ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SURYATI NIM 080320717208 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
ABSTRAK Suryati. 2014. Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Drs. H. Abdul Malik, M.Pd. Pembimbing II: Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd. Kata Kunci: Gaya Bahasa, Cerpen. Cerpen termasuk salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Cerpen dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Salah satu unsur instrinsik yang terkandung dalam cerpen yaitu gaya bahasa. Kehadiran gaya bahasa mempengaruhi nilai dari sebuah karya sastra. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Dalam buku pengajaran gaya bahasa, Tarigan membagi gaya bahasa kedalam empat kelompok besar sebanyak 60 jenis gaya bahasa. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan gaya bahasa apa saja yang digunakan A.A. Navis dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami. Objek penelitian adalah kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu objek. Sumber data adalah kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis terbitan tahun 2006. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik studi pustaka dan teknik analisis cerpen. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang tersedia dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami. Berdasarkan hasil penelitian dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami, ditemukan penggunaan gaya bahasa sebagai berikut: (a) gaya bahasa Perbandingan meliputi Perumpamaan, Personifikasi, Antitesis, Perifrasis; (b) gaya bahasa Pertentangan meliputi Hiperbola, Klimaks, Antiklimkas; (c) gaya bahasa Pertautan meliputi Eufemisme, Epitet, Asindeton; (d) gaya bahasa Perulangan meliputi Epizeukis, Tautotes, Anafora, Epistrofa, Epanalepsis, Anadiplosis.
ABSTRACT Suryati. 2014. An Analysis set Style Language Short Story A.A. Fall of Surau We Work Navis. Thesis. Tanjungpinang: Indonesian Art and Language Education Department, Teacher Training and Education Faculty, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor: Drs. H. Abdul Malik, M.Pd. Co-advisor: Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd. Key Words: Language Style, Short Stories. Short stories including one that is at once literary fiction short story called built by two elements, namely elements of intrinsic and extrinsic. Element one intrinsic elements contained in the presence of short stories is a style of speech affects the value of a literary work style allows us to assess a person s personal character and ability who use the language self. In a book teaching style can Tarigan stylistic divide in to four large groups of many as 60 kinds of style. The purpose of the study is to the style of any language used by A.A. Navis in the fall of Surau our collection of short stories. The research object is a collection of short story surau of the works of A.A. Navis. Study is a qualitative descriptive methodie solving the problem by describing or depicting the state of object. The data source is a collection of short story Surau us fall of the works of A.A. Navis published in 2006. Techniques of data collection conducted in the study is engineering literature and short story analysis techniques. Based on the results of research in the short story collection fall of Surau the found use of language style as follows: (a) comparison of speech includes the parable, personification, antithesis, perifrasis; (b) includes hyperbole stylistic clash, climax, anticlimax; (c) the junction includes euphemism style, epithet, asindeton; (d) the loop includes epizeukis style, tautotes, anaphora, epistrofa, epanalepsis, anadiplosis.
1. Pendahuluan Wahyudi Siswanto (2008: 141-142) mengemukakan bahwa cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Cerpen merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek. Prosa rekaan yang pendek maksudnya yaitu masih mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit halaman. Karena pendek, permasalahan yang digarap tidak begitu kompleks. Biasanya menceritakan peristiwa atau kejadian sesaat. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan juga bahasa yang sederhana. Menurut Endah Tri Priyatni (1855: 126) cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Cerita pendek, selain kependekannya ditunjukkan oleh jumlah kata yang digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek. Peristiwa yang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan yang dalam. Cerpen dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik meliputi tokoh, setting atau latar, alur atau plot, gaya bahasa dan sudut pandang pengarang. Unsur ekstrinsik meliputi latar belakang sosio budaya, dan aspek psikologis (Endah Tri Priyatni, 1855: 151-158). Tarigan (2009: 4) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Tarigan (2009: 5) membagi gaya bahasa menjadi empat kelompok, yaitu: gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan.
2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu objek. Menurut Hadari Nawawi dalam Siswantoro (2010: 56) metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian Kualitatif menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata, gambaran, dan bukan angka-angka (Moloeng, 2000: 3). 3. Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami, ditemukan sebanyak 16 penggunaan gaya bahasa dengan pemakaian keseluruhan gaya bahasa sebanyak 155 gaya bahasa. Gaya bahasa perumpamaan 22, personifikasi 5, antitesis 4, perifrasis 1, hiperbola 38, klimaks 7, antiklimaks 8, eufemisme 7, epitet 6, asindeton 12, epizeukis 4, tautotes 1, anafora 26, epistrofa 1, epanalepsis 12, anadiplosis 1. 4. Simpulan dan Rekomendasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami yaitu sebanyak 16 penggunaan gaya bahasa dengan pemakaian keseluruhan gaya bahasa sebanyak 155 gaya bahasa. Adapun rekomendasi yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu untuk guru, siswa, dan pembaca umum. Untuk guru yaitu untuk memberikan umpan balik kepada siswa untuk menyikapi secara positif penggunaan gaya bahasa yang disampaikan agar dapat dijadikan penambahan penguasaan gaya bahasa pada siswa. Untuk siswa yaitu menambah referensi bagi siswa dalam menganalisis gaya bahasa karya sastra. Untuk pembaca umum yaitu supaya bisa menghayati kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami berdasarkan deskripsi penelitian yang telah peneliti lakukan.
DAFTAR PUSTAKA Moloeng, Lexi. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya Priyatni, Endah Tri. 1855. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT Bumi Aksara Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tarigan, Henry Guntur. 2009. Bandung Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa