1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

dokumen-dokumen yang mirip
EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. CIPTA KARYA KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpengahasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumberdaya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengembangan wilayah baik diperkotaan maupun diperdesaan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, Kabupaten/ Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/ Cipta Karya melaui penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program I - 1

infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/ Kota dapat menggerakkan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (Livable). RPIJM perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai dengan skenario pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun. Berkenaan dengann hal tersebut, maka diperlukan kegiatan RPIJM, yang diharapkan mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/ kota secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual setiap kabupaten/ kota. Dengan demikian, RPIJM diharapkan dapat mengakomodasi dan merumuskan kebutuhan pembangunan, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai. Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan tujuan untuk merujuk sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan yang berbeda. RPIJM Bidang Infrastruktur meliputi berbagai sektor, yaitu : 1. Sektor Pengembangan Permukiman (Bangkim); 2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL); 3. Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) : a. Bidang Drainase b. Bidang Persampahan c. Bidang Air Limbah 4. Sektor Pengembangan Air Minum (AM). 5. Sektor Pengembangan Air Bersih. II - 2

6. Sektor Pembangunan Jalan : a. Pembangunann Jalan Lingkungan b. Pembangunann Jalan Poros Desa c. Pembangunann Jalan Utama Kota d. Pembangunann Jembatan 7. Sektor Pengembangan Irigasi Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur. Sebagai dokumen teknis, RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated Feasibility Study yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah. Dengan demikian RPIJM Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi merupakan kebutuhan nyata untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan dihadapii oleh seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Banyuwangi khususnya dalam bidang infrastruktur. Hal ini terkait pula dengan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang tepat, jelas, dan legitimate yang diperlukan sebagai prasyarat terselenggaranya good governance. Dengan arah kebijakan demikian itu maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. 1.2. Pengertian dan Kedudukan RPIJM a. Pengertian Rencana Progran Investasi (Infrastruktur) Jangka Menengah Bidang Permukiman atau disingkat sebagai RPIJM Bidang Permukiman merupakan dokumen rencana kerjasama pembangunan infrastruktur (Infrastruktur Development Plan: IDP) di Kabupaten/ Kota yang bersifat lintas sektoral. RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD sebagai dokumen politik sebagaimana Repelita pada masa yang lalu, akan tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang Permukiman. Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara professional (oleh ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, professional dan lain-lain.pada tahap II - 3

penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/ Kota dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/ kelayakan program investasi. Dengan demikian RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan consolidated FS yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah. b. Kedudukan Kedudukan RPIJM Bidang Permukiman yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan) di masing- RPIJM masing daerah baik pada skala Propinsi maupun Kabupaten/Kota. pada hakekatnyaa merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Nasional, Propinsi, Kabupaten/ Kota sedangkan kebijakan sektoral/ program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010 2015 atau lanjutannya serta Masterplan sector yang ada. Bilamana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektoral yang ada. Selanjutnya dapat dilihat pada Skema : 01, berikut ini. II - 4

Skema : 01 Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional Kebijakan Spasial Kebijakan Sektoral/ Program N a s i o n a l R T R W N R P J M N P r o v i n s i R T R W RPJM Propinsi Kabupaten/ Kota RTRW RPJM Kabupaten/ Masterplan Rencana Induk Sistem (RIS) Strategi Pembangunan Kota/Kabupaten Strategi Pembangunan per Kawasan Strategi Pembangunan Sektoral RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) Sumber : Buku Panduan Penjelasan Umum Nomer 1. Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/ Cipta Karya. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum 1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran. Maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur mempunyai maksud untuk merencanakan usulan program pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi secara terpadu, efektif, dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Penjabaran dari maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Sebagai upaya untuk mensukseskan pembangunan infrastruktur secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Selain itu tersusunnya RPIJM pada akhirnya dapat menjadi dokumen Program/ Anggaran Kerja antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota yang kelayakannya dapat dipertanggungjawabkan. 2. Mewujudkan kemandirian Kabupaten/ Kota dalam penyelenggaraan pembangunan yang layak huni, berkeadilan, berbudaya, produktif dan II - 5

berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional. 3. Sebagai upaya untuk membantu tugas tugas Badan/ Dinas/ Kantor/ Bagian terkait dalam mewujudkan pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai dokumen teknis, RPIJMD Bidang Infrastruktur perlu dikerjakan secara profesional, namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak stakeholder, baik pada tahap penyusunann rencana maupun pembangunan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Tujuan penyusunann RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Sedangkan tujuan dari Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur adalah tersusunnya Dokumen RPIJM Bidang Infrastrukturr sesuai dengan kebutuhan nyata daerah dan rencana pengembangan wilayah. Penjabaran dari tujuan maksud penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan perencanaan pembangunan khususnya dalam penyusunan rencana investasi diperlukan adanya panduan penyusunann yang diwujudkan dalam bahan RPIJM yang nantinya mampu secara optimal meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembangunan di Bidang Infrastruktur 2. Mensukseskan pembangunan infrastruktur Bidang Infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 2017 secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. 3. Mewujudkan kemandirian dalam penyelenggaraan pembangunan yang layak, berkeadilan, berbudaya, produktif dan berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih besar, baik yang selaras dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyuwangi pada khususnya dan peningkatan pembangunan Nasional pada umumnya. 4. Menjadi suatu dokumen yang bersifat sektoral dan terpadu serta merupakan dokumen yang disusun yang bersifat Consolidated Feasibility Study yang dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap pelaksanaan pembangunan khususnya Bidang Infrastruktur. II - 6

Sasaran penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah : Sasaran yang diharapkan dari Kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi adalah : Tersusunnya Dokumen RPIJM Bidang Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana pengembangan wilayah yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi. Tersusunnya rencana investasi di Kabupaten Banyuwangi yang dapat didanai dari APBD Kabupaten Banyuwangi, dana-dana hibah APBN, APBD Propinsi, dan dana hibah pinjaman luar negeri maupun dana swasta. Selain itu sasaran yang hendak dicapai dalam penyusunan RPIJM Bidang Infrastruktur adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan program pembangunan yang menunjang kemandirian kota, layak untuk dihuni dan mampu mendanai kotanya sendiri. 2. Menyusun program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berkelanjutan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahtera-an masyarakat dengan menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai. 3. Menterjemahkan dan operasionalisasi dari dokumen legal seperti : Propeda, Renstrada dan Renstra Dinas-dinas dalam kerangka tata ruang yang berlaku. 4. Menyusun program invetasi infrastruktur kota yang akan didanai dengan skema pendanaan melalui pinjaman, hibah/ grant dan dana pendamping (equity). 1.4. Ruang Lingkup 1. Mengupdate, menginventarisasi, dan mengidentifikasi data-data di wilayah Kabupaten Banyuwangi. dan program Bidang Infrastruktur 2. Mengkaji dan menganalisis lokasi ditinjau dari segi sosial ekonomi dan teknis. 3. Menentukan perencanaan yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Agar dokumen Rencana Program Investasi Jangka menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur yang dihasilkan bermutu, maka dalam proses penyusunannya pihak II - 7

penyedia jasa konsultansi harus melakukan diskusi dan BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi. asistensi kepada Selain ruang lingkup di atas, penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisa kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang Infrastruktur. Adapun cakupan RPIJM Bidang Infrastruktur, yaitu : 1. Memberikan arahan proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Permukiman terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangun- dalam RPJMN an lima tahun Bidang Permukiman sebagaimana dimaksud 2009 2014 dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang. 2. Pembangunan daerah Bidang Infrastruktur terutama di kota-kota yang menjadi prioritas dalam rangka pemertaan pembangunann dan peningkatan pertumbuhan daerah. 3. Sistematika RPIJM mencakup : Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan Kerangka logis (Logical Framework) penyusunan RPIJM Bidan Infrastruktur dan sasaran/ keluaran yang perlu dicapai. Rencana pembangunan perkotaan, Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum program), Program infestasi infrastruktur Bidang Permukiman dalam penyediaan perumahan dan pemukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta pengendalian banjir, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan, Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah, II - 8

Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah, Lampiran penunjang. Cakupan komponenn program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPJMN 2009-2014 juga harus ditinjau secara kontekstual sesuai dengan tantangan pembangunan masing- program untuk masing Kabupaten/ Kota. Dalam hal ini cakupan komponen Kabupaten/ Kota yang satu dengan yang lainnya dapat saja berbeda sesuai dengan kebutuhan. 1.5. Landasan Hukum Landasan hukum dalam Penyusunan RPIJM antara lain sebagai berikut : 1. Undang-Undangg No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; 2. Undang-undangg No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 3. Undang-Undangg Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-Undangg Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undangg No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 6. Undang-Undangg No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 7. Undang-Undangg No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perecanaan Pembangunan Nasional (SPPN). 8. Undang-Undangg No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan 9. Undang-Undangg No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 10. Undang-Undangg No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 11. Undang-Undangg No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; Landasan Operasional berupa kebijakan strategi, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom 2. Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009; 3. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009; 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 51 tahun 2005 tentang RENSTRA Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009. II - 9

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP) Sistem Penyediaan Air Minum; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan; 8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 50 tahun 2005 tentang Petunjuk Penyusunan RPJP dan RPJM Daerah. 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008 10. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No...Tahun...tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah 11. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No.10 Tahun 2011 tentang Visi Dan Misi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 2015. II - 10

2.1. Profil Geografi 2.1.1. Posisi Geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Selat Bali, dengan luas wilayah 5.782.50 km 2. Sebagian besar wilayah daratannya berupa hutan seluas 223,149 ha atau 38,59%. Lahan persawahan sekitar 66.983 ha atau 11,58%, perkebunan seluas 45.311 ha atau 7,84%, permukiman seluas 125,241 ha atau 21,66%, dan sisanya dimanfaatkan untuk jalan, ladang dll. Selain itu, Wilayah Kabupaten Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 175,8 km, dan 10 pulau. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan, yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah utara Kabupaten Situbondo, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Samudera Indonesia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 7 0 43-8 0 46 : Lintang Selatan dan 113 0 53-114 0 38 Bujur Timur. Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding II - 11

dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkatt kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara terdapat banyak sungai yang selalu mengalir dalam sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas, juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian yang paling Timur dari Wilayah Propinsi Jawa Timur, terletak diantara koordinat 7 43' - 8 0 46 Lintang Selatan dan 113 0 53' - 114 0 38' Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam 24 wilayah kecamatan, dengan luas wialayah 5482,55 Km 2. Batas-batas wilayah Kabupaten Banyuwangi : Sebelah Utara Sebelah Timur : : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso Selat Bali Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel : 2.01-2.02 dan Peta : II.01, berikut ini. Tabel : 2.01 Luas Masing-Masing Wilayah Kecamatan Kabupaten Banyuwangi - Tahun 2010 No. Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) 1. Pesanggaran 802,50 2. Siliragung 95,15 3. Bangorejo 137,43 4. Purwoharjo 200,30 5. Tegaldlimo 1.341,12 6. M u n c a r 146,07 7. C l u r i n g 97,44 8. Gambiran 66,77 9. Tegalsari 65,23 10. Glenmore 421,98 11. Kalibari 406,76 12. G e n t e n g 82,34 13. S r o n o 100,77 14. Rogojampi 102,33 15. K a b a t 107,48 16. Singojuruh 59,89 17. S e m p u 174,83 18. S o n g g o n 301,84 19. G l a g a h 76,75 20. L i c i n 169,25 21. Banyuwangi 30,13 22. G i r i 21,31 23. Kalipuro 310,03 24. Wongsorejo 464,80 Jumlah 5.782,50 Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011. II - 12

