandung getah. Batang pepaya berbentuk silinder, berdiameter 10-30 cm dan berongga. Daun tersusun secara spiral, berkelompok dekat dengan ujung batang. Tangkai daun mencapai panjang 1 m dan berongga. Lembaran daun berbentuk bundar, berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjari mendalam, dan tidak berbulu. Tanaman pepaya memiliki bunga jantan, betina, atau hermafrodit. Buah berbentuk buah buni berdaging, berbentuk bulat telur lonjong sampai hampir bulat atau berbentuk silinder. Kandungan buah pepaya per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat, 0.7 g serat, 204 mg kalium, 34 mg kalsium, 11 mg fosfor, 1 mg besi, 450 mg vitamin A, dan 74 mg vitamin C. Kulit buahnya tipis, halus, jika matang berwarna kekuningkuningan atau jingga. Daging buahnya berwarna kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis, dengan aroma lembut dan sedap (Villegas, 1997). Deskripsi buah pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 disajikan pada Lampiran 1-3. Syarat Tumbuh Pepaya Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 700 m dpl, tetapi pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh pada ketinggian 200-500 m dpl (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Suhu udara optimum (21-33) o C dengan curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun (Nakasone

4 dan Paull, 1998). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman pepaya antara 1 500-2 000 mm/tahun di daerah-daerah yang lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi (Kalie, 1999). Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik. Apabila drainase buruk, maka dapat terjadi pembusukan pada akar. Derajat keasaman (ph) tanah yang baik adalah 5.0-7.0 dengan rata-rata yang diinginkan antara 5.5-6.5. Tingkat ph tanah di bawah 5.0 dapat meningkatkan kematian pada tanaman tersebut. Cahaya matahari bagi pepaya merupakan suatu energi kehidupan. Tanaman pepaya tergolong tanaman yang memerlukan cahaya penuh. Adanya cahaya matahari menyebabkan tanaman pepaya dapat berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat sebagai energi kehidupan. Cahaya matahari dalam jumlah banyak akan lebih mempercepat tanaman berbunga dan berbuah, serta mempercepat proses pemasakan buah dan mempengaruhi rasa buah menjadi lebih manis karena kandungan gulanya meningkat. Tidak berbeda dengan cahaya matahari, air juga merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman pepaya membutuhkan kelembaban yang tinggi. Tanaman muda membutuhkan kelembaban lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa atau tanaman tua (Kalie, 1999). Cara Perbanyakan Pepaya Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan perbanyakan benih. Benih diambil dari buah yang telah matang di pohon dan dipanen dari tanaman yang dinilai unggul. Benih diambil dari bagian buah yang di tengah (1/3 bagian tengah) karena bagian ini mengandung biji sempurna (Kalie, 1999). Benih pepaya bersifat ortodok. Benih pepaya yang dikeringkan tanpa sarcotesta (lapisan luar kulit benih) mempunyai viabilitas sama tinggi, baik dikeringkan hingga kadar air 11-12% maupun 6-7%. Bila proses pengeringan benih dilakukan dengan mempertahankan sarcotesta maka benih akan mengalami dormansi dan menghambat perkecambahan (Sari, 2005). Cara pengeringan benih pepaya dengan

5 sinar matahari berlangsung lebih cepat dan menghasilkan vigor bibit yang lebih baik dibandingkan pengeringan dengan dikering anginkan (Sumartuti, 2004). Menurut Kalie (1999) penanaman benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penanaman benih langsung di lahan dan penanaman benih yang disemai terlebih dahulu di persemaian yang disebut dengan pembibitan. Pemeliharaan pada penanaman benih yang disemai terlebih dahulu (pembibitan di polybag) akan mempermudah memilih tanaman seragam yang akan dipindah ke lapangan. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) bibit yang sudah berumur 1.5-2 bulan dari perkecambahan dapat dipindahkan ke lapangan. Menurut Sobir (2009) pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari yang sehari sebelumnya telah disiram air hingga lembab. Media Tanam Media tanam merupakan sarana tumbuh yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik media tanam yang baik memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang baik. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media pertumbuhan yaitu sebagai tempat tumbuh kembangnya sistem perakaran, sumber atau penyedia air dan hara bagi tanaman. Menurut Flegman dan George (1975) secara umum pemilihan media tanam yang baik ada empat kriteria, yaitu (1) mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman, (2) mempunyai kemampuan menyimpan dan menyediakan air bagi tanaman, (3) tidak menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas media, dan (4) tempat penyimpanan hara untuk tanaman. Menurut Hartmann dan Kester (1990) media tumbuh yang ideal untuk tanaman secara umum adalah memiliki struktur yang gembur, aerasi dan drainase baik, kelembaban cukup, bebas organisme pengganggu, cukup hara mineral, dan bobotnya ringan.

6 Tanah Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan. Tanah merupakan tubuh alam yang berasal dari hancuran batuan dan bahan organik (Soepardi, 1983). Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin bawah lapisan tanah, maka kandungan bahan organik akan semakin berkurang. Tanah mengandung unsur hara esensial makro yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S serta mengandung unsur hara esensial mikro yaitu Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur-unsur hara ini diserap akar tanaman dari dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Tanah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus pangan. Tiga fungsi primer tanah dalam mendukung kehidupan tanaman, yaitu (1) memberikan unsur-unsur mineral, sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan, (2) memberikan air dan melayaninya sebagai reservoir, dan (3) sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak (Harjadi, 1996). Pasir Hanum (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa media tanam campuran pasir dan kompos memberikan hasil akhir pertumbuhan paling baik pada bibit tanaman asparagus. Setiarini (2010) menyatakan bahwa campuran pasir, tanah, dan kompos merupakan media terbaik untuk pembibitan benih semangka tanpa biji. Menurut Tjitrosomo et al. (1980) persentase kelembaban pasir yaitu dengan kapasitas lapang sebesar 6%, layu permanen sebesar 3%, dan penyimpanan air kapiler yang tersedia sebesar 3%. Pasir memiliki tekstur yang ringan, memiliki aerasi yang baik untuk pertumbuhan akar. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi tetap untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur bahan lain membantu dalam aerasi yang baik untuk akar yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Pasir memiliki daya menahan air yang rendah dan memiliki pori-pori yang besar sehingga memiliki drainase dan aerasi yang baik.

7 Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa kotoran padat yang bercampur sisa makanan maupun air kencing ternak. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Samekto (2006) pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk kandang sapi mengandung 0.4% N, 0.2% P, 0.1% K, dan 85% air. Menurut Buckman dan Brady (1975) pupuk kandang sapi juga mengandung 22 kg/ton N, 3 kg/ton P, 14 kg/ton K, dan 85% H 2 O. Disamping unsur N, P, K, pupuk kandang juga mengandung Ca, Mg, S dan mungkin seluruh unsur mikro yang bermanfaat untuk mempertahankan keseimbangan hara dari tanah. Arang Sekam Menurut Harjadi (1996) penggunaan limbah pertanian seperti sisa jerami, arang sekam, tongkol jagung, kulit biji kapas dapat digunakan untuk media tanam. Wuryaningsih dan Darliah (1994) menyatakan bahwa arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Wiryanta (2007) menyatakan bahwa arang sekam merupakan kulit biji padi yang diperoleh dari proses penggilingan bulir padi. Arang sekam cukup steril, karena proses pembuatan arang sekam dilakukan dengan cara dibakar. Media arang sekam bersifat porous, ringan, memiliki drainase baik dan mampu mengikat air pada bagian permukaan saja. Kokopit Menurut Palungkun (1992) serbuk serabut kelapa (kokopit) merupakan hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35% dari total buah kelapa yang telah

8 masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena mengandung unsur kalium dan fosfor. Menurut Sarief (1985) serabut kelapa (kokopit) mampu menyimpan air hingga 6-8 kali lipat sehingga menguntungkan. Serabut yang dibenarkan tidak mengalami dekomposisi secara cepat sehingga dapat menyebabkan perkolasi air ke lapisan bawah lebih baik dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan akar. Cayanti (2006) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa media tanam yang terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang, dan kokopit.

9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo dan Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 sebanyak 550 benih setiap genotipe. Benih pepaya diperoleh dari hasil seleksi Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Media tanam yang digunakan yaitu tanah, pasir, pupuk kandang, arang sekam, dan kokopit. Alat-alat yang digunakan antara lain tray semai, polybag ukuran 10 cm x 15 cm, timbangan, wadah/mangkok, cangkul, kored, ember, handsprayer/gembor, meteran/penggaris, jangka sorong digital, label, dan alat tulis. Metode Penelitian Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama adalah media tanam (M) dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang (2:1:1), M2 = tanah : pasir : arang sekam (2:1:1), M3 = tanah : pasir : kokopit (2:1:1), M4 = tanah : pupuk kandang : kokopit (2:1:1), dan M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:1). Faktor kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3). Perbandingan media tanam berdasarkan volume (v/v/v). Percobaan terdiri dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 bibit pepaya, sehingga total tanaman yang digunakan adalah 450 bibit pepaya. Pengamatan dilakukan pada lima contoh bibit

10 pepaya setiap perlakuan, sehingga total tanaman yang diamati adalah 225 bibit pepaya. Model linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Y ijk = μ + β i+ δ j + η k + (βδ) ijk + E ijk Keterangan : Y ijk μ β i δ j = nilai pengamatan media tanam i dan genotipe j serta ulangan ke-k = rataan umum = pengaruh media tanam i (M1,M2,M3,M4,M5) = pengaruh genotipe j (G1,G2,G3) η k = pengaruh ulangan ke-k (1,2,3) (βδ) ijk = pengaruh interaksi antara media tanam dan genotipe E ijk = galat percobaan Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Percobaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan media, penanaman benih di tray semai, pemindahan bibit ke dalam polybag, persiapan lahan, pemindahan bibit ke lapangan, pemeliharaan, dan pengamatan. Persiapan media. Media tanam yang digunakan dicampur sesuai dengan perlakuan dengan perbandingan sama yaitu 2:1:1. Perbandingan volume media tanam yaitu dengan menggunakan wadah atau mangkok. Media tanam yang sudah dicampur digunakan untuk bahan media tanam di tray semai dan polybag. Penanaman benih di tray semai. Media tanam untuk persemaian sesuai dengan perlakuan percobaan. Media tanam dimasukkan ke dalam tray persemaian. Sebelum benih disemai, benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 40 o C) selama 30 menit. Benih yang dikecambahkan sebanyak 110 benih setiap kombinasi perlakuan, sehingga total benih sebanyak 1 650 benih pepaya. Benih dikecambahkan di tray semai dengan dua benih per lubang selama 4 MSS (Minggu Setelah Semai) atau satu bulan untuk menyeragamkan bibit pepaya yang akan dipindahkan ke polybag.

