ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

PEMBERITAAN SIDANG MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN (MKD) DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN TRIBUN BALI: SEBUAH KAJIAN WACANA KRITIS

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI DI BALI PADA MEDIA CETAK BALI POST DAN JAWA POS: SUATU KAJIAN TEORI ROGER FOWLER, DKK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Sandungan Si Anak Emas Presiden. Menurut Pan dan Kosicki, berita merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. dalam teks produk jurnalistik termasuk tajuk rencana menunjukkan adanya representasi ide,

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia yang hidup di masa ini adalah manusia yang dimudahkan

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

DESKRIPSI MIKROSTRUKTURAL RUBRIK OPINI POROS MAHASISWA HARIAN SEPUTAR INDONESIA BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI JANUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB III METODE PENELITIAN. latar dan individu secara holistic yang disebut dengan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA PADA HALAMAN PEMBACA MENULIS SURAT KABAR TANJUNGPINANG POS EDISI MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Transkripsi:

ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN PERSETERUAN ANTARA POLRI DENGAN KPK PADA HARIAN BALI POST DAN KOMPAS Ida Bagus Herry Yudha Prawira 1, I Wayan Rasna 2, I Wayan Wendra 3 Jurusan Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {goes_yudha@ymail.com, wayanrasna@ymail.com wayan_wendra@yahoo.com} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis (1) kosakata pada media Bali Post dan Kompas dalam mengonstruksi pemberitaan perseteruan anatara Polri dengan KPK dan (2) tata bahasa pada media Bali Post dan Kompas dalam mengonstruksi pemberitaan perseteruan antara Polri dengan KPK ditinjau dari analisis wacana krtitis Roger Fowler, dkk. Subjek dalam penelitian ini adalah media cetak Bali Post dan Kompas. Sementara itu, objek penelitian ini adalah Polri dengan KPK. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yang digunakan untuk mencari data yang berupa pustaka. Data pustaka tersebut berupa harian Bali Post dan Kompas edisi bulan Januari-Februari 2015, berita yang terdapat di dalam harian Bali Post dan Kompas tersebut adalah Pemberitaan Perseteruan Polri dengan KPK. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kartu data. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis wacana kritis Roger Fowler, dkk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bali Post lebih banyak menggunakan kosakata membuat klasifikasi dalam mengontruksi pemberitaanya,sedangkan Kompas lebih menonjolkan kosakata marjinalisasi dalam mengonstruksi Polri dan KPK (2) Bali Post dan Kompas lebih banyak menggunakan tata bahasa pemasifan: penghilangan pelaku dalam mengonstruksi Polri dengan KPK. Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Mengingat semakin sengitnya persaingan media massa, disarankan kepada pembaca agar dapat memilah informasi secara kritis dan cermat, tidak hanya menelan informasi tersebut secara mentah-mentah. Pengelola media juga hendaknya selalu berusaha bersikap sesuai kode etik jurnalistik sehingga tidak dapat menimbulkan ambiguitas maupun kesimpangsiuran dari suatu peristiwa yang dapat membingungkan khalayak. Kata kunci: analisis wacana kritis Roger Fowler. Abstract This reasearch is about descriptive qualitative research that purpose (1)to describe and analyze the vocabulary in Bali Post and Kompas media to contrruct the report of hostility between the Polri and KPK (2)to describe and analyze the grammatical in the Bali Post and Kompas media when contruct the report of hostylity between the Polri and KPK according the Roger Fowler teory. The subject of this research is Bali Post and Kompas media.the Object of this research the report of hostility between the Polri and KPK.The gathering of the data done by documentation method such as literature. The instrument in the gathering of the data in this research is card of data. Then the data analyzed by the critis reading of Roger Fowler.The result of this research explain about (1) The Bali Post use more vocabulary that make the clasification in contruct it news, whereas Kompas shown about marginalisation vocabulary in contruct the news of hostility between the Polri and KPK (2) Bali Post and Kompas use more passive grammatical: to lose the character in contruct the report of hostylity between the

