BAB V. Simpulan dan Saran. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti pada bab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

WAWANCARA NARASUMBER KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENAGIHAN AKTIF HUTANG WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR TIMUR

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB I PENDAHULUAN. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak berperan penting dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB III METODE PENELITIAN. bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Wajib Pajak dalam membayar kewajiban PBB-nya maka daerah tersebut. berpotensi dapat mengalami kemajuan sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

ANALISIS PROSEDUR PELAKSANAAN PENAGIHAN PPh BADAN DENGAN SURAT PAKSA, GUNA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA

BAB III METODE PENELITIAN. Raya Ngabul Km. 9 Ngabul, Kec. Tahunan, Jepara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara)

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

ANALISA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK GUNA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PANCORAN JAKARTA SELATAN

RIFARI WIDYA KUSUMO NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Instansi

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

DAFTAR PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK 100 WP PENUNGGAK PAJAK TERBESAR BULAN :... TAHUN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

Restika Purnawardhani Sri Mangesti Rahayu Amirudin Jauhari

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

Transkripsi:

BAB V Simpulan dan Saran 1.1 Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Semua prosedur kerja penagihan aktif di KPP Pratama Gorontalo telah dilakukan sesuai dengan Standard Operating Procedures yang ditetapkan oleh Direkrtorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2. Penagihan aktif dengan surat teguran, surat paksa, mengalami peningkatan yang berfluktuasi dari tahun 2010, 2011, dan 2012 baik dari segi jumlah lembar surat paksa maupun nilai tunggakan pajak yang tertera dalam surat teguran dan surat paksa. Begitu pula dengan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa yang juga mengalami peningkatan baik dari segi jumlah lembar pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa maupun nilai pencairan tunggakan pajaknya dalam surat paksa. Untuk Surat Perintah Melakukan Penyitaan, jika ditinjau dari segi lembar, maka tidak ada pergeseran yang berarti, dan jika ditinjau dari segi nominal, pada tahun 2011, SPMP mempunyai nilai cukup besar yaitu Rp. 1,012,491,000. 3. Penagihan aktif dengan surat teguran tergolong tidak efektif dengan persentase 37.25% pada tahun 2010, 35.49% pada tahun 2011 dan 12.23% pada tahun 2012. Untuk surat paksa di KPP Pratama Gorontalo juga tergolong tidak efektif dengan persentase 22.34% pada tahun 2010, 32.16% pada tahun 2011, dan 19.05% pada 81 tahun 2012. Hal tersebut umumnya disebakan oleh kesadaran wajib pajak di

Gorontalo masih cukup rendah. Penagihan aktif dengan Surat Perintah Melakukan Penyitaan tergolong efektif dengan persentase tahun 2011 sebesar 63.46% dan tahun 2012 sebesar 100%, karena Wajib Pajak takut barang miliknya akan dilelang dan kredibilitasnya akan tercoreng akibat terblow up di media massa. Namun SPMP untuk tindakan sita tidak selalu diterbitkan karena jurusita memlilih menggunakan cara-cara alternatif untuk mengupayakan pencairan pajak, itulah mengapa pada tahun 2010 SPMP untuk tindakan sita tidak terbitkan. 4. Kontribusi Penagihan aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak masih berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 menunjukkan persentase sebesar 15.87% dengan criteria Kurang dan pada tahun 2011 naik sebesar 68.41% dengan kriteria Sangat Baik dan pada tahun 2012 turun kembali pada kriteria kurang dengan persentase sebesar 15.82%. Di antara tahun-tahun tersebut, tahun 2011 dikatakan mempunyai hasil paling baik, karena pada saat itu tindakan penagihan aktif sangat digencarkan dengan menggunakan 3 orang jurusita sekaligus. 5. Ditinjau dari segi pencapaian target, Seksi Penagihan hampir setiap tahunnya selalu mencapai target. Pada tahun 2010 persentase pencapaian sebesar 114.43% dan pada tahun 2011 perseentase menunjukkan angka 97.75% sedangkan tahun 2012 menunjukkan angka sebesar 115.14%. 6. Kontribusi Penagihan aktif terhadap Penerimaan Pajak secara umum tergolong masih dalam kriteria sangat kurang dengan persepntase 0.16% pada tahun 2010, 0.75% pada tahun 2011 dan 0.22% pada tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan tindakan penagihan aktif masih belum efektif dilakukan, yang sebagian besar faktor