11 Pemindahan bibit ke dalam polybag. Pemindahan bibit semaian dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media tanamnya. Kriteria bibit yang dipindahkan ke polybag yaitu memiliki tinggi yang seragam (3-4 cm dari permukaan media) dan memiliki jumlah daun sebanyak dua sampai tiga helai. Penanaman dilakukan pada polybag ukuran 10 cm x 15 cm selama 1.5 bulan. Persiapan lahan. Menurut Kalie (1999) lahan penanaman dalam bentuk bedengan. Panjang bedengan tergantung keadaan lahan, sedangkan lebarnya sebesar 2 m dan tingginya sebesar 0.2 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu 2.5 m x 2.5 m. Jarak antar bedengan sebesar 50 cm. Di atas bedengan dibuat lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pemberian pupuk organik dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan dosis 15-25 ton/ha. Lubang tanam dibiarkan terbuka dan terpapar sinar matahari selama dua minggu. Pemindahan bibit ke lapangan. Pemindahan bibit dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media tanamnya dengan kriteria bibit pepaya yang sehat dan baik yaitu memiliki tinggi tanaman sekitar 9-11cm, jumlah daun sebanyak 8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Bibit yang dapat dipindahkan ke lapangan yaitu pada media tanam M1, M4, dan M5 yang diambil dari tanaman contoh sehingga total yang ditanam sebanyak 144 bibit pepaya. Penanaman di lapangan dilakukan 1.5 bulan setelah tanam di polybag. Pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengairan, pemupukan, sanitasi, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman di lapangan dan setiap empat bulan menggunakan pupuk organik dengan dosis 20-30 kg/tanaman. Sanitasi yang dilakukan berupa pembumbunan, penyiangan gulma, dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pengamatan Pengamatan perkecambahan benih pepaya yaitu : 1. Waktu muncul kecambah (Hari Setelah Semai/HSS). 2. Daya berkecambah (%). Daya berkecambah diamati pada satu bulan setelah semai yaitu 30 HSS.

12 Pengamatan bibit pepaya di polybag yaitu : 1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm). 2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai). 3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm). 4. Bobot bibit per polybag (g). 5. Bibit siap salur. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit dipindahkan ke polybag (1-6 MST). Diameter batang diamati pada 6 MST menggunakan jangka sorong digital. Penimbangan bobot bibit per polybag dilakukan pada 6 MST menggunakan timbangan. Pengamatan tanaman pepaya di lapangan yaitu: 1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm). 2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai). 3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm). 4. Kecepatan bunga pertama muncul (MST). 5. Tinggi kedudukan bunga pertama (cm). Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit dipindahkan ke lapangan (7-11 MST). Diameter batang diamati pada 11 MST menggunakan jangka sorong digital. Kecepatan bunga pertama muncul dan tinggi kedudukan bunga pertama diamati pada 17-20 MST yang mana semua tanaman pepaya sudah berbunga.

13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam, dikarenakan setiap genotipe memiliki respon tumbuh yang berbeda. Pada kelima perlakuan media tanam, genotipe IPB 3 (G1), IPB 4 (G2), dan IPB 9 (G3) memiliki waktu muncul kecambah yaitu pada 11 HSS, 17 HSS, dan 14 HSS. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki pertumbuhan benih yang lebih cepat sedangkan genotipe IPB 4 (G2) pertumbuhan benihnya lebih lama dibandingkan genotipe lain. Hal ini diduga benih genotipe IPB 3 (G1) memiliki kemampuan benih untuk tumbuh (vigor) tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Menurut Widajati et al. (2008) tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih adalah kecepatan tumbuh benih dimana benih vigor tinggi memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan benih dengan vigor rendah. Tabel 1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Daya Berkecambah (%) 30 HSS Perlakuan G1 G2 G3 Rata-rata media M1 70.00 28.18 76.36 58.18 d*) M2 60.91 40.91 39.09 46.97 e M3 78.18 47.27 57.27 60.91 c M4 64.54 59.09 76.36 66.66 b M5 80.91 46.36 82.73 70.00 a Rata-rata genotipe 70.91 a**) 44.36 c 66.36 b Keterangan : Uji lanjut DMRT taraf 5% *) rata-rata media dan **) rata-rata genotipe M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang G1 = Genotipe IPB 3 M2 = Tanah : pasir : arang sekam G2 = Genotipe IPB 4 M3 = Tanah : pasir : kokopit G3 = Genotipe IPB 9 M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit HSS= Hari Setelah Semai M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan perkecambahan. Faktor genetik berasal dari benih itu sendiri dan lingkungan perkecambahan berasal dari lingkungan sekitar media. Media

14 perkecambahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses berkecambahnya benih (Widajati et al., 2008). Media tanam mempengaruhi persentase perkecambahan benih pada 30 HSS. Berdasarkan Tabel 1 daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam M5 sebesar 70% dan pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Hal ini diduga kelembaban media sesuai pada awal perkecambahan, penggunaan campuran media menggunakan arang sekam sebagai media tumbuh memiliki drainase dan aerasi yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik. Kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media tanam M5 memiliki kandungan N tertinggi, media tanam M1 memiliki kandungan P tertinggi, dan media tanam M4 memiliki kandungan K tertinggi. Kisaran ph yang cocok untuk pembibitan pepaya yaitu media tanam M1, M4, dan M5. Nilai ph yang cukup rendah pada media tanam M2 dan M3 tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit pepaya seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai ph, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa Jenis Media Tanam ph Kjeldahl Olsen Morgan Media N P H 2 O KCl 2 O 5 K 2 O (%) (ppm) (ppm) M1 6.5 6.1 0.33 221 249 M2 5.7 4.9 0.05 27 437 M3 5.4 4.6 0.17 38 914 M4 6.1 5.6 0.31 213 1441 M5 6.2 5.7 0.37 153 794 Keterangan : M1 = tanah : pasir : pupuk kandang M2 = tanah : pasir : arang sekam M3 = tanah : pasir : kokopit M4 = tanah : pupuk kandang : kokopit M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam

15 Pertumbuhan Bibit di Polybag Pada penelitian ini awal pertumbuhan vegetatif yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit di polybag (Tabel 3) menunjukkan bahwa media tanam mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun pada pengamatan selama 1.5 bulan yaitu 1-6 MST, diameter batang pada 6 MST, serta bobot bibit per polybag pada 6 MST. Tinggi tanaman pada 1, 2, 3, 5, 6 MST dan jumlah daun pada 1, 2, 3, 4, 6 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 1-6 MST, jumlah daun pada 2, 4, 6 MST, dan diameter batang pada 6 MST. Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di Polybag Peubah Waktu Perlakuan (MST) Media Genotipe Media*Genotipe KK Tinggi Tanaman 1 ** ** * 7.66 2 ** ** * 6.55 3 ** * ** 5.09 4 ** tn ** 4.72 5 ** ** ** 4.63 6 ** ** ** 5.42 Jumlah Daun 1 ** ** tn 12.44 2 ** ** * 7.11 3 ** ** tn 7.20 4 ** ** ** 6.37 5 ** tn tn 8.53 6 ** ** * 10.81 Diameter Batang 6 ** ** ** 8.02 Bobot Bibit per Polybag 6 ** tn tn 6.71 Keterangan : * = Berpengaruh Nyata (α : 5%) ** = Berpengaruh Sangat Nyata (α : 1%) tn = Tidak Berpengaruh Nyata KK = Koefisien Keragaman MST = Minggu Setelah Tanam Pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif merupakan awal pembentukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang produktif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan

16 batang baru (Harjadi, 1996). Hama yang menyerang tanaman pepaya pada fase vegetatif adalah kutu putih (Paracoccus marginatus) ditandai dengan daun menjadi keriput. Pengendalian hama ini dengan membersihkan bagian kutu putih dari tanaman, terutama pada bagian bawah daun. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman diukur dari atas permukaan media tanam di polybag sampai titik tumbuh mulai dari pemindahan di polybag sampai 1.5 bulan pengamatan yaitu pada 1-6 MST. Faktor media tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Perlakuan media tanam M4 dan M5 berbeda dengan media tanam lainnya pada peubah tinggi tanaman. Media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 11.69 cm pada 6 MST (Tabel 4). Tinggi tanaman genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 4 (G2) berbeda dengan IPB 9 (G3) pada 6 MST. Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 8.85 cm. Dewi dan Suketi (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik pada media tanam campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 memberikan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang tunas, dan volume akar yang lebih besar pada bibit mangga. Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 1-6 MST (Tabel 4). Pada perlakuan M5G3 mempunyai tinggi tanaman paling tinggi pada saat 1-2 MST yaitu sebesar 5.42 cm dan 6.32 cm. Perlakuan M4G2 mempunyai tinggi tanaman paling tinggi pada saat 3-6 MST yaitu sebesar 8.18 cm, 10.40 cm, 11.82 cm, dan 13.17 cm. Pada 6 MST perlakuan M4G2 merupakan perlakuan terbaik karena mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman yaitu sebesar 13.17 cm yang berbeda dengan perlakuan lainnya seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam 17 Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Media (M) M1 4.01 b 4.93 b 6.19 b 7.28 b 8.42 b 9.73 b M2 3.75 bc 4.32 c 4.95 c 5.23 c 5.48 c 5.70 c M3 3.58 c 3.92 d 4.33 d 4.62 d 4.74 d 4.12 d M4 4.62 a 5.66 a 7.45 a 9.07 a 10.32 a 11.57 a M5 4.76 a 5.88 a 7.72 a 9.26 a 10.53 a 11.69 a Genotipe (G) G1 4.11 a 4.85 b 5.98 b 6.99 a 7.99 a 8.75 a G2 3.82 c 4.74 b 6.09 ab 7.25 a 8.06 a 8.85 a G3 4.50 a 5.23 a 6.31 a 7.03 a 7.64 b 8.09 b Interaksi (M*G) M1G1 4.15 cde 4.90 cd 6.12 e 7.34 fg 8.82 d 10.68 de M1G2 3.39 fg 4.45 def 5.72 ef 6.83 g 7.95 e 9.19 g M1G3 4.48 bc 5.44 b c 6.74 d 7.66 ef 8.50 de 9.31 fg M2G1 3.82 ef 4.37 def 5.03 gh 5.39 h 5.72 f 6.00 h M2G2 3.34 fg 3.89 fg 4.58 h 4.87 hi 5.08 fg 5.28 hi M2G3 4.10 cde 4.70 de 5.24 fg 5.43 h 5.63 f 5.82 h M3G1 3.16 g 3.52 g 3.86 i 4.18 j 4.40 h 3.26 k M3G2 3.74 efg 4.06 fg 4.52 h 4.90 hi 4.92 gh 4.96 i M3G3 3.85 def 4.18 ef 4.61 h 4.78 i 4.91 gh 4.15 j M4G1 4.76 b 5.64 b 7.06 cd 8.66 cd 10.09 c 11.49 cd M4G2 4.44 bcd 5.80 ab 8.18 a 10.40 a 11.82 a 13.17 a M4G3 4.66 bc 5.54 b 7.11 cd 8.14 de 9.04 d 10.06 ef M5G1 4.67 bc 5.84 ab 7.86 ab 9.38 b 10.94 b 12.30 2b M5G2 4.18 bcde 5.48 b 7.46 bc 9.24 bc 10.56 bc 11.65 bc M5G3 5.42 a 6.32 a 7.84 ab 9.17 bc 10.10 c 11.10 cd Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang G1 = Genotipe IPB 3 M2 = Tanah : pasir : arang sekam G2 = Genotipe IPB 4 M3 = Tanah : pasir : kokopit G3 = Genotipe IPB 9 M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam MST= Minggu Setelah Tanam Jumlah Daun Perlakuan media tanam mempengaruhi jumlah daun dari pengamatan 1-6 MST. Jumlah daun pada tiap genotipe berbeda dari pengamatan 1-6 MST kecuali pada pengamatan 5 MST (Tabel 3). Hal ini diduga pada pengamatan 5 minggu setelah tanam di polybag jumlah daun bibit pepaya mengalami

