BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Utama dari Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis yang telah dikembangkan di DISKOMINFO JABAR,

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting. RS swasta maupun milik organisasi nirlaba (publik/pemerintah)

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

BAB V KESIMPULAN. kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

4.3.2 Penelitian Lapangan Observasi Wawancara Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Analisis data...

E-COMMERCE. Achmad Dwi Saputro S.Kom, MM

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

2.1. Visi dan Misi...11

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT

PERANCANGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA KANTOR CABANG UTAMA ROA MALAKA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK. Arie Kusuma Wardana H

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB II KAJIAN LITERATUR

Mengenal Balanced Scorecard

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

PENGUKURAN KINERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNANAKAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD (HRSC) DI PT INDOMARCO PRISMATAMA SIDOARJO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Kondisi ini memicu perusahaan-perusahaan untuk terus

ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

I. PENDAHULUAN. Kementerian Agama, sebagai salah satu satuan kerja pemerintah memiliki tugas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

INTEGRASI METODE BALANCE SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENGUKURAN KINERJA DI PERGURUAN TINGGI SWASTA

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

2 pengukuran kinerja masing-masing unit kerja. Model pengukuran kinerja yang digunakan di UNS saat ini masih bersifat manual yang cenderung mengedepan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

I. PENDAHULUAN. pangsa pasar dan memenangkan persaingan. lingkungan bisnis yang kompleks dalam rangka mewujudkan visi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

PENGEMBANGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja organisasi berdasarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan saat ini sangat berperan dalam kemajuan negara dan. kemakmuran masyarakat. Perbankan di Indonesia pesat sekali

Bab V Penutup. V.1 Kesimpulan

USULAN PENDEKATAN METODE BALANCED SCORECARD UNTUK MENGUKUR KINERJA CV. SINTA LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

RENCANA KINERJA TAHUN 2016

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIT DONOR DARAH (UDD) PMI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RENCANA STRATEGIS SMA KHADIJAH DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. hambatan dikarenakan tidak adanya batasan antar negara. dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperoleh laba (Profit oriented),

ANALISIS KINERJA ORGANISASI PENDIDIKAN DENGAN METODA BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS : PTS BANDUNG)

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN. METODE BALANCED SCORECARD (Studi kasus : PT. Miwon Indonesia) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

ANALISIS DAN USULAN STANDAR KINERJA PT. PUTRA TUNAS MEGAH DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Penilaian Kinerja Dosen Menggunakan Balanced Scorecard

Key Performance Indicators Perusahaan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diterapkan di PPI dengan rancangan sebagai berikut:

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD

I. PENDAHULUAN. memberikan pedoman kebijakan industri BPR agar jelas dan terarah yang disebut

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk merancang pengukuran kinerja dan mengukur kinerja pada BBLKI Serang dengan pendekatan metode Balanced Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pertumbuhan dan pembelajaran dan dilakukan pembobotan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). 5.1 Hasil Utama dari Penelitian 5.1.1 Perancangan Pengukuran Kinerja Berdasarkan pada hasil dari penelitian diperoleh bahwa perancangan kinerja meliputi empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan, dimana dalam masing-masing perspektif diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran strategis dan Key Performance Indicator (KPI). Sasaran strategis pada masing-masing perspektif adalah sebagai berikut: 1. Perspektif Keuangan sasaran strategisnya adalah: a. Peningkatan pelatihan berbasis kompetensi b. Peningkatan pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja c. Peningkatan tenaga pelatihan yang kompeten Untuk perspektif keuangan ini berbeda dengan organisasi nirlaba, karena organisasi nirlaba perspektif keuangan berorientasi pada keuntungan sedangkan BBLKI Serang untuk perspektif keuangan berorientasi kepada realisasi anggaran atau penyerapan anggaran, karena program kerja yang ada sudah ditetapkan oleh Kemnaker R.I sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja, demikian juga dengan strategy map tidak sama dengan organisasi nirlaba. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sasaran 92

strategis peningkatan tenaga pelatihan yang kompeten mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,733, seperti terlihat pada Gambar 5.1 Gambar 5.1 Hasil Pembobotan Kepentingan pada Perspektif Keuangan 2. Perpektif Pelanggan sasaran strategisnya adalah: a. Peningkatan pangsa pasar b. Perluasan jaringan c. Kepuasan pelanggan/peserta pelatihan Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sasaran strategis kepuasan pelanggan/peserta pelatihan mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,594, seperti terlihat pada Gambar 5.2 93

