INTEGRASI USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK SAPI POTONG PADA EKOSISTEM PERTANIAN LAHAN PESISIR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

III KERANGKA PEMIKIRAN

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

IV. METODE PENELITIAN

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERLUASAN AREAL UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK KERBAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SILABUS MATAKULIAH USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Transkripsi:

INTEGRASI USAHATANI TANAMAN DAN TERNAK SAPI POTONG PADA EKOSISTEM PERTANIAN LAHAN PESISIR RINI WIDIATI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta X. Fauna No. 3, Karangmalang, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menentukan optimalisasi sumberdaya rumahtangga tani petemak sapi potong di daerah ekosistem pertanian lahan pesisir. Penelitian dilakukan dengan metode survei kepada 50 rumahtangga petani ternak sapi potong sampel yang diambil secara purposive sampling dari dua desa di Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, selanjutnya data yang telah ditabulasi dianalisa secara kuantitatif menggunakan model linier programing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kondisi teknologi yang dikuasai petani, hasil solusi optimal menunjukkan bahwa petani peternak mampu mengolah lahan pasir seluas 2370 m2 dan memelihara temak sapi induk lokal 1,50 UT. Berdasarkan cash flow selama 3 tahun mampu menghasilkan 0,682 UT anak betina pengganti induk dan anak jantan 0,599 UT. Kemampuan memelihara temak sapi potong maksimal dari musim ke musim sebesar 2,489 UT. Alokasi sumberdaya optimal pada kondisi petani dapat meningkatkan pendapatan 16,44% dibanding rata-rata hasil survei. Pengembangan teknologi dalam sistem integrasi tanaman dan ternak harus disesuaikan dengan kemampuan sosio biofisik lingkungannya. Kata kunci : Usahatani, integrasi tanaman dan sapi potong, alokasi sumberdaya optimal, linier programing, ekosistem pesisir PENDAHULUAN Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin meluasnya penggunaan lahan pertanian untuk berbagai kepentingan industri, rata-rata pemilikan lahan pertanian semakin sempit dan pendapatan petani semakin kecil. Kondisi tersebut mengakibatkan isu kemiskinan dan katahanan pangan menjadi persoalan utama bagi petani kecil. Keterbatasan lahan pertanian yang subur, pembangunan pertanian telah mengarah pada pengembangan lahan tadah hujan atau lahan kering, dan lahan marjinal termasuk ekosistem pertanian kawasan pesisir yang merupakan lahan pasir. Menurut DEVENDRA (2006), pada area trersebut di Asia Tenggara termasuk Indonesia terdapat populasi ternak ruminansia yang besar seperti sapi, kerbau, domba dan kambing. Demikian juga populasi ternak non ruminansia seperti babi dan unggas. Sistem usahatani tanaman dan ternak telah umum dilakukan oleh petani dalam rangka untuk meningkatkan produksi pangan, ketahanan pangan dan mencukupi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sampai dengan saat ini hampir semua ternak sapi potong di Indonesia diusahakan petani dengan skala kecil-kecil sebagai usaha penunjang dan pelengkap usahataninya (WIDIATI, 2003). Di sisi lain permintaan akan daging sapi sebagai produk sapi potong terus meningkat melebihi peningkatan suplainya atau populasinya (DIRJEN PETERNAKAN, 2006). Pengembangan integrasi sistem produksi tanaman dan ternak sapi potong mempunyai peluang pasar dan dapat menjadi program untuk pengentasan kemiskinan di pedesaan. Sistem integrasi tanaman, ternak dan perikanan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan serta dalam rangka menuju pertanian berkelanjutan sudah dipromosikan melalui program FAO sejak tahun 1978 (REYES, 1980). Integrasi usahatani tanaman dan ternak memberikan kontribusi dalam pengolahan lahan pertanian melalui tenaga ternak dan pupuk kandang yang dapat meningkatkan kesuburan tanah serta dapat mengkonversi sisa-sisa hasil tanaman pertanian untuk produksi ternak. Kenyataannya pada bentanglahan pasir, sangat miskin akan unsur hara sehingga tanpa adanya suplai pupuk kandang maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian MUSOFI (2006) penggunaan pupuk kandang pada 273