18 kerontokan akibat curah hujan yang lebih tinggi yaitu sebesar 361.7 mm dibandingkan dengan curah hujan pada bulan sebelumnya seperti disajikan pada Lampiran 4. Selain itu, hama kutu putih juga menyerang daun pada bibit pepaya yang mengakibatkan jumlah daun menurun. Tabel 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di Polybag pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Media M1 3.06 b 4.66 b 6.66 b 7.73 b 9.20 a 8.73 a M2 2.62 c 4.11 c 5.13 c 5.42 c 5.73 b 5.86 b M3 1.91 d 2.15 d 2.75 d 3.26 d 3.26 c 2.28 c M4 3.26 ab 4.75 b 7.00 ab 7.71 b 9.11 a 8.20 a M5 3.53 a 5.04 a 7.22 a 8.20 a 9.57 a 8.77 a Genotipe G1 3.22 a 4.42 a 6.12 a 6.73 a 7.26 a 6.41 b G2 2.69 b 4.02 b 5.61 b 6.52 a 7.68 a 7.34 a G3 2.72 b 3.98 b 5.53 b 6.14 b 7.18 a 6.56 b Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Media tanam M5 tidak berbeda dengan media tanam M1 dan M4, tetapi berbeda dengan media tanam M2 dan M3. Media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 8.77 helai pada 6 MST seperti disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian Riyanti (2009) menunjukkan bahwa campuran serabut kelapa, arang sekam, pakis, dan humus daun bambu (1:1:1:1) memberikan hasil perkembangan tanaman yang lebih baik daripada perlakuan media lainnya dalam peubah jumlah daun, jumlah ruas, jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman pada bibit sirih merah. Pada 6 MST jumlah daun pada genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 9 (G3) berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 7.34 helai. Hal ini diduga adanya pengaruh dari genotipe tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Gardner et al. (1991) menjelaskan bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan.

19 Interaksi media tanam dan genotipe pada jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan M5G1 memberikan jumlah daun paling banyak pada 2 MST dan 4 MST yaitu sebesar 5.60 helai dan 8.73 helai. Perlakuan M1G2 memberikan jumlah daun paling banyak pada 6 MST yaitu sebesar 10.06 helai yang berbeda dengan perlakuan lainnya seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di Polybag Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST Interaksi (M*G) M1G1 5.06 b 8.26 abc 7.40 d M1G2 4.26 cd 7.06 e 10.06a M1G3 4.66 bc 7.86 bcd 8.73 abcd M2G1 4.26 cd 5.60 f 5.93 e M2G2 4.06 d 5.26 f 5.86 e M2G3 4.00 d 5.40 f 5.80 e M3G1 2.06 e 3.46 g 2.33 f M3G2 2.20 e 3.33 g 2.46 f M3G3 2.20 e 3.00 g 2.06 f M4G1 5.13 ab 7.60 cde 7.53 cd M4G2 4.86 b 8.53 ab 9.46 ab M4G3 4.26 cd 7.00 e 7.60 cd M5G1 5.60 a 8.73 a 8.86 abc M5G2 4.73 bc 8.40 ab 8.86 abc M5G3 4.80 bc 7.46 de 8.60 bcd Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Diameter Batang Media tanam, genotipe, dan interaksi media tanam terhadap genotipe mempengaruhi pertumbuhan diameter batang. Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter batang paling besar yaitu pada media tanam M4 dan M5 sebesar 3.2 mm. Media tanam M1 tidak berbeda dengan media tanam M4 dan M5 tetapi berbeda dengan media tanam M2 dan M3 terhadap diameter batang bibit pepaya. Media tanam merupakan salah satu faktor dari lingkungan yang mempengaruhi diameter batang bibit pepaya. Media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) memiliki kandungan unsur nitrogen paling banyak dibandingkan media tanam lain yaitu sebesar 0.37%. Media tanam M4 (tanah, pupuk kandang, dan kokopit)

Diameter Batang (mm) 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 2.7 b 1.4 c 0.8 d 6 MST 3.2a 3.2a M1= tanah:pasir:pupuk kandang M2= tanah:pasir:arang sekam M3= tanah:pasir:kokopit M4= tanah:pupuk kandang:kokopit M5= tanah:pupuk kandang:arang sekam

3,0 Diameter Batang (mm) 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 2.4 a 2.1 b 2.3 a G1= Genotipe IPB 3 G2= Genotipe IPB 4 G3= Genotipe IPB 9 0,0 6 MST Perlakuan Interaksi (M*G) M1G1 M1G2 M1G3 M2G1 M2G2 M2G3 M3G1 M3G2 M3G3 M4G1 M4G2 M4G3 M5G1 M5G2 M5G3 Diameter Batang (mm) 6 MST 2.7 cd 2.5 d 3.1 bc 1.5 e 1.1 f 1.5 e 0.8 f 0.8 f 0.8 f 3.3 ab 3.2 ab 3.1 bc 3.5 a 2.8 cd 3.3 ab

22 meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2:1 terhadap pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang dan jumlah tunas daun. Bobot Bibit per Polybag Bobot bibit per polybag diamati pada akhir pengamatan di polybag yaitu pada 6 MST. Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang media tanam dan bibit pepaya per polybag. Media tanam dan bibit pepaya di polybag memiliki bobot jenis yang berbeda. Bobot bibit per polybag paling berat yaitu media tanam M2 (tanah, pasir, dan arang sekam) sebesar 251.55 g dan bobot bibit per polybag paling ringan yaitu media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) sebesar 188.66 g seperti disajikan pada Tabel 8. Media tanam yang diharapkan pada penelitian ini yaitu memiliki pertumbuhan bibit yang baik dan media tanam yang ringan agar memudahkan dalam transportasi bibit. Tabel 8. Bobot Bibit Pepaya per Polybag pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Perlakuan Media (M) M1 M2 M3 M4 M5 Genotipe (G) G1 G2 G3 Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Bobot Bibit per Polybag (g) 6 MST 244.00 a 251.55 a 245.33 a 199.55 b 188.66 b 226.13 a 227.73 a 223.60 a Bibit Siap Salur Bibit pepaya siap salur adalah bibit pepaya yang sudah siap ditanam di lapangan dengan kriteria tanaman pepaya yang termasuk dalam tanaman representatif. Tanaman representatif untuk bibit pepaya yaitu memiliki tinggi