Tabel : 2.02 Jarak (Km) Terdekat Antar Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Banyuwangi No. Kecamatan Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo M u n c a r C l u r i n g Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibari G e n t e n g S r o n o Rogojampi K a b a t Singojuruh S e m p u S o n g g o n G l a g a h L i c i n Banyuwangi G i r i Kalipuro Wongsorejo 1. Pesanggaran 7 18 24 44 58 32 31 37 40 50 37 39 44 49 60 47 61 2. Siliragung 7 11 17 37 51 25 24 30 33 43 30 32 37 42 53 40 54 3. Bangorejo 18 11 6 26 40 14 13 19 22 32 19 21 26 31 42 29 43 4. Purwoharjo 24 17 6 20 35 9 16 22 33 59 21 12 21 31 42 29 42 5. Tegaldlimo 44 37 26 20 15 31 41 47 63 78 48 35 47 52 61 53 65 6. M u n c a r 58 51 40 34 15 15 25 31 45 50 30 7 17 22 27 42 36 7. C l u r i n g 32 25 14 85 31 15 5 11 32 37 17 7 18 23 33 27 36 8. Gambiran 31 24 13 16 41 25 5 6 25 30 10 11 21 25 25 20 41 9. Tegalsari 37 30 19 22 47 31 11 6 31 36 16 17 27 31 31 26 47 10. Glenmore 40 33 22 33 63 45 32 25 31 5 15 38 48 53 35 25 72 11. Kalibari 50 43 32 59 78 20 37 30 36 5 20 44 54 59 40 30 73 12. G e n t e n g 37 30 19 21 48 30 17 10 16 15 20 24 34 39 15 10 53 13. S r o n o 39 32 21 12 35 7 7 11 17 36 41 22 10 15 25 32 29 14. Rogojampi 44 37 26 21 47 17 18 21 27 39 44 24 10 5 15 25 19 15. K a b a t 49 42 31 31 52 22 23 25 31 53 59 39 15 5 20 30 24 16. Singojuruh 60 53 42 42 61 27 33 25 31 35 30 25 25 15 20 10 10 17. S e m p u 47 40 29 29 53 42 27 20 26 15 30 10 32 25 30 10 20 18. S o n g g o n 61 54 43 42 55 36 36 41 47 72 73 53 29 19 24 10 20 19. G l a g a h 65 58 47 43 67 37 37 40 46 70 75 54 29 20 19 35 45 39 20. L i c i n 73 66 55 51 75 45 45 48 54 78 83 62 37 28 27 43 53 47 21. Banyuwangi 60 53 42 41 61 32 32 40 46 65 70 50 24 15 10 30 40 34 22. G i r i 65 58 47 43 64 35 35 43 49 68 73 53 27 18 13 33 43 37 23. Kalipuro 68 61 50 47 69 39 39 47 53 72 77 57 41 22 17 37 47 41 24. Wongsorejo 94 87 76 53 91 69 69 77 83 102 107 87 71 52 47 60 70 69 Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011. 65 73 60 65 68 94 58 66 53 58 61 87 47 55 42 47 50 76 43 51 41 43 47 53 67 75 61 64 69 91 32 45 32 35 39 69 37 45 32 35 39 69 40 48 40 43 42 77 46 54 46 49 53 83 70 78 65 68 72 102 75 83 70 73 77 107 54 62 50 53 57 87 29 37 24 27 41 71 20 28 15 18 22 52 19 27 10 13 17 40 35 43 30 33 37 60 45 53 40 43 47 70 39 47 34 37 41 69 8 5 4 8 35 8 13 12 16 43 5 13 3 7 30 5 12 3 4 33 4 16 7 4 35 64 43 30 33 35 II - 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG INFRASTRUKTUR II - 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG INFRASTRUKTUR 2.1.2. Kondisi Topografis A. Topografi Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0 2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) ketinggian tersebut dibedakan atas : 1. Ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut hampir terdapat pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi 2. Glagah, Songgon, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Sempu dan wilayah Kecamatan Singojuruh. 3. Ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut hampir terdapat di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali Kecamatan Banyuwangi dan wilayah Kecamatan Kecama Muncar. 4. Ketinggian 500-1000 meter diatas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Sempu dan Kecamatan Pesanggaran. 5. Ketinggian 1000-1500 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan matan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru dan Kecamatan Glenmore. 6. Ketinggian lebih dari 1500-2000 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Songgon, Kalibaru dan Kecamatan Glenmore. 7. Ketinggian lebih h dari 2000-2500 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah Kecamatan Kalipuro, Songgon dan Wilayah Kecamatan Glenmore.Daerah wilayah Kecamatan pantai meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharj Purwoharjo dan wilayah Kecamatan Pesanggaran. B. Kelerengan Lahan/ Slope. Tingkat Lereng/ kemiringan tanah di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Lereng dengan kemiringan 0-2 % seluas 204,99 Ha atau 35,45 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. 2. Paling luas terdapat di wilayah Kecamatan Bangorejo, dan yang tidak mempunyai kemiringan lereng 0-2 % adalah wilayah Kecamatan Glagah dan Songgon. II - 15