Gambar 5.2 Hasil Pembobotan Kepentingan pada Perspektif Pelanggan 3. Perpektif proses bisnis internal sasaran strategisnya adalah: a. Peningkatan kualitas proses pembelajaran b. Peningkatan kualitas lulusan peserta pelatihan Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sasaran strategis peningkatan proses pembelajaran mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,799, seperti terlihat pada Gambar 5.3 94

Gambar 5.3 Hasil Pembobotan Kepentingan pada Perspektif Proses Bisnis Internal 4. Perpektif pertumbuhan dan pembelajaran sasaran strategisnya adalah: a. Peningkatan kualitas SDM Dimana pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran sasaran strategisnya adalah peningkatan kualitas SDM maka pointnya hanya pada peningkatan kualitas SDM. Tahapan selanjutnya adalah KPI (Key Performance Indicator) pada masingmasing perspektif yaitu sebagai berikut: 1. Perspektif Keuangan dengan KPI diantaranya adalah: a. Jumlah pelatihan berbasis kompetensi b. Jumlah pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja c. Jumlah tenaga pelatihan yang kompeten 95

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), jumlah tenaga pelatihan yang kompeten mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,594, seperti terlihat pada Gambar 5.4 Gambar 5.4 Hasil Pembobotan Kepentingan antar KPI pada Perspektif Keuangan 2. Perspektif Peningkatan Kualitas Lulusan dengan KPI diantaranya adalah: a. Jumlah peserta pelatihan yang memperoleh sertifikat kompeten b. Jumlah penempatan peserta pelatihan Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), jumlah penempatan peserta pelatihan mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,799, seperti terlihat pada Gambar 5.5 96

Gambar 5.5 Hasil Pembobotan Kepentingan antar KPI pada Perspektif peningkatan kualitas lulusan 3. Perspektif Peningkatan Kualitas SDM dengan KPI diantaranya adalah: a. Studi lanjut instruktur dan staf b. Kursus dan pelatihan karyawan c. Seminar dan workshop untuk instruktur dan staf Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), kursus dan pelatihan karyawan mendapat point yang paling besar yaitu sebesar 0,667, seperti terlihat pada Gambar 5.6: 97

Gambar 5.6 Hasil Pembobotan Kepentingan antar KPI pada Peningkatan Kualitas SDM 5.1.2 Pengukuran Kinerja BBLKI Serang Pengukuran kinerja di UPTP Kemnaker R.I (BBLKI Serang) adalah sebagai berikut: pertama menerjemahkan visi, misi kedalam sasaran strategis sesuai dengan perspektif pada Balanced Scorecard, selanjutnya membuat strategy map, kemudian dari sasaran strategis diturunkan menjadi Key Performance Indicator (KPI), melakukan penetapan target untuk masing-masing KPI, selanjutnya melakukan penetapan ketentuan pengukuran kinerja, serta menganalisa kinerja sesuai dengan perspektif dalam Balanced Scorecard dan yang terakhir melakukan scorering untuk mengetahui score tertinggi dan yang terendah dari masingmasing perspektif. Sehingga didapatkan hasil pengukuran kinerja Balanced Scorecard yang menggambarkan kondisi organisasi saat ini. Skor untuk perspektif pelanggan dengan skor tertinggi yaitu 1,2909, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan skor yaitu 1,116, perspektif proses bisnis internal dengan 98

skor yaitu 1,07 dan untuk perspektif keuangan dengan skor yaitu 0,702, pada perspektif pelanggan, pertumbuhan pelanggan/peserta pelatihan memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,358, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, studi lanjut instruktur dan staf serta seminar dan workshop instruktur memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,186, perspektif proses bisnis internal, jumlah peserta yang memperoleh sertifikat kompetensi memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,076, sedangkan untuk perspektif keuangan jumlah pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja memperoleh skor paling rendah yaitu 0,0492. Sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja pada masing-masing perspektif. 5.1.3 Rekomendasi Perbaikan Pengukuran Kinerja bagi BBLKI Serang Pada dasarnya penerapan Balanced Scorecard di bidang bisnis sangat banyak dan sangat luas, tetapi belum banyak di bidang pelatihan atau pendidikan. Seperti dijelaskan oleh Weerasooriya, (2015) penerapan Balanced Scorecard di perguruan tinggi khususnya di bidang pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan rencana strategis dan mendorong untuk mencapai tujuan organisasi serta sebagai sarana untuk merasionalisasi keputusan manager serta mengevaluasi kinerja. Di saat banyak institusi atau lembaga pelatihan menghadapi masalah sertifikasi dan penempatan, maka dipandang perlu untuk mengambil variasi tindakan yang mempertegas eksitensi institusi dihadapan publik. Hal ini sejalan Pauline Ratnasingam, (2009) menjelaskan penggunaan BSC di sektor publik layanan web dengan cara menentukan critical factor success yang ada di masing-masing perspektif di dalam Balanced Scorecard serta mengintegrasi kualitas dan menyediakan peta strategi dan menunjukkan bagaimana informasi akan ditunjukkan sehingga potensi penggunaan layanan web akan dicapai. Dari hasil penelitian tersebut maka diperoleh kesempatan untuk mengimplementasikan di BBLKI Serang untuk melakukan perbaikan kinerja. Dengan cara melakukan dokumentasi perbaikan kinerja yang telah berjalan dan 99

yang akan berjalan. Sehingga target perbaikan kinerja dari segi waktu dan yang lainnya dapat tercapai. Didasarkan pada strategy map yang telah disusun. Visi dan Misi BBLKI Serang Tujuan BBLKI Serang Penjabaran strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Pengimple mentasian strategi yang telah ditentukan Evaluasi kinerja, monitoring program baru, perbaikan jika diperlukan Revisi sesuai kebutu han Revisi sesuai kebutu han Perbaikan/ perubahan jika diperlukan Perbaikan/ perubahan jika diperlukan Kembali ke tahap 1,2,3, atau 4jika diperlukan Gambar 5.7 Tahapan pengimplementasian strategy map Sumber: Thompson & Strickland, 2004 Pada tahapan implementasi strategy map harus dijadikan dasar bagi semua pihak yang ada di BBLKI Serang. Langkah selanjutnya adalah menjabarkan langkah kebijakan secara terperinci dengan target dan pengukurannya. Sesuai dengan Gambar 5.7 maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: A. Perspektif Keuangan BBLKI Serang berusaha untuk terlaksananya pelatihan berbasis kompetensi, terlaksananya pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja, tersedianya tenaga pelatihan yang kompeten, sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja. Program yang telah ditetapkan tersebut akan berpengaruh dengan realisasi penyerapan anggaran yang sudah ditetapkan 100

oleh pemerinatah pusat. Dari hasil perhitungan dan analisa pembahasan yang telah dilakukan menggunakan Balanced Scorecard maka diperoleh skor untuk peningkatan pelatihan berbasis kompetensi sebesar (0,0275), untuk peningkatan pemagangan yang sesuai kebutuhan kerja (0,0123) dan peningkatan tenaga pelatihan yang kompeten (0,109). Tabel 5.1 menjelaskan secara ringkas perbaikan kinerja dengan Balanced Scorecard dari sisi keuangan. Dimana pada perspektif keuangan pelatihan berbasis kompetensi hasil yang diharapkan meningkat 10% dengan melakukan inisiatif diantaranya sosialisasi program ke sekolah-sekolah, serta melakukan pembuatan dan menyebarkan brosur tentang pelatihan yang ada di BBLKI serang. Pemagangan yang sesuai kebutuhan kerja meningkat 20% dengan melakukan inisiatif diantaranya melakukan TNA ke perusahaan sehingga pelatihan yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat terpenuhi serta memaksimalkan kios 3 in 1 sehingga komuniksi antara perusahaan dan peserta pelatihan dapat terlaksana. Sementara untuk tenaga pelatihan yang kompeten diharapkan meningkat 10% dapat diwujudkan denga cara mengikuti pelatihan dan kursus baik dari instansi sendiri atau melakukan kerjasama dengan instansi lain, serta instruktur atau karyawan dapat mengajukan pengembangan kompetensi yang diinginkan. Sehingga tenaga pelatihan yang kompeten dapat terlaksana, dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Perbaikan dari pengukuran pada sisi keuangan Kartu Skor Tingkat Departemen Rencana Aksi Keuangan Program yang diharapkan Inisiatif Pelatihan Berbasis Kompetensi Pemagangan yang sesuai kebutuhan kerja Peningkatan pelatihan berbasis kompetensi Peningkatan pemagangan yang sesuai kebutuhan kerja persentase jumlah pelatihan berbasis kompetensi sebesar 10% persentase jumlah pemagangan yang sesuai kebutuhan 1. Melakukan sosialisasi program ke sekolah-sekolah. 2. Membuat dan menyebarkan brosur tentang pelatihan di BBLKI Serang 1. Melakukan TNA ke perusahaan (kebutuhan pelatihan yang 101