tanaman padi, cabe, dan bawang merah memberikan peningkatan produksi yang signifikan dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk kimia. Kendala yang dialami dalam mengembangkan sistem integrasi tanaman dan ternak di daerah tadah hujan atau lahan kering di Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah sering terjadinya musim kering yang panjang (5-7 bulan), hat ini menyebabkan kendala dalam pemenuhan hijauan pakan ternak atau stocking rate tinggi bervariasi 1,3-4,0 per unit ternak, demikian juga problem mengenai efisiensi dan proteksi penggunaan sumberdaya alam pada area tersebut (DEVENDRA, 2006). Secara mikro pada petani kecil dengan pemilikan lahan yang semakin sempit dan kendala biofisik yang dihadapi, keterbatasan modal, dan kemampuan SDM dalam mengelola sumberdaya mengharuskan sistem integrasi usahatani tanaman dan ternak yang efisien atau optimal dalam mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan kondisi sosio-biofisik lingkungannya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini difokuskan pada optimalisasi penggunaan sumberdaya petani melalui integrasi usahatani tanaman dan ternak sapi potong pada ekosistem pertanian lahan pesisir untuk memaksimumkan pemenuhan kebutuhan keluarga atau pendapatan petani dengan mempertimbangkan kondisi potensi sosiobiofisik lingkungannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada wilayah bentanglahan pesisir di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta pada Desember 1999 sampai dengan Juni 2000. Metode survei yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada responden terpilih, menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling diambil 50 responden petani di lokasi penelitian yang memiliki minimal 1 ekor induk sapi potong. Kuesioner yang disusun berisi tentang : 1. Identitas rumahtangga petani, aktivitas produksi usahatani dan luar usahatani serta aktivitas konsumsi. 2. Kondisi potensi sosio-bio (agro) fisik lokasi : penggunaan lahan, pola tanam dan intensitas tanam, lama musim tanam dan ketersediaan air serta sumbernya. 3. Pelaksanaan sistem usahatani tanaman dan ternak di lokasi penelitian, seperti budaya aktivitas produksi termasuk penggunaan input/faktor produksi atau sumberdaya dan sumbernya, besarnya produk atau output, pemasaran, dan konsumsi keluarga petani. 4. Jenis ternak sapi potong, dan performance teknis usahatani ternak. Data yang terkumpul digunakan untuk mengukur masukan dan keluaran serta kendala-kendala dalam melaksanakan aktivitas integrasi tanaman dan ternak berdasarkan kondisi saat ini ( exsixting condition). Unit analisis yang digunakan bersifat mikro dengan pendekatan rumahtangga petani bertujuan ekonomi dan berbasis sosiobio/agrofisik. Analisis dengan pendekatan rumahtangga petani berdasarkan SINGH et al. (1986) secara garis besar mendasarkan bahwa petani sebagai produsen dan juga sebagai konsumen. Sebagai produsen mereka hanya memiliki sumberdaya lahan dan tenaga kerja yang terbatas untuk dialokasikan guna memenuhi kebutuhan konsumsinya. Sebagai konsumen mereka dibatasi oleh pendapatan yang dapat dicapai dari berbagai aktivitas yang memungkinkan untuk dilakukan seperti aktivitas produksi tanaman dan ternak, serta aktivitas luar usahataninya. Rumahtangga petani sebagai produsen dalam melakukan berbagai aktivitas produksi dibatasi oleh kendala-kendala sumberdaya dan sebagai konsumen dibatasi oleh pendapatannya. Analisis yang dapat mencakup adanya kendala-kendala untuk melakukan berbagai aktivitas yang saling kait mengkait guna memaksimumkan fungsi tujuan adalah analisis linier programing (LP) (BENEKE dan WINTEBOER, 1982). Analisis LP merupakan analisis normatif yang mampu menangkap keragaman peubah kendala (lahan, tenaga kerja, modal) dan keragaman aktivitas produksi seperti tanaman, temak dan aktivitas lainnya guna memaksimumkan tujuan, yaitu pendapatan dan atau pemenuhan konsumsi rumahtangga petani. Secara normatif hasil analisis LP 2 74