Polri and KPK. Based on the inference of the research, told some some suggestion such as. To remember the more stinging insect of the competition in the media, told the sugetion to the reader in other to get the information criticality. Seriously and accurate, not to consume the information that. The mediator should be stand at attention. Like the code of ethnic of the journalism. So cannot cause the ambiguity and phenomenon that make the people confused. Key word: Roger Fowler critical discourse analysis. Pendahuluan Surat kabar sebagai representasi simbolis dan nilai masyarakat telah membentuk streotip yang sering merugikan pihak tertentu. Mereka cendrung di tampilkan di dalam teks sebagai pihak yang bersalah, marginal, dibanding dengan pihak lain. Surat kabar sering pula menjadi sarana salah satu kelompok mengukuhkan posisi dan merendahkan kelompok lain. Surat kabar, melalui wacana beritanya dapat menentukan sesuatu apakah ia buruk ataukah baik di masyarakat. Proses pemarginalan melalui wacana berlangsung secara wajar, apa adanya, dan dihayati bersama. Khalayak dalam hal ini pembaca tidak merasa dibodohi atau dimanipulasi oleh adanya wacana berita surat kabar yang memarginalkan pihak tertentu. Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Menurut Fairlogh dan Wodak (dalam Erianto, 2001:7) mengungkapkan analisis wacana kritis melihat wacana dan pemakaian bahasanya dalam tuturan dan tulisan sebagai betuk praktik social. Erianto (2001:7) mengungkapkan bahwa analisis wacana kritis melihat wacana dan pemakaian bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat yang terjadi. Analisisi wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Secara umum, ada beberapa model analisis wacana kritis.analisis wacana Roger Fowler ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana cara media dalam mengontruksi suatu pemberitaan. Dalam analisisnya Roger Fowler juga mengungkapkan kedua hal tersebut sebagai arti penting, klasifikasi ini dapat dilihat dari bagaimana peristiwa yang sama dibahasakan dengan bahasa yang berbeda. Kata-kata yang berbeda itu tidaklah dipandang sebagai teknis tetapi dipandang sebagai suatu praktik ideologi. Karena bahasa yang berbeda tersebut menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak. Bahasa menyediakan alat bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak. Pemberitaan persetruan antara Polri dengan KPK ini memiliki intensitas yang sangat tinggi sehingga banyak menyita perhatian masyarakat. Disetiap headline pemberitaan selalu terdapat pemberitaan ini. Mulai dari bulan Januari-Februari marpemberitaan ini selalu menghiasi Headline dari kedua media ini.. Pemberitaan perseteruan antara Polri dengan KPK ini merupakan pemberitaan yang melibatkan kadua lembaga di negeri ini yang tugasnya sebagai penegak hukum malah terjerat kasus yang sangat rumit. Kedua lembaga ini berseteru hingga menjelekan satu sama lain. Atas dasar itulah penelitian ini mengangkat tentang perseteruan antara Polri dengan KPK sebagai

fokus penelitian. Adapun dua media yang memublikasikan berita tersebut adalah Bali Post dan Kompas. Pada harian Bali Post, pemberitaan perseteruan antara Polri dan KPK ini diberitakan setiap hari dari bulan Januari awal Februari 2015, dan intensitasnya berkurang hingga saat ini. Pada harian Kompas pemberitaan mengenai perseteruan antara Polri dan KPK tidak sebanyak yang diberitakan harian Bali Post. Pada harian Kompas pemberitaan ini tidak selalu menghiasi deadline pemberitaan setiap harinya, sedangkan pada harian Bali Post pemberitaan perseteruan Polri dan KPK ini selalu menghiasi headline pemberitaan mulai dari bulan Januari sampai Februari 2015. Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai cara pengontruksian pemberitaan dilihat dari kosakata dan tata bahasanya. yang dilakukan harian Bali Post dan Harian Kompas terhadap Perseteruan Antara KPK dan Polri. Penelitian ini mengunakan analisis Roger Fowler sebagai pedoman untuk menganalisis wacana pada pemberitaan tersebut. Berangkat dari hal tersebut peneliti ingin mengangkat sebuah judul penelitian mengenai Analisis Wacana Pemberitaan Perseteruan Antara KPK dan Polri pada Harian Bali Pos dan Harian Kompas : Sebuah Sebuah Analisis Wacana Kritis Roger Fowler,dkk. Adapun teori yang digunakan sebagai pisau bedah dalam penelitian ini adalah teori tentang kosakata dan tata bahasa. Kridalaksana dalam Tarigan (1994:446) yang menyatakan bahwa kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Keraf,(1994:27 menungkapkan tata Bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam struktur bahasa. Struktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat. Dengan kata lain tta bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang jadi pokok permasalahan adalah 1)Bagaimana analisis kosakata pada analisis wacana kritis Roger Fowler, dkk dalam pemberitaan perseteruan antara Polri dan KPK pada harian Bali Post dan Kompas? 2) Bagaimana analisis tata bahasa pada analisis wacana kritis Roger Fowler dalam pemberitaan perseteruan antara Polri dan KPK pada harian Bali Post dan Kompas?. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) Menganalisis kosakata Perseteruan Antara KPK dan Polri diharian Bali Pos dan Kompas. 2) Menganalisis tata bahasa Perseteruan Antara KPK dan Polri di Harian Bali Post dan Kompas. Penelitian ini dapat memberukan manfaat positif bagi penulis ataupun pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi perkembangan ilmu khususnya dalam bidang analisis wacana (Critical Discourse Analysis) dalam konstruksi pesan media. Dengan memperoleh pengetahuan tentang bagaimana media masa dalam mewacanakan realitas social mengenai KPK dan Polri. Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan publik atau pembaca dapat bersikap lebih kritis terhadap sebuah pemberitaan di