23 tanaman sekitar 9-11 cm, jumlah daun sebanyak 8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Pada media tanam M1, M4, dan M5 umur bibit siap salur yaitu pada 6 MST, sedangkan pada media tanam M2 dan M3 bibit tidak dapat dipindah tanam ke lapangan karena bibit tersebut tidak representatif untuk kriteria bibit pepaya. Selain itu, kandungan unsur hara dan nilai ph pada media tanam M2 dan M3 tidak mendukung untuk pertumbuhan bibit pepaya. Unsur nitrogen yang terkandung pada media tanam M2 dan M3 tergolong rendah yaitu sebesar 0.05% dan 0.17%. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur nitrogen sangat dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan atau fase vegetatif. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) tujuan dari pembibitan adalah untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang baik saat dipindahkan ke lapangan. Menurut Zulkarnain (2009) kriteria bibit yang berkualitas baik yaitu bibit sehat dan bebas dari investasi patogen, benih yang digunakan berasal dari tanaman induk yang berpotensi hasil tinggi. Keragaan bibit pepaya pada beberapa media tanam dan genotipe saat 6 MST disajikan pada Lampiran 5-10. Pertumbuhan Bibit di Lapangan Berdasarkan Tabel 9 bahwa media tanam mempengaruhi tinggi tanaman pada 9 dan 11 MST, serta jumlah daun pada 7-11 MST dan diameter batang pada 11 MST. Tinggi tanaman pada 7-11 MST dan jumlah daun pada 10 MST, serta diameter batang pada 11 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam terhadap genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 7 MST dan jumlah daun pada 9-11 MST serta diameter batang pada 11 MST. Bibit tanaman pepaya setelah 6 MST dipindahkan ke lapangan hingga pengamatan 11 MST untuk mengetahui pertumbuhan bibit setelah dipindahkan ke lapangan. Pada 11 MST media tanam yang memiliki tinggi tanaman paling tinggi yaitu pada media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) sebesar 22.73 cm yang berbeda dengan media tanam M1 dan M4. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 23.04 cm yang berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2) dan IPB 9 (G3) seperti disajikan pada Tabel 10.

Tabel 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan 24 Peubah Waktu Perlakuan (MST) Media Genotipe Media*Genotipe KK Tinggi Tanaman 7 tn ** * 7.52 8 tn ** tn 10.34 9 * ** tn 10.41 10 tn ** tn 12.47 11 ** ** tn 10.83 Jumlah Daun 7 * tn tn 13.00 8 ** tn tn 11.33 9 ** tn ** 7.23 10 ** * ** 6.96 11 ** tn * 8.90 Diameter Batang 11 ** ** ** 9.53 Kecepatan Bunga Pertama Muncul 17-20 ** ** tn 3.68 Tinggi Kedudukan Bunga Pertama 17-20 tn ** tn 13.02 Keterangan : * = Berpengaruh Nyata (α : 5%) KK = Koefisien Keragaman ** = Berpengaruh Sangat Nyata (α : 1%) MST = Minggu Setelah Tanam tn = Tidak Berpengaruh Nyata Tabel 10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Perlakuan 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Media M1 12.01 a 13.07 a 16.37 b 18.23 b 18.68 b M4 12.66 a 13.86 a 16.72 b 18.92 ab 19.53 b M5 12.33 a 14.35 a 18.90 a 21.08 a 22.73 a Genotipe G1 13.34 a 14.88 a 19.55 a 21.27 a 23.04 a G2 22.70 a 14.20 a 17.83 a 20.54 a 20.75 b G3 10.97 b 12.21 b 14.61 b 16.42 b 17.15 c Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) memiliki jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 13.31 helai pada 11 MST yang tidak berbeda dengan media tanam M4 tetapi berbeda dengan media tanam M1. Genotipe IPB 4 (G2) memiliki jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 12.95 helai yang berbeda dengan genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 9 (G3) seperti disajikan pada Tabel 11.

25 Tabel 11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Perlakuan 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Media M1 6.71 a 7.64 a 9.24 b 10.11 b 11.24 b M4 5.60 b 6.73 b 8.86 b 10.82 b 12.71 a M5 6.71 a 8.17 a 10.33 a 12.75 a 13.31 a Genotipe G1 6.26 a 7.17 a 9.02 b 10.62 b 11.71 b G2 6.55 a 7.88 a 9.88 a 11.66 a 12.95 a G3 6.20 a 7.48 a 9.53 ab 11.40 ab 12.60 ab Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Tabel 12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe Perlakuan Media (M) M1 M4 M5 Genotipe (G) G1 G2 G3 Interaksi (M*G) M1G1 M1G2 M1G3 M4G1 M4G2 M4G3 M5G1 M5G2 M5G3 Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Diameter Batang (mm) 11 MST 6.9 b 7.3 b 8.2 a 7.5 a 6.7 b 8.1 a 5.6 e 7.0 cd 8.0 abc 8.5 ab 5.9 de 7.5 bc 8.5 ab 7.3 bc 9.0 a Diameter batang paling besar terdapat pada media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) sebesar 8.2 mm pada 11 MST. Media tanam M5 memiliki diameter batang yang berbeda dengan media tanam M1 dan M4. Genotipe IPB 9 (G3) memiliki diameter batang paling besar yaitu sebesar 8.1 mm.