Keuangan Tenaga pelatihan yang kompeten Kartu Skor Peningkatan tenaga pelatihan yang kompeten B. Perspektif Pelanggan Tingkat Departemen Program yang diharapkan kerja sebesar 20% persentase jumlah peningkatan tenaga pelatihan yang kompeten sebesar 10% Rencana Aksi Inisiatif dibutuhkan oleh perusahaan) 2. Memaksimalkan Kios 3 in 1 Melakukan pengembangan SDM dengan cara untuk mengikuti pelatihan dan kursus-kursus. Pelanggan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk itu perlu dibuat keseimbangan tiap-tiap nilai untuk memenuhi kebutuhan dari setiap pelanggan. Dari hasil perhitungan dan analisa pembahasan yang telah dilakukan menggunakan Balanced Scorecard maka diperoleh skor untuk peningkatan pangsa pasar (0,0895), untuk perluasan jaringan (0,0493), dan kepuasan peserta pelatihan atau menurunnya jumlah peserta pelatihan yang keluar (0,203). Tabel 5.2 menjelaskan secara ringkas perbaikan kinerja dengan Balanced Scorecard dari sudut pandang pelanggan. Dimana pada perspektif pelanggan peningkatan pangsa pasar meningkat sebesar 20% dapat diwujudkan dengan cara melakukan sosialisasi ke sekolah dan lembaga, melalui media seperti internet, koran, radio. Untuk persentase jalinan kerjasama meningkat sebesar 10% dapat diwujudkan dengan cara melakukan perbaikan kualitas layanan, perbaikan sarana dan prasarana, serta meningkatkan kompetensi instruktur. Sementara untuk mengurangi jumlah peserta pelatihan yang keluar sebesar 0% dapat diwujudkan dengan cara melakukan perbaikan kurikulum dan program, meningkatkan penempatan kerja serta meningkatkan peralatan sesuai kemajuan teknologi, dapat dilihat pada Tabel 5.2 102

Tabel 5.2 Perbaikan dari pengukuran pada sisi pelanggan Kartu Skor Tingkat Departemen Rencana Aksi Pelanggan Program yang diharapkan Inisiatif Meningkatnya pertumbuhan peserta pelatihan Peningkatan pangsa pasar Perluasan Jaringan Kepuasan Peserta Pelatihan Meningkatnya jalinan kerjasama dengan pihak ke tiga Mengurangi jumlah peserta pelatihan yang keluar C. Perspektif Proses Bisnis Internal persentase pertumbuhan peserta pelatihan sebesar 20% setiap tahunnya persentase jalinan kerjasama dengan pihak ke tiga sebesar 10 % setiap tahun Mengurangi persentase jumlah peserta pelatihan yang keluar sebesar 0% setiap tahun 1. Melakukan sosialisasi ke sekolah dan lembaga masyarakat 2. Melakukan sosialisasi melalui media seperti web, radio dan koran 1. Melakukan perbaikan kualitas layanan 2. Melakukan perbaikan sarana dan prasarana 3. Melakukan up grade untuk instruktur 1. Melakukan perbaikan kurikulum dan program 2. penempatan kerja peserta di perusahaan 3. peralatan pelatihan sesuai dengan kemajuan teknologi Pada perspektif Proses Bisnis Internal menjelaskan bagian-bagian yang penting dan kritis dari proses internal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan realisasi keuangan yang akan mempengaruhi pada perspektif keuangan. Dari hasil perhitungan dan analisa pembahasan yang telah dilakukan menggunakan Balanced Scorecard maka diperoleh skor untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran atau rasio instrultur dan peserta pelatihan (0,1816), untuk 103