media massa dan tidak menerima begitu saja sebuah berita yang disajikan oleh media. Akan tetapi mampu menganalisis secara kritis dan memahami wacana dalam arena media, sehingga tidak selalu menjadi korban media massa Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angkaangka) yang bersifat deskriptif. Rancangan penelitian ini dipilih karena melalui penelitian ini dapat diperoleh gambaran mengenai cara media dalam mengonstruksikan berita perseteruan antaran Polri dengan KPK dilihat dari analisis wacana kritis Roger Fowler, dkk. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data deskriptif tentang pilihan kosakata dan tata bahasa. Data-data dikumpulkan, diseleksi, dan dianalisa secara deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti tidak berusaha mengendalikan atau mengontrol variable, karena variable telah terjadi secara alami. Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan penelitian yang bersifat penggambaran mengenai cara dan sikap media cetak sehingga tidak terjadi pemanipulasian variable. Menurut Jobrohim (2000) dalam penelitian deskriptif, variable biasanya muncul dalam setting alami. Subyek penelitian ini adalah media cetak Bali Post dan Kompas. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variable melekat, dan dipermasalahkan dalam penelitian (Wendra,2009:32) Subyek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam penelitian karena pada subyek itulah data tentang variable yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pada umumnya, peneliti menginginkan agar subyek penelitian ini agak besar atau benyak, agar data diperoleh cukup banyak pula. Sementara itu obyek dalam penelitian ini adalah pemberitaan perseteruan anatar Polri dengan KPK. Sejalan dengan masalah penelitian, objek penelitian ini secara khusus adalah cara atau sikap media cetak dalam mengonstruksi kasus pemberitaan perseteruan antara Polri dengan KPK. Pengumpulan berita dilakuan pada awal bulan Januari-Februari 2015. Metode pengumpulan data yang dimaksud adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. dan tujuan, dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode dokumentasi. Alasan peneliti menggunakan metode tersebut karena metode dokumentasi merupakan suatu cara mengolah, mengumpulkan, memilih, dan menyampaikan informasi dalam bidang pengetahuan, pemberian atau pengumpulan bukti atau keterangan (seperti gambar,kutipan,guntingan Koran, atau bahan refrensi lain.) Menurut Moloeng (2007:217) bahwa dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfatkan untuk menguji, menafsirkan, bahka meramalkan. Penggunaan metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari Koran, karena dalam menganalisis pemberitaan tersebut peneliti mengumpulkan Koran tersebut secara periodik, karena Polri dan KPK ini berlangsung cukup lama, sehingga peneliti perlu mengumpulkan Koran-koran tersebut. Oleh karena itu, dokumen yang telah diperoleh berupa potongan berita pada Koran mengenai pemberitaan perseteruan anatara Polri dengan KPK yang telah memenuhi kriteria, selanjutnya dikritisi sehinga dapat menjawab masalah penelitian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data tersebut berisi format analisis mengenai kosakata dan tata bahasa, selanjutnya dideskripsikan melalui pembahasan disertai fakta-fakta kebahasaan. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil dokumentasi. Analisis data dilakukan setelah tahap pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tentunya data yang dianalisis adalah data yang dihasilkan dalam melakukan pencatatan lapangan. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Teknik deskrptif kualitatif juga diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau hanya menggunakan kata-kata (Moloeng dalam Jobrohim (ed), 2001:23). Teknik deskriptif kualitatif dilakukan untuk menggambarkan Polri dengan KPK dan cara Bali Post dan Kompas dalam memberitakan perseteruan antara Polri dengan KPK tersebut ditinjau dari teori Roger Fowler, dkk. Adapun teknik yang ditempuh adalah sebagai berikut. Apabila data yang didapatkan ternyata valid, maka data tersebut dapat dukumpulkan untuk diklasifikasikan. Sebaliknya, jika data yang didapatkan ternyata tidak valid, data tersebut harus dibuang. Data berupa dokumen dicatat dengan cermat. Secara simultan dengan kegiatan tersebut, data yang diperlukan dan berkaitan dengan penelitian ini dicatatat dan diberi kode. Akan tetapi, data yang tidak dibutuhkan dipisahkan. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti pada tahap klasifikasi data. Data yang dikaji adalah data yang berkaitan dengan pemberitaan perseteruan antara Polri dengan KPK dalam kurun waktu yang ditentukan yang diberitakan oleh kedua media, yaitu Bali Post dan Kompas. Data yang ditemukan akan direduksi untuk dilihat kevalidanya. Jika telah valid data akan disalin ke kartu data. Dalam penyajian data ini, data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya akan dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini, data mengenai cara dan sikap Bali Post dan Kompas dalam memberitakan perseteruan antara Polri dengan KPK dan jenis teori yang digunakan oleh kedua media tersebut akan dipaparkan dengan jenis wacana deskripsi yang sesuai dengan rancangan penelitian. Penyimpulan. Untuk mengetahui keakuratan penelitian, penyimpulan sangat penting dilakukan. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut sehinggga hasil akhirnya nanti akan diperoleh informasi menngenai cara dan kecendrungan sikap Bali Pos dan Kompas dalam memberitakan perseteruan antara Polri dengan KPK ditinjau dengan mengunakan teori wacana Roger Fowler dkk. Hasil dan Pembahasan Di tengah persaingan yang ketat, media massa khususnya media cetak berlomba-lomba mencuri perhatian pembaca dengan memilih kosakata yang bombastis, nge-trend, ataupun hiperbolis. Pemakaian kosakata tertentu sengaja dipilih untuk menarik perhatian dan minat pembaca walaupun realitasnya sangatlah berbeda. Di samping itu, media cetak kini tidak lagi sekedar memberikan informasi dan menghibur, tetapi juga memengaruhi masyarakat. Pemakaian kata,