akan memberikan petunjuk apa yang seharusnya dilakukan jika telah ditentukan (1) tujuan, (2) kendala-kendala, dan (3) alternatifalternatif aktivitas untuk mencapai tujuan tersebut (BENEKE dan WINTEBOER, 1973 ; DOLL dan ORAZEM, 1978). Model matematis sistem integrasi usahatani tanaman dan ternak ke dalam bentuk LP adalah sebagai berikut : Maksimum : 9 n 9 m Z=- E Y_ C ij Xij + E E Cik Xik i=1 j=1 i=1 k=1 Kendala (1). aij dan aik (3).-Yi(j+1)k + 1 1 (4). Xijk Dimana : Z = Pendapatan rumahtangga petani = Penerimaan-pengeluaran biaya-biaya Cij = harga input yang dibeli untuk aktivitas produksi (tanaman, ternak, kesempatan kerja luar usahatani) ke j, pada periode waktu atau musim ke i Xij = Aktivitas produksi ke j, pada periode waktu atau musim ke i Cik = Harga output atau produk k pada periode waktu atau musim ke i Xik = Aktivitas konsumsi dan pemasaran produk k yang diproduksi sendiri pada periode waktu atau musim ke i aij = koefisien input-output dari aktivitas produksi ke j pada periode waktu atau musim ke i aik = Koefisien input-output konsumsi dan pemasaran produk k pada periode waktu atau musim ke i biq = kendala ketersediaan atau suplai sumberdaya q yang dapat digunakan untuk aktivitas produksi ke j atau untuk aktivitas konsumsi/pemasaran ke k pada musim ke i. (q = 1,2,3 S) Yi(j+1) k = Transfer produk yang dihasilkan dari aktivitas produksi ke j yang digunakan untuk aktivitas j + 1, atau dijual sebagai produk k pada musim ke i i = 1,2,3 9 (model ini merupakan cash flow dengan periode waktu 3 tahun, setiap tahun dibagi tiga musim @ 4 bulan,sehingga secara keseluruhan terdapat 9 periode waktu) Xijk = Aktivitas produksi ke j, jenis produk yang dihasilkan k pada periode waktu atau musim ke i. Transfer produk dapat menangkap kait mengkait penggunaan sumberdaya dalam integrasi aktivitas produksi tanaman dan ternak serta aktivitas lainnya untuk menghasilkan alokasi sumberdaya yang optimal. Model LP dapat disusun dalam bentuk matrik sesuai dengan jumlah aktivitas dan kendala yang dipertimbangkan masuk ke dalam model (BENEKE dan WINTEBOER, 1973). Penyelesaian analisis untuk memperoleh solusi optimal yaitu pendapatan rumahtangga petani yang maksimal,, menggunakan bantuan computer. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumahtangga petani ternak sapi potong di lokasi penelitian Hasil survei terhadap responden menunjukkan bahwa rata-rata umur kepala rumahtangga petani 52,11 tahun, pendidikan formal 6,38 tahun yang berarti rata-rata lulus sekolah dasar. Jumlah anggota keluarga 4,2 orang, sedangkan tenaga kerja yang produktif mampu melakukan aktivitas produksi sebesar 1,89 HOK. Satu HOK bekerja 8 jam per hari. Luas lahan garapan untuk tanaman pertanian sebesar 2.070 m2 dan luas tanaman rumput unggul rata-rata hanya 300 m2. Rata-rata pemilikan ternak sapi potong 1,51 unit ternak (UT) dengan pengalaman beternak sapi potong 17,1 tahun. Enam puluh dua persen dari responden mempunyai pekerjaan di luar usahatani antara lain sebagai buruhtani, buruh bangunan dan lainnya, bardagang, dan PNS termasuk pamong desa. Sisanya (38%) tidak mempunyai pekerjaan luar usahatani. Berdasarkan hasil survei dari responden ratarata mereka mempunyai kesempatan kerja luar usahatani 112,2 HOK per tahun, paling besar pada musim kemarau mereka mencari kerja luar usahatani ke luar daerahnya. Rata-rata pendapatan per HