FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Definisi Bell s palsy

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

BAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

Gambar 1. Contoh rontgent bagian kepala, lateral radiograph anjing umur 12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Gambaran Penderita Fraktur Maksilofasial di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari 2009-desember 2011

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Fraktura Os Radius Ulna

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, sehingga resiko kecelakaan lalu lintas juga ikut meningkat. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sliding genioplasty pada penatalaksanaan deformitas dagu

Actinomyces israelii

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

PENANGANAN KASUS HIPOPLASIA MANDIBULA DENGAN KOMBINASI TEKNIK OSTEODISTRAKSI DAN GENIOPLASTI

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)

BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TRAUMA MAKSILOFASIAL

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

Tahap-tahap penegakan diagnosis :

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

SATUAN ACARA PENYULUHAN. I. Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat kelurahan Jagir dapat

EKSTRAKSI CORPUS ALIENUM DI KEPALA DAN LEHER (ICOPIM 5-119)

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

I. PENDAHULUAN. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas struktur tulang, tulang rawan dan

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA. Pedro Bernado

Cedera Spinal / Vertebra

TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VULNUS LACERATUM. No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Efektif:

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

Transkripsi:

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA PENDAHULUAN Penyebab tersering trauma wajah pada daerah konflik biasanya adalah luka tembak selain ledakan bom, yang ditandai dengan adanya penetrasi peluru pada wajah yang menimbulkan adanya luka masuk dengan atau tanpa luka keluar. Facial gun shot wound dapat menimbulkan kelainan yang tidak berarti tetapi bisa juga berakibat fatal, tergantung pada jarak, kecepatan, dan diameter peluru. Peluru kaliber kecil dapat hanya menimbulkan luka yang biasa dan tidak parah, sebaliknya tembakan jarak dekat dapat menimbulkan luka yang sangat parah pada jaringan lunak dan tulang wajah sehingga harapan hidup penderita tidak bisa diperkirakan. Walaupun kematian tidak segera terjadi. MEKANISME TRAUMA Semakin tinggi kecepatan tembakan peluru yang mengenai wajah, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan pada jaringan, baik pada soft tissue maupun pada hard tissue. Tembakan peluru dengan kecepatan tinggi dari senapan modern, menyebabkan letusan terhadap jaringan dengan rongga yang luas (kavitas). Pada peluru berkecepatan tinggi seperti Riffle Bullets/Military missile (> 600 m/detik) dapat menimbulkan kavitas yang nyata dan kerusakan jaringan tulang wajah yang berat dan kehilangan jaringan lunak pada daerah yang luas. Sedangkan peluru kaliber kecil 1

dalam kecepatan rendah membuat kerusakan soft tissue yang ringan atau tanpa kerusakan tulang wajah dan tembakan seringkali tidak menyebabkan kerusakan yang parah pada wajah. Peluru dari pistol genggam sipil yang meluncur dalam kecepatan rendah (300 800 m/detik) menimbulkan kavitas yang lebih kecil. Sedangkan pada senjata yang lebih kecil dengan kecepatan < 300 m/detik seperti senjata Colt 45, kerusakan jaringan mungkin benar-benar terbatas pada lintasan peluru. Luka tembak biasanya hanya berbahaya jika dilakukan pada jarak dekat, terutama pada jarak tembakan < 10 kaki. Kerusakan yang berat pada wajah oleh karena ledakan bom dapat berupa kerusakan tulang dan jaringan lunak yang hebat dan disertai dengan munculnya edema yang cepat yang dapat menimbulkan sumbatan jalan napas bagian atas. GEJALA KLINIS Ketika peluru mengenai wajah maka peluru akan menimbulkan kerusakan mulai dari kutis, jaringan subkutis, otot bahkan tulang dan membentuk suatu kavitas yang menimbulkan deformitas pada wajah. Disamping itu perlu diperhatikan adanya cedera syaraf sensorik maupun motorik, kelenjar dan saluran liur. Adanya cedera tersebut bisa menimbulkan dampak pada fungsi bicara, mengunyah, menelan, pernapasan dan penglihatan. Tempat masuk yang kecil pada wajah dengan luka keluar mungkin akan menyembunyikan kerusakan dalam yang luas. Luka ditempat keluarnya peluru (kalau ada) biasanya lebih besar daripada di tempat masuknya. Hal ini disebabkan oleh karena serpihan tulang wajah yang bergerak secara diversi seperti anak peluru, disamping posisi peluru pada saat keluar meninggalkan wajah. 2

Toleransi tulang wajah terhadap trauma secara individual berbeda-beda kekuatannya (fragility). Tulang nasal, zygoma, ramus mandibula dan sinus frontalis sangat rentan terhadap benturan/trauma dibanding tulang wajah yang lain. Sebagai contoh benturan dengan kecepatan 30 m.p.h dapat dengan mudah menyebabkan fraktur pada tulang-tulang tersebut dibanding dengan tulang tulang wajah lain. Hal ini dapat menjelaskan mengapa fraktur pada tulang nasal, zygoma dan mandibula sering terjadi. Adanya fraktur tulang wajah dapat menyebabkan gangguan fungsi dan gangguan estetik. Bentuk dan besarnya luka keluar tergantung pada posisi peluru pada saat keluar, apakah tegak lurus, miring dan sebagainya. Kemungkinan yang timbul bila peluru menembus keluar dari wajah adalah luka tembak masuk lebih kecil dari keluar. Hal ini terjadi oleh karena anak peluru mengenai tulang keras dulu, sehingga serpihan tulang sendiri berlaku seperti anak peluru juga. Keadaan dimana luka masuk sama dengan luka keluar atau luka masuk lebih besar dari luka keluar adalah bila mana peluru mengenai daerah lain pada tubuh terutama bila jaringan lunak lebih dominan. PENATALKSANAAN Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan benda asing (patahan gigi), muntah, edema dan bekuan darah pada fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan 3

napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan. Selama memeriksa dan memperbaiki airway, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher. Proteksi dari vertebra servikal merupakan hal yang penting. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Kontrol jalan napas pada penderita dengan airway terganggu karena faktor mekanik, ada gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakeal, baik oral maupun nasal. Surgical airway (cricothyroidectomy) dapat dilakukan bila intubasi endotrakeal tidak memungkinkan. Kontrol perdarahan harus dilakukan pada facial gun shot wound bisa dengan tekanan langsung atau secara operatif, karena luka tersebut dapat menyebabkan perdarahan hebat. Pembersihan luka dari semua benda asing dan jaringan yang rusak. Lakukan debridement pada tempat masuk dan pada tempat keluarnya peluru serta keluarkan semua jaringan yang tidak sehat tetap berprinsip hemat jaringan untuk mencegah cacat yang tidak perlu. Cedera peluru berkecepatan tinggi membutuhkan pembersihan menyeluruh pada luka dan debridement dengan larutan saline. Jika tempat luka keluarnya besar dengan banyak terdapat fragmen tulang dan penderita dalam keadaan syok berat, maka penderita mungkin mendapat cedera oleh tembakan peluru berkecepatan tinggi. Kita perlu mengeluarkan bekuan darah, jaringan otot yang mati dan banyak fragmen tulang. Luka pada muka harus diperlakukan istemewa dibanding dengan didaerah tubuh lain, misalnya benang paling luar harus dipakai yang non reaktif, monofilamen dan halus. Cedera pada struktur penting seperti nervus fasialis, duktus nasolakrimalis, duktus parotis harus direpair agar dapat berfungsi kembali. Adanya infeksi pada wajah dapat memperlambat penyembuhan dan bisa 4

mengganggu fungsi dan bentuk. Infeksi dapat menyebabkan bahaya karena organisme yang ada dapat masuk ke sistem vena dan ke sinus cavernosus. Keadaan ini harus mendapat perhatian lebih. Kehilangan jaringan lunak pada wajah sering menimbulkan masalah penutupan, terutama luka yang diakibatkan oleh konflik peperangan. Defek pada jaringan lunak berupa kehilangan kulit, otot, jaringan syaraf, ruptur tendon dan putusnya pembuluh darah harus dikembalikan fungsinya dengan rekonstruksi seanatomis mungkin. Bila hanya didapatkan kehilangan kulit saja, maka kita dapat melakukan penutupan kulit dengan flap atau bila kehilangan kulit yang luas dapat dilakukan penutupan dengan skin graft. Tulang wajah yang mengalami fraktur di stabilkan dengan melakukan fiksasi fragmen fraktur dengan/tanpa bone graft. Bila tanpa gejala (non simptomatik) peluru yang ada didalam lebih baik dibiarkan karena bila dilakukan eksplorasi akan menimbulkan kerusakan. Bila terapi definitif tidak dapat dilakukan segera, tindakan bedah selanjutnya dapat dilakukan setelah penderita stabil. Masukkan penderita kembali ke kamar operasi dan lakukan evaluasi kembali dan direncanakan prioritas rekonstruksi dengan general anestesi. Fiksasi tulang interosseus dapat dilakukan dengan kawat, plates, screw, bone graft, K-wire. Keberhasilan dari perbaikan luka tergantung pada karakter dan lokasi luka serta teknik yang digunakan. Penyembuhan luka yang diharapkan seperti garis rambut tanpa distorsi. 5

KEPUSTAKAAN 1. Grabb, W.C and Smith J.W., Plastic Surgery, Little Broen and Company, London, 1997. 2. Mc. Swain N.E. & Kerstein MD, Evaluation and Management or Trauma, Appleton Century Crofts, Connecticut, 1987. 3. Marks, M.W. & Charles M. Fundamentals of Plastic Surgery, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997. 4. Mattox K.L. & Feliciano D.V., Trauma, 4 th edition, Mc. Graw Hill, New York, 2002. 5. Wilson R.F. & Walt A.J., Management of Trauma, 2 nd edition, Williams & Wilkins, Baltimore, 1996. 6