kalimat,struktur, dan bentuk kalimat tertentu pada pemberitaan yang diangkat redaksi, tidak lagi dipandang semata-mata sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik sederhana tetapi merupakan ekspresi dari suatu ideologi: upaya membentuk pendapat umum, meneguhkan, membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Dengan tujuan itu keberadaan bahasa pada media cetak menjadi sangat penting. Kosakata pada dasarnya menyediakan klasifikasi. Kosakata tertentu, mampu menggiring pembaca untuk membuat klasifikasi dari suatu realitas seperti yang tertera dalam media cetak, dengan begitu, pemilihan kosakata oleh media mampu memberi dampak dalam mengklasifikasi pemikiran pembacanya. Penggunaan suatu kosakata klasifikasi tertentu mampu menjadikan arah pemikiran pembaca menjadi lain. Dari pemilihan kosakata dengan klasifikasi tertentu pula dapat dilihat bahwa sebuah realitas mampu dikonstruksikan oleh media, dari sinilah klasifikasi kata-kata tertentu berperan dalam menggiring pembaca kesuatu realitas yang ingin dikonstruksikan media cetak. Kosakata tidak hanya mampu membatasi pandangan tetapi juga mampu menggring pembaca untuk membentuk pemikiran dan penilaian yang sama dengan pemikiran media cetak. Di dalam pemberitaan mengenai perseteruan KPK dan Polri yang diberitakan harian Bali Post dari bulan Januari hingga Februari tahun 2015 ini terdapat 8 data yang termasuk pada kriteria kosakata membuat klasifikasi. Pertama adalah pemberitaan yang berjudul Pemerintah Tak Akan Intervensi yang terbit pada Kamis 22 januari 2015 kutipannya adalah sebagai berikut. Perseteruan antara Polri dan KPK diperkirakan akan makin seru. Di dalam KPK dan Polri ini kosakata yang digunakan untuk memberi klasifikasi. adalah kosakata seru. Penggunaan kosakata seru ini sengaja ditampilkan penulis di dalam analisisnya karena kosakata tersebut mampu menggiring pembaca kedalam realitas tertentu. Dalam hal ini pembaca sengaja diarahkan pada idiologi-idiologi tertentu yang sengaja atau tidak sengaja diarahkan oleh penulis berita. Erianto (2001:135) mengungkapkan bahwa bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Realitas tertentu dikategorisasikan sebagai ini, dan akhirnya dibedakan dengan realitas lain. Klasifikasi terjadi karena begitu kompleksnya, sehingga orang kemudian membuat abstraksi atau penyederhanaan dari realitas tersebut. Menurut KBBI (2005: 1052) pengertian kosakata seru ini adalah sengit. Dengan menggunakan kosakata ini pembaca akan memikirkan bahwa perseteruan KPK dan Polri ini seperti pada suatu kompetisi yaitu akan ada yang menang dan ada yang kalah, lain halnya bila kosakata seru ini diganti menjadi memanas. Tentunya dari pemilihan kosakata tersebut pembaca akan tertuju pada suatu mediasi pada kedua belah pihak yang saling berseteru ini. Media memiliki sisi lain sebagai ruang publik. Artinya, media berfungsi sebagai penyedia ruang bagi masyarakat dari berbagai lapisan untuk saling beradu argumentasi dalam memandang suatu realitas yang telah terjadi. Upaya dalam memenangkan penerimaan publik tersebut, masing-masing pihak menggunakan kosakata sendiri dan berusaha untuk memaksakan agar kosakata itulah yang lebih diterima oleh publik. Di dalam pemberitaan mengenai perseteruan KPK dan Polri yang diberitakan harian Bali