peningkatan kualitas lulusan (0,0454) dimana KPInya adalah jumlah peserta pelatihan yang memperoleh sertifikat kompeten (0,009) sedangkan untuk jumlah penempatan peserta pelatihan (0,0363). Tabel 5.3 menjelaskan secara secara ringkas perbaikan kinerja dengan Balanced Scorecard dari sudut pandang proses bisnis internal. Dimana pada perspektif proses bisnis internal meningkatkan persentase proses pembelajaran dengan cara mempertahankan rasio instruktur dan peserta pelatihan 1:16, serta menindak lanjuti hasil TNA dari perusahaan untuk dijadikan masukan dan perbaikan supaya sesuai dengan kebutuhan perusahaan, meningkatkan persentase peserta pelatihan yang kompeten dan penempatan peserta pelatihan di perusahaan sebesar 100% dengan cara diantaranya membentuk forum komunikasi dengan perusahaan sehingga memudahkan dalam berbagi informasi baik untuk kebutuhan tenaga kerja maupun pelatihan yang diinginkan serta meningkatkan kompetensi SDM dengan cara mengikuti kursus atau pelatihan dan up grading instruktur. Melakukan TNA ke perusahaan untuk mendapatkan masukan mengenai materi yang dibutuhkan oleh perusahaan serta kebutuhan kompetensi yang diperlukan oleh perusahaan sehingga program link and match bias terwujud dan program pelatihan yang sudah di lakukan oleh BBLKI Serang bisa terserap di perusahaan karena sesuai dengan kebutuhan yang ada di perusahaan, dapat dilihat pada Tabel 5.3 104

Tabel 5.3 Perbaikan dari pengukuran pada sisi proses bisnis internal Kartu Skor Tingkat Departemen Rencana Aksi Proses Bisnis Program yang Inisiatif Internal diharapkan Kualitas proses pembelajaran Kualitas lulusan kualitas mengajar peserta pelatihan yang kompeten dan penempatan peserta pelatihan persentase proses pembelajaran persentase peserta pelatihan yang kompeten dan penempatan peserta pelatihan di perusahaan sebesar 100% 1. Setiap paket pelatihan terdiri dari 16 peserta sehingga rasio instruktur dan staf 1:16 2. Menindak lanjuti hasil TNA dari perusahaan 1. Membentuk forum komunikasi dengan perusahaan 2. kompetensi SDM dcngan pengembang an SDM melalui kursus dan pelatihan serta up grading 3. Melakukan TNA ke perusahaan supaya mendapat materi pelatihan yang perlu di tingkatkan dan di tambah jumlah jam latihannya dengan pengisian kuisioner yang sudah dibuat D. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Selanjutnya pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilakukan beberapa proses yang bertujuan untuk memperbaiki proses secara berkelanjutan di dalam institusi supaya didapatkan hasil yang sesuai dengan target dah harapan. Dari hasil 105

perhitungan dan analisa pembahasan yang telah dilakukan menggunakan Balanced Scorecard maka diperoleh skor untuk peningkatan kualitas SDM (0,279) dimana KPInya adalah studi lanjut instruktur dan staf skornya adalah (0,0465), untuk kursus dan pelatihan karyawan skornya (0,186) dan untuk seminar dan workshop untuk instruktur dan staf skornya (0,0465). Tabel 5.4 menjelaskan secara secara ringkas perbaikan kinerja dengan Balanced Scorecard dari sudut pandang proses pertumbuhan dan pembelajaran. Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran meningkatkan persentase studi lanjut instruktur dan staf sebesar 10% dapat diwujudkan dengan cara memberikan perintah kepada instruktur dan staf untuk mengikuti seleksi program bea siswa yang diberikan oleh kementerian, mengikuti program bea siswa dari kementerian atau lembaga lain serta memberikan penjelasan kepada instruktur dan staf untuk melanjutkan studi supaya meningkatkan karir. kursus dan pelatihan karyawan sebesar 10% dapat diwujudkan dengan cara menambah anggaran untuk pengembangan SDM, melakukan kerjasama dengan kementerian atau lembaga untuk kursus dan pelatihan karyawan. seminar dan workshop instruktur 10% dapat diwujudkan dengan cara meningkatkan jejaring dengan vendor peralatan sehingga ada pelatihan, seminar dan workshop dari vendor tersebut yang berkaitan dan berkelanjutan dengan adanya kemajuan teknologi sehingga ada penjelasan mengenai peralatan dan program baru, dapat dilihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Perbaikan dari pengukuran pada sisi partumbuhan dan pembelajaran Kartu Skor Tingkat Departemen Rencana Aksi Pertumbuhan dan Pembelajaran Program yang diharapkan Inisiatif kualitas SDM studi lanjut instruktur dan staf persentase studi lanjut instruktur dan staf sebesar 10% setiap tahun 1. Memberikan surat perintah kepada instruktur dan staf untuk mengikuti seleksi program bea siswa yang diberikan oleh kementerian 106

Tabel 5.4 Perbaikan dari pengukuran pada sisi pertumbuhan dan pembelajaran (lanjutan) Pertumbuhan dan Pembelajaran Kartu Skor kursus dan pelatihan karyawan seminar dan workshop untuk instruktur Tingkat Departemen Program yang diharapkan kursus dan pelatihan karyawan sebesar 10% setiap tahun seminar dan workshop instruktur sebesar 10% setiap tahun Rencana Aksi Inisiatif 2. Memberikan pengertian untuk jabatan fungsional dan staf untuk meningkatkan karir dengan melanjutkan studi 1. Menambah anggaran untuk pengembang an SDM 2. kerjasama dengan lembaga dan kementerian lain untuk kursus dan pelatihan karywan jejaring dengan vendor peralatan sehingga ada seminar dan workshop yang berkelanjutan dengan adanya peralatan atau program baru 5.2 Perbandingan/kajian dengan Studi Terdahulu Hasil pengukuran kinerja Balanced Scorecard yang menggambarkan kondisi organisasi saat ini adalah sebagai berikut: skor untuk perspektif pelanggan dengan skor tertinggi yaitu 1,2909, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan skor yaitu 1,116, perspektif proses bisnis internal dengan skor yaitu 1,07 dan untuk perspektif keuangan dengan skor yaitu 0,702, pada perspektif pelanggan, pertumbuhan pelanggan/peserta pelatihan memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,358, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, studi lanjut instruktur dan staf serta seminar dan workshop instruktur memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,186, perspektif proses bisnis internal, jumlah peserta yang memperoleh 107

sertifikat kompetensi memperoleh skor yang paling rendah yaitu 0,076, sedangkan untuk perspektif keuangan jumlah pemagangan yang sesuai dengan kebutuhan kerja memperoleh skor paling rendah yaitu 0,0492. Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang dan menjadi pembanding untuk penelitian ini terutama mengenai penerapan Balanced Scorecard diantaranya adalah : a. Weerasooriya, (2015) menjelaskan bahwa Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai pengukuran kinerja untuk mengevaluasi universitas berdasarkan perspektif keuangan dan terkait dengan visi dan misi universitas serta untuk mengukur kepuasan manajeman. b. Farshad Behrouzi et al, (2014) menjelaskan pengunaan Balanced Scorecard sangat berguna untuk megukur kinerja di sector kesehatan dengan cara perspektif yang ada didadalam BSC ditentukan KPInya untuk mencapai tujuan strategisnya. c. Pauline Ratnasingam, (2009) menjelaskan penggunaan BSC di sector publik layanan web dengan cara menentukan critical factor success yang ada di masing-masing perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard serta mengintegrasi kualitas dan menyediakan peta strategi dan menunjukkan bagaimana informasi akan ditunjukkan sehingga potensi penggunaan layanan web akan dicapai. d. Khan et al, (2011) menjelaskan penggunaan Balanced Scorecard untuk mengukur finansial dan non finansial. Dengan cara melakukan pengukuran dari sisi finansial dan non finansial yang diadopsi dari BSC, sehingga dapat diketahui pembobotannya. e. Durkacova et al, (2012) menjelaskan penggunaan BSC untuk pengembangn proses produk dengan cara menentukan KPI dalam perspektif Balanced Scorecard kemudian menentukan tujuan strategis sesuai dengan visi dan misi. Pada KPI harus mencerminkan kualitas kegiatan pengelolaan dan focus pada kemajuan, biaya, waktu, kinerja, efisiensi, kepuasan pelanggan dan komunikasi internal dan kerjasama, dan diperlukan perbaikan terus menerus. 108