ketidakefektivannya, disumbangkan oleh kesadaran wajib pajak yang masih rendah dan beberapa kendala-kendala internal yang terjadi di KPP Pratama Gorontalo. 1.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang membuat harus dilakukannya penelitian selanjutnya. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini hanya berfokus pada efektivitas penagihan aktif, sedangkan untuk hasil yang lebih general bisa ditambahkan dengan keseluruhan bentuk penagihan yang ada di KPP Pratama Gorontalo termasuk penagihan pasif. 2. Penelitian ini tidak meninjau langsung ke wajib pajak dalam hal mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan ketidakefektivan beberapa jenis tindaan penagihan aktif. Peneliti hanya meninjau langsung ke dalam KPP Pratama Gorontalo melalui wawancara kepada Jurusita yang ada di KPP Pratama Gorontalo. Peneliti berharap, akan ada penelitian selanjutnya yang mengangkat hasil penelitian ini sebagai latar belakang permasalahnnya, dan menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk melihat lebih jauh dan dapat meninjau secara langsung karakteristik Wajib Pajak Gorontalo yang mempunyai tunggakan pajak dan mencari tahu lebih spesifik mengenai faktor-faktor yang membuat mereka mengabaikan kewajiban perpajakannya.

1.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu penagihan aktif dengan surat teguran dan surat paksa dalam pelaksanaannya belum efektif dan surat perintah melakukan penyitaan efektif tapi masih belum efektif dalam segi jumlah penerbitan, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut. 1. Jurusita perlu mempelajari karakteristik wajib pajak agar dapat mengetahui cara paling efektif untuk melakukan penagihan yang bersifat persuasif terhadap penunggak pajak. 2. Jurusita perlu bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mempermudah aksesnya menagih tunggakan pajak terhadap wajib pajak. 3. Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan perekrutan pegawai sebagai Jurusita Pajak yang baru untuk menambah kemampuan kantor pajak menjangkau keberadaan wajib pajak yang tersebar di seluruh penjuru provinsi Gorontalo. Mengingat wilayah Provinsi Gorontalo sangatlah luas. 4. Upgrade dan Maintenance SIDJP secara berkala harus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Pemberian diklat kepada pegawai tentang SIDJP agar sistem tersebut dapat berfungsi secara optimal. 5. Direktorat Jenderal Pajak perlu untuk menggencarkan sosialisasi perpajakan terhadap wajib pajak tentang peraturan-peraturan perpajakan yang dikemas dengan hiburan yang menarik agar wajib pajak tertarik untuk mengikuti sosialisasi tersebut dan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak meningkat.

6. Direktorat Jenderal Pajak perlu melibatkan mahasiswa dengan cara bekerja sama dengan organisasi intra kampus untuk ikut mensosialisikan peraturan pajak dan pentingnya pajak bagi kehidupan bernegara. 7. Perlunya payung hukum yang kuat untuk memperkuat posisi penagihan aktif di mata hukum dan pemberian sanksi tegas kepada penunggak pajak yang tidak mengindahkan peraturan perpajakan. Selain itu, perlunya pembaharuan Undang- Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP) mengingat UU PPSP yang masih digunakan hingga saat ini, dibuat pada tahun 2000. Untuk itu, UU PPSP perlu disesuaikan dengan keadaan yang sudah sangat berkembang saat ini. 8. Diharapkan penagihan aktif dapat lebih berperan dalam memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak dalam rangka pencapaian target penerimaan pajak di KPP Pratama Gorontalo.