Post dari bulan Januari hingga Februari tahun 2015 ini terdapat 2 judul berita dan 6 data yang termasuk pada kriteria kosakata pertarungan wacana. Yang pertama adalah pemberitaan yang berjudul Pemerintah Tidak Akan Intervensi yang terbit pada Sabtu 24 januari 2015 kutipannya adalah sebagai berikut. Pertanyaan saya komisioner KPK hari ini ada berapa? empat orang. Dalam konstruksi UU jelas jelas menurut kita yang kita ketahui, kurang satu saja maka itu cacat demi hukum dan batal. Karena itu penetapan tersangka Komjen Pol. Kita baca dalam UU KPK, diatur bahwa komisioner KPK ada lima orang. Budi Gunawa harus dibataklan karena cacat hukum. Paparnya. Saya tidak menyalahgunakan wewenang. Semua itu sudah sesuai SOP dari KPK, dan tidak ada yang dilanggar. Tegas Abraham Dari pemberitaan tersebut pihak yang paling sering memaparkan wacananya adalah dari pihak Polri, karena dalam pemberitaan tersebut hanyalah terlihat jelas dominasi dari pihak Polri. Dalam hal ini penulis sengaja memilih kutipan pemberitaan ini karena kedua belah pihak saling beradu pendapat dan saling beradu pembenaran terhadap perseteruan yang mereka alami. Pemilihan kosakata pertarungan wacana pada pemberitaan ini dipilih karena kedua belah pihak yang saling berseteru beradu pendapat mengenai kasus yang mereka alami. Di dalam pemberitaan tersebut pihak KPK tidak bisa berbicara banyak mengenai kasus hukum yang disandang oleh Komjen Budi Gunawan. Media dalam konteks ini hanyalah mengekspos bagaimana pihak dari Komjen Budi gunawan memberikan pembenaran terhadap kasusnya, dalam pemberitaan tersebut pihak KPK jarang sekali diberikan pemaparan mengenai pembenaran bahwa Komjen Budi Gunawan itu bersalah. Jadi pada pemberitaan ini yang mendominasi adalah dari pihak Komjen Budi Gunawan. Suatu kosakata dapat juga berperan membetuk pendapat umum atau berusaha mengucilkan suatu pihak dalam pemberitaan. Hal ini dikarekan pemilihan linguisti tertentu, kata, kaimat, maupun preposisi membawa nilai ideologis tertentu (Fowler dalam Erianto, 2001:149). Di sisi lain, pemilihan kosakata tidak hanya dapat mengucilkan pihak lain namun juga digunakan untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri. Sobur (2001: 30) mengatakan bahwa media dapat memainkan peran dalam kaitanya dengan pengembangan kehidupan socialekonomi dan politik masyarakat. Oleh karena itu, ia dapat memberikan pengaruh-prngaruh positif maupun negatif melalui pengonstruksian pemberitaannya. Di dalam pemberitaan mengenai perseteruan KPK dan Polri yang diberitakan harian Bali Post dari bulan Januari hingga Maret tahun 2015 ini terdapat 3 data yang termasuk pada kriteria kosakata marjinalisasi. Berikut ini adalah tabel judul-judul berita pada harian Bali Post yang termasuk dalam kosakata marjinalisasi. Yang pertama adalah pemberitaan yang berjudul Dituding Lobi PDIP Jadi Cawapres, Ketua KPK Nyatakan Fitnah. yang terbit pada Sabtu 23 januari 2015 kutipannya adalah sebagai berikut. Dituding Lobi PDIP Jadi Cawapres, Ketua KPK Nyatakan Fitnah. Itu diketahuinya dari mulut ketua KPK Abraham Samad ketika dirinya hendak menyampaikan bahwa tidak dipilih mendampingi Jokowi Pemberitaan di dalam media bisa dibahasakan dengan beraneka

ragam kosakata. Pilihan kosakata mana yang dipakai bukan hanya teknis persoalan bahasa semata, melainkan berkaitan dengan ideologi (Erianto:2001:151) Pada kutipan pemberitaan diatas, secara tidak langsung menggambarkan sikap dari Abraham Samad, karena di dalam kutipan berita tersebut mengarahkan pada sikap dari Abraham Samad yang ingin mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden. Di mana dalam kutipan pemberitaan tersebut pembaca sengaja diarahkan pada kesalahan yang dibuat oleh Ketua KPK tersebut. Pemilihan kosakata dituding sengaja dilakukan media untuk memojokan Ketua KPK tersebut, karena secara tidak langsung kosakata tersebut mengacu pada sikap dari pihak Kapolri yang sedikit geram dengan hal yang dilakukan Abraham Samad tersebut. Ditunjang lagi dengan kosakata dari mulut ketua KPK, hal tersebut jelas mengarahkan pembaca pada sikap dari Pihak Polri yang marah akibat dari hal yang dilakukan oleh Ketua KPK tersebut. Jadi secara tidak langsung media memarjinalkan Abraham Samad pada pemberitaan tersebut. Pemasifan umunya dilakukan dengan tujuan menekankan sasaran dalam pemberitaan. Hal ini dikarenakan dalam kalimat yang ditekankan adalah subyek pelaku dari suatu kegiatan sedangkan dalam kalimat pasif yang ditekankan adalah sasaran (obyek) pemberitaan atau tindakan tersebut. Menurut Fowler (dalam Erianto, 2001:160), dengan mengubah susunan kalimat kedalam bentuk pasif, bukan hanya persoalan enak dibaca atau dipahami tetapi merupakan manipulasi sintaksis. Hal ini karena dengan mengubah kalimat manjadi pasif, seseorang (agen/pelaku) bukan hanya disembunyikan tetapi juga dapat dihilangkan dalam pemberitaan. Dengan begitu pelaku dalam pemberitaan tidak lagi menjadi fokus pemberitaan. Penghilangan pelaku dalam kalimat pada pemberitaan ini tidak hanya semata-mata tanpa tujuan. Media cendrung memiliki tujuan atau kepentingan dalam melakukan hal itu. Dibentuknya kalimat pasif oleh media yang berdampak pada penghilangan pelaku dapat ditemukan pada beberapa pemberitaan yang diangkat Harian Bali Post dalam mengonstruksi pemberitaannya. Di dalam analisis penelitian ini penulis hanya mendapatkan satu jenis tata bahasa dalam konstruksi pemberitaan pada harian Kompas yang memberitakan perseteruan antara Polri dengan KPK. Yang pertama adalah pemberitaan yang berjudul Presiden tak Punya Beban yang terbit pada Jumat 27 Februari 2015 kutipannya adalah sebagai berikut. Permohonan praperadilan yang diajukan Budi dinilai juga prematur Penggunaan kalimat dalam bentuk pasif seperti pada kutipan berita di atas, secara tidak langsung mengarahkan fokus pemberitaan permohonan prapradilan yang diajukan Budi Gunawan. Oleh karena itu, yang menjadi target dalam pemberitaan ini adalah Budi Gunawan, karena telah melakukan prapradilan yang dianggap oleh KPK itu premature. Pemasifan pada kutipan data diatas dilakukan dengan tujuan untuk menekankan sasaran pelaku atau tindakan. Hal ini karena dalam kalimat aktif yang ditekankan adalah subyek pelaku dari suatu kegiatan, dalam kalimat pasif yang ditekankan adalah sasaran pelaku tindakan tersebut (Eriyanto, 2001). Dengan begitu kutipan data tersebut dapat diluhat bahwa Kompas berpihak pada KPK dengan cara memfokuskan pemberitaan pada Permohona Prapradilan Budi Gunawan.