Penelitian yang dilakukan oleh Khan et al (2011) dan Durkacova et al, (2012) memiliki kesamaan metode penelitian dengan tesis ini, yaitu melakukan pengukuran dari sisi finansial dan non finansial yang di adopsi dari Balanced Scorecard kemudian diketahui pembobotannya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Pauline Ratnasingam, (2012) dengan tesis ini adalah dengan terlebih dahulu menentukan critical factor success yang ada di masing-masing perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard serta mengintegrasikan kualitas dan menyediakan peta strategi dan menunjukkan bagaimana informasi akan ditunjukkan sehingga potensi penggunaan layanan web akan tercapai. Pada penelitian Weerasooriya, (2015) terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian ini dilakukan sebagai pengukuran kinerja untuk mengevaluasi universitas berdasarkan perspektif keuangan dan terkait dengan visi dan misi universitas serta untuk mengukur kepuasan manajeman 5.3 Implikasi Industri Implikasi penelitian ini dalam dunia industri adalah sebagai berikut: 1. Adanya peningkatan kualitas instruktur dan staf yang melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi maupun mengikuti kursus dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi diharapkan dapat memberikan masukan kepada organisasi tentang program pelatihan yang sedang berkembang dan banyak peminatnya sehingga apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat disediakan, serta dengan adanya peningkatan kualitas karyawan maupun instruktur diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan peserta pelatihan yang dihasilkan sehingga kualitas yang dihasilkan akan lebih meningkat dan secara tidak langsung mempengaruhi jumlah penempatan peserta pelatihan di perusahaan juga akan meningkat. 2. Adanya peningkatan kualitas peserta pelatihan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga akan dapat meningkatkan pangsa pasar serta 109

dengan adanya pengembangan jejaring maka akan semakin banyak peserta pelatihan yang mendaftar sehingga kualitas peserta pelatihan yang akan diterima kualitasnya juga akan meningkat, karena persaingan akan semakin ketat. 3. Dengan adanya peningkatan kualitas peserta pelatihan diharapkan proses pembelajaran juga semakin baik serta kualitas lulusan juga akan semakin meningkat sehingga tujuan dari BBLKI Serang dengan adanya pelatihan, sertifikasi, dan penempatan peserta pelatihan di dunia kerja akan terlaksana dengan baik. 4. Lembaga perlu membuat tolok ukur kinerja yang lebih jelas setiap awal tahun, dimana kinerja tersebut sangat berkaitan dengan pengukuran tingkat kepentingan. Adanya tolok ukur yang jelas diharapkan lembaga mampu bersaing denga lembaga lain. 5.4. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan maupun kelemahan. Di sisi lain, keterbatasan dan kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan-keterbatasan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini hanya memfokuskan pada masing-masing perspektif yang ada pada balanced scorecard dengan menerjemahkan visi, misi dan strategi institusi ke dalam sasaran-sasaran strategis untuk mengetahui tolak ukur yang akan digunakan sebagai indikator pengukuran kinerja di BBLKI Serang dari setiap tujuan strategis, serta dalam menterjemahkan visi, misi dan strategis ke dalam sasaran strategis terlebih dahulu dirumuskan sasaran-sasaran strategis yang ingin dicapai. 2. Penelitian ini hanya dilakukan di UPTP Kemnaker yaitu BBLKI Serang sehingga tidak didapatkan hasil untuk pembanding, serta analisa yang lebih mendalam. 110