26 Genotipe IPB 9 (G3) memiliki diameter batang yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 3 (G1) tetapi berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi pertumbuhan diameter batang pada 11 MST. Perlakuan M5G3 memiliki diameter batang paling besar yaitu sebesar 9.0 mm pada 11 MST seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Interaksi (M*G) 7 MST 9 MST 10 MST 11 MST M1G1 13.77 a 8.00 e 8.40 e 9.00 b M1G2 12.44 abc 10.46 abc 11.53 bcd 12.73 a M1G3 9.83 d 9.26 cde 10.40 d 12.00 a M4G1 12.88 abc 9.40 bcd 11.46 cd 13.13 a M4G2 13.77 a 8.46 de 10.53 d 12.66 a M4G3 11.33 cd 8.73 de 10.46 d 12.33 a M5G1 13.36 ab 9.66 abcd 12.00 abc 13.00 a M5G2 11.89 bc 10.73 a 12.93 ab 13.46 a M5G3 11.75 bc 10.60 ab 13.33 a 13.46 a Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman pada 7 MST, jumlah daun pada 9-11 MST. Pada perlakuan M1G1 dan M4G2 mempunyai tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 13.77 cm pada 7 MST. Pada 9 MST perlakuan M5G2 memiliki jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 10.73 helai. Pada 10 MST perlakuan M5G3 memiliki jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 13.33 helai. Pada 11 MST perlakuan M5G2 dan M5G3 memiliki jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 13.46 helai seperti disajikan pada Tabel 13. Keragaan tanaman pepaya di lapangan saat 11 MST disajikan pada Lampiran 11-13.

27 Fase Generatif Pada penelitian ini pengamatan yang dilakukan yaitu kecepatan bunga pertama muncul dan tinggi kedudukan bunga pertama. Media tanam hanya mempengaruhi kecepatan bunga pertama muncul. Media tanam M5 berbeda dengan media tanam M1 dan M4 terhadap kecepatan bunga pertama muncul. Media tanam M5 memiliki waktu bunga muncul lebih cepat dibandingkan media tanam lain yaitu sebesar 17.33 MST. Hal ini berbeda dengan penelitian Cayanti (2006) bahwa media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang mempunyai waktu muncul bunga paling lama pada tanaman cabai hias dalam pot. Genotipe IPB 9 (G3) berbeda dengan genotipe IPB 3 (G1) dan genotipe IPB 4 (G2) terhadap kecepatan bunga pertama muncul. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki waktu muncul bunga lebih cepat dibandingkan genotipe lain yaitu sebesar 17.55 MST disajikan pada Tabel 14. Hal ini sejalan dengan umur tanaman yang tergolong genjah dengan masa umur petik buah sekitar 140 Hari Setelah Antesis (HSA) dibandingkan dengan genotipe IPB 4 yaitu sekitar 150 HSA dan genotipe IPB 9 yaitu sekitar 180 HSA disajikan pada Lampiran 1-3 dimana semakin cepat berbunga maka tanaman pepaya semakin cepat berbuah dengan dibantu kondisi lingkungan yang baik. Saryoko (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa munculnya bunga pertama pada tanaman pepaya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan genetiknya. Tabel 14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe di Lapangan Perlakuan KBPM (MST) Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4 KBPM : Kecepatan Bunga Pertama Muncul TKBP : Tinggi Kedudukan Bunga Pertama TKBP (cm) Media (M) M1 18.67 a 50.24 a M4 18.33 a 52.24 a M5 17.33 b 50.83 a Genotipe (G) G1 17.55 b 63.61 a G2 18.00 b 50.74 b G3 18.78 a 38.97 c

28 Genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2), dan genotipe IPB 9 (G3) berbeda pada tinggi kedudukan bunga pertama. Genotipe IPB 9 (G3) memiliki tinggi kedudukan bunga pertama paling rendah dibandingkan genotipe lain yaitu sebesar 38.97 cm. Hal ini diduga adanya faktor genetik pada genotipe tersebut mempengaruhi kedudukan bunga pertama tanaman pepaya. Media tanam M1, M4, dan M5 tidak berbeda dengan rata-rata tinggi kedudukan bunga pertama yaitu sebesar 50.24 cm, 52.24 cm, 50.83 cm seperti disajikan pada Tabel 14.

29 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) sebesar 70% serta pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta memiliki bobot bibit per polybag yang paling ringan dibandingkan dengan media tanam lain sehingga memudahkan dalam transportasi bibit. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui pertumbuhan generatif dilihat dari jenis media tanam yang berbeda.

30 DAFTAR PUSTAKA Agustina, A.F. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Monthong. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 39 hal. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Produksi buah-buahan di Indonesia. http://www.bps.go.id. [20 Desember 2010]. Buckman, H.O and N.C. Brady. 1975. The Nature and Proporties of Soil, p 243-273. In G. Soepardi (Ed.). Sifat dan Ciri Tanah 3. Proyek Peningkatan atau Pengembangan Perguruan Tinggi IPB. Bogor. Cayanti, R.E.O. 2006. Pengaruh Media Tanam terhadap Kualitas Cabai Hias (Capsicum sp.) Dalam Pot. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal. Dewi, K. dan K. Suketi 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Stum Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Kelapa dan Arum Manis pada Komposisi Media dan Ukuran Wadah yang Berbeda. Prosiding Simposium Menuju Indonesia Berswasembada Varietas Unggul. Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia. Bogor. 428-437. Flegman, A.W. and R.A.T. George. 1975. Soil and Other Growth Media. The AVI Publishing Company, Inc. Westport. 170p. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hanum, M. 2010. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian,IPB. Bogor. 33 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Harjadi, S.S.1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal. Hartmann, H.T. and D.E. Kester. 1990. Plant Propagation, Principles and Practices. Fifth Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey. 647p. Kalie, M. B. 1999. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hal. Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. Wallingford. 445p.

Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture. CAB International.Wallingford. Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal. Riyanti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.). Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.42 hal. Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 hal. Sankat, C.K. and R. Maharaj. 1997. Papaya, p.167-189. In S. Mitra (Ed.). Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York. Sari, M. 2005. Pengaruh Sarcotesta dan Kadar Air Benih Terhadap Viabilitas, Kandungan Total Fenol dan Daya Simpan Benih Pepaya. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. 49 hal. Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal. Saryoko, A. 2004. Karakterisasi Morfologi dan Evaluasi Daya Hasil 20 Genotipe Pepaya. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 40 hal. Setiarini, D. 2010. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan dan Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Semangka Tanpa Biji (Citrullus vulgaris Schard) Kultivar Long Dragon dan New Lucky. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 38 hal. Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Agro Media. Jakarta. 162 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sujiprihati, S. dan K. Suketi. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal. Suketi, K., R. Poerwanto, S. Sujiprihati, Sobir, dan W.D. Widodo. 2010. Studi karakter mutu buah pepaya IPB. Jurnal Hortikultura Indonesia 1(1) : 17-26. Sumartuti, H. 2004. Pengaruh Cara Ekstraksi dan Pengeringan Benih terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Bibit Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal. 31

32 Tjitrosomo, S.S., S. Harran, M. Djaelani, A. Hartana, dan A. Sudiarta. 1980. Botani Umum Jilid 1. Departemen Botani IPB. Bogor. Villegas, V.N. 1997. Carica papaya L., p.125-131. In E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel (Eds.). PROSEA, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buahbuahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widajati, E., E.R. Palupi, E. Murniati, T.K. Suharsi, A. Qadir, dan M.R. Suhartanto. 2008. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 131 hal. Wiryanta, B.T.W. 2007. Media Tanam untuk Tanaman hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (2) : 119-129. Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. PT Bumi Aksara. Jakarta. 281 hal.

LAMPIRAN 33

34 Lampiran 1. Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 Bentuk buah : lonjong Ukuran buah : kecil Panjang buah (cm) : 17.0 ± 0.8 Diameter buah (cm) : 8.0 ± 0.4 Bobot per buah (g) : 573.3 ± 75.1 Warna daging buah : kemerahan/jingga Warna kulit buah : hijau tua Rasa daging buah : manis (10.7 o ± 2.5 o ) Brix ph : 5.33 ± 0.08 Asam tertitrasi total (%) : 1.6 ± 0.4 Kadar vitamin C (mg/100g) : 110.8 ± 17.3 Jumlah biji : 784.7 ± 115.9 Bobot 100 biji (g) : 7.9 ± 0.9 Kadar karoten (μmol/100g) : 59.5 ± 26.3 Umur petik : ± 140 hari setelah antesis (bunga mekar) Keterangan : Sujiprihati dan Suketi (2009)

35 Lampiran 2. Deskripsi Buah Pepaya IPB 4 Deskripsi Buah Pepaya IPB 4 Bentuk buah : lonjong Ukuran buah : kecil Panjang buah (cm) : 15.5 ± 0.0 Diameter buah (cm) : 8.25 ± 0.22 Bobot per buah (g) : 513.33 ± 11.55 Tekstur kulit : halus Warna daging buah : jingga Warna kulit buah : kuning Rasa daging buah : manis (10.67 o ± 2.31 o ) Brix ph : 5.09 ± 0.05 Asam tertitrasi total (%) : 2.37± 1.01 Kadar vitamin C (mg/100g) : 115.57 ± 31.50 Kadar karoten (μmol/100g) : 67.07 ± 23.14 Umur petik : ± 150 hari setelah antesis (bunga mekar) Keterangan : Sujiprihati dan Suketi (2009)

36 Lampiran 3. Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 Bentuk buah : silindris Ukuran buah : sedang Panjang buah (cm) : 23.00 ± 0.0 Diameter buah (cm) : 9.36 ± 0.18 Bobot per buah (g) : 1236.67 ± 63.51 Tekstur kulit : halus Warna daging buah : jingga Warna kulit buah : hijau Rasa daging buah : manis (10.67 o ± 0.58 o ) Brix ph : 5.68 ± 0.15 Kadar vitamin C (mg/100g) : 78.6 ± 5.7 Jumlah biji : 1048.00 ± 84.87 Bobot 100 biji (g) : 7.89 ± 0.08 Kadar karoten (μmol/100g) : 37.9 ± 13.2 Umur petik : ± 180 hari setelah antesis (bunga mekar) Keterangan : Sujiprihati dan Suketi (2009)

37 Lampiran 4. Data Iklim Darmaga Bogor Temperatur ( C) Curah Bulan Hujan Kelembaban (%) Rata- Rata Max Min (mm) Maret 2011 25.7 30.9 22.8 140.0 82 April 2011 25.8 31.8 23.0 278.4 84 Mei 2011 26.1 32.0 23.0 361.7 84 Juni 2011 26.1 32.2 22.5 274.6 77 Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Lintang : 6 33 LS Bujur : 106 45 BT Elevasi : 207 m Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, 2011

38 M1G1 M1G2 M1G3 Lampiran 5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST. M1G1: M1G2: M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9 M2G1 M2G2 M2G3 Lampiran 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST. M2G1: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 3 M2G2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 4 M2G3: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 9

39 M3G1 M3G2 M3G3 Lampiran 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST. M3G1: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 3 M3G2: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 4 M3G3: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 9 M4G1 M4G2 M4G3 Lampiran 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST. M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9

40 M5G1 M5G2 M5G3 Lampiran 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST. M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9 M1 M2 M3 M4 M5 Lampiran 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST. M1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang M2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam M3: Media tanam tanah:pasir:kokopit M4: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit M5: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam

41 (a) (b) Lampiran 11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan. M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 (a) M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 (b) M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9 (c) (c)

42 (a) (b) (c) Lampiran 12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan. M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipee IPB 3 (a) M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipee IPB 4 (b) M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipee IPB 9 (c)

43 (a) (b) (c) Lampiran 13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M5 di Lapangan. M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 (a) M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 (b) M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9 (c)