Berdasarkan temuan peneliti terhadap masalah cara media dalam mengonstruksi Pemberitaan Perseteruan Antara KPK dan Polri ditemukan bahwa Bali Post dan Kompas sama-sama menggunakan permainan kosakata dan tata bahasa dalam mengonstruksi suatu pemberitaan dengan berbagai tujuan. Dalam mengonstruksi KPK dan Polri Bali Post lebih banyak menggunakan kosakata : membuat klasifikasi dengan begitu, berdasarkan data yang terkumpul, terdapat 7 data yang termasuk dalam kriteria konstruksi dengan menggunakan kosakata: mebuat klasifikasi. Dengan begitu presentase data dalam Bali Post cendrung mengunakan kosakata membuat klasifikasi dalam mengonstruksi berita, karena media ini lebih banyak memanfaatkan klasifikasi/golongan kata-kata yang maknanya dapat membentuk pemikiran yang sama dengan media untuk menggiring pembaca kearah pemikiran tertentu yang diinginkan media tersebut. Sedangkan KPK dan Polri pada harian Kompas terdapat 2 kosakata memberikan klasifikasi dalam mengonstruksi pemberitaan..hal ini sejalan dengan pendapat Fowler (dalam Erianto, 2001: 135) yang mengatakan bahwa pada dasarnya bahasa selalu menyediakan klasifikasi. Kosakata tertentu mampu menggiring pembaca untuk membuat klasifikasi tertentu pada suatu realitas seperti yang disajikan media cetak berdasarkan klasifikasi / golongan kata-kata yang maknanya dapat membentuk pemikiran yang sama dengan media tersebut. Kosakata membatasi pandangan sepertinya tidak menjadi prioritas untuk digunakan oleh Bali Post dan Kompas dalam mengonstruksi pemberitaanya. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan perseteruan KPK dan Polri sama sekali tidak ditemukan kosakata membatasi pandangan dalam mengonstruksikan berita untuk membatasi informasi dan pemikiran pembaca mengenai suatu realita yang tengah terjadi. Pemilihan kosakata oleh media yang bertujuan mengucilkan suatu pihak pada pemberitaan perseteruan antara KPK dengan Polri yang ditemukan pada Bali Pos dan Kompas. Pada harian Bali Post terdapat 4 judul dan 4 data masuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan dengan mengunakan kosakata: marjinalisasi. Sedangkan pada harian Kompas terdapat 2 judul dan 2 data yang masuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan yang menggunakan kosakata marjinalisasi. Kosakata marjinalisasi ini cendrung digunakan untuk mengucilkan pihak KPK dan Polri dengan begitu, terlihat bahwa pemilihan kosakata dapat digunakan untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain (Erianto, 2001:149) Dibentuknya kalimat menjadi bentuk pasif oleh media yang berdampak pada penghilangan pelaku juga dapat ditemukan pada beberapa pemberitaan yang diangkat Bali Post dalam pemberitaan perseteruan Polri dengan KPK data yang terkumpul terdapat 3 judul dan 3 data yang masuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan dengan menggunakan tata bahasa pemasifan: penghilangan pelaku. Dengan demikian, data dalam Bali Post yang mengandung konstruksi pemberitaan ini adalah sebanyak 3 judul dan 3 data. Sedangkan pada harian Kompas penghilangan pelaku juga dapat ditemukan pada beberapa pemberitaan yang diangkat Kompas dalam pemberitaan perseteruan Polri dengan KPK yang terkumpul

terdapat 1 judul dan 1 data yang termasuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan dengan tata bahasa bahasa pemasifan : penghilangan pelaku. Dengan demikian data dalam Kompas yang mengandung konstruksi pemberitaan ini sebanyak 1 judul dan 1 data. Berdasarkan analisis, kedua harian ini cendrung mengunakan bentuk pemasifan untuk menekankan sasaran pelaku dalam pemberitaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Erianto (2001) yang menyebutkan bahwa dalam kalimat pasif yang ditekankan adalah sasaran dari suatu pelaku atau tindakan tersebut. Pengarahan fokus pemberitaan pada peristiwa yang terjadi tidak digunakan pada Polri dengan KPK ini karena tidak semua media ingin mengarahkan fokus pemberitaan pada peristiwa yang terjadi. Hal ini kembali lagi pada tujuan/kepentingan media cetak dalam menampilkan pemberitaan. PENUTUP Pertama, analisis kosakata pada pemberitaan perseteruan Polri dan KPK ini, harian Bali Post lebih banyak menggunakan kosakata membuat klasifikasi, yaitu, terdapat 8 data yang termasuk dalam kriteria konstruksi dengan menggunakan kosakata: membuat klasifikasi, dengan begitu presentase data dalam Bali Post cenderung mengunakan kosakata membuat klasifikasi dalam mengonstruksi berita karena, media ini lebih banyak memanfaatkan klasifikasi/golongan kata-kata yang maknanya dapat membentuk pemikiran yang sama dengan media untuk menggiring pembaca ke arah pemikiran tertentu yang diinginkan media tersebut. Pada dasarnya, bahasa selalu menyediakan klasifikasi. Harian Kompas dalam pengonstruksian pemberitaannya cendrung menggunakan kosakata marjinalisasi. Di dalam harian Kompas terdapat 3 data yang termasuk dalam analisis kosakata marjinalisasi. Harian Kompas lebih banyak memanfaatkan klasifikasi/golongan kata-kata yang maknanya dapat membentuk pemikiran yang sama dengan media untuk menggiring pembaca ke arah pemikiran tertentu yang diinginkan media tersebut dan cendrung digunakan untuk mengucilkan pihak KPK dan Polri dengan begitu, terlihat bahwa pemilihan kosakata dapat digunakan untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Kedua analisis tata bahasa yang dilakukan oleh kedua media ini lebih banyak digunakan pemasivan kalimat.pada harian Bali Post terdapat 3 judul dan tiga data, sendangkan, pada harian Kompas terdapat 1 judul dan 1 data yang termasuk dalam yang termasuk dalam kriteria konstruksi pemberitan dengan tata bahasa pemasivan. Pengubahan kalimat menjadi bentuk pasif oleh media yang berdampak pada penghilangan pelaku juga dapat ditemukan pada beberapa pemberitaan yang diangkat Bali Post dalam pemberitaan perseteruan Polri dengan KPK data yang terkumpul terdapat 3 judul dan 3 data yang masuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan dengan menggunakan tata bahasa pemasifan: penghilangan pelaku. Dengan demikian, data dalam Bali Post yang mengandung konstruksi pemberitaan ini adalah sebanyak 3 judul dan 3 data. Pada harian Kompas penghilangan pelaku juga dapat ditemukan pada beberapa pemberitaan yang diangkat Kompas dalam pemberitaan perseteruan Polri dengan KPK yang terkumpul terdapat 1 judul dan 1 data yang

termasuk dalam kriteria konstruksi pemberitaan dengan tata bahasa bahasa pemasivan : penghilangan pelaku. Dengan demikian data dalam Kompas yang mengandung konstruksi pemberitaan ini sebanyak 1 judul dan 1 data. Berdasarkan simpulan penelitian ini, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, mengingat semakin sengitnya persaingan media massa, disarankan kepada pembaca agar dapat memilah informasi secara kritis dan cermat, tidak hanya menelan informasi tersebut secara mentah-mentah. Kedua, pengelola media juga hendaknya selalu berusaha bersikap sesuai kode etik jurnalistik sehingga tidak dapat menimbulkan ambiguitas maupun kesimpangsiuran dari suatu peristiwa yang dapat membingungkan khalayak. Ketiga, penelitian ini dilakukan hanya terfous pada dua harian, yaitu Bali Post dan Kompas, serta hanya berfokus pada pemberitaan seputar pemberitaan perseteruan antara Polri dengan KPK. Oleh karena itu, peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis pada penelitian lain, baik dari media cetak maupun elektronik maupun media lokal ataupun nasional dan juga terhadap fokus pemberitaan yang lain. Keempat, analisis wacana kritis merupakan analisis wacana menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Roger Fowler merupakan salah satu teori yang digunakan peneliti untuk mengkaji wacana kritis perseteruan Polri dengan KPK. Penelitian ini hanya terbatas pada teori analisis wacana kritis Roger Fowler, dkk. Dengan demikian peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan teori-teori analisis wacana kritis lainnya. Dan yang kelima, bagi pembelajaran, penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pembuatan berita di kelas maupun luar kelas. Daftar Pustaka Eriyanto. 2001. Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis Jobrohim (ed).2001. Metode Penelitian Sastra: Yogyakarta: Erlangga. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Keraf, Gorys.1994. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah Moloeng, Lexy J. 2007. MetodePenelitianKualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya. Tarigan, H.G. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung:Angkasa Wendra. Wayan. 2011.Buku Ajar Penulisan Karya lmiah.singaraja: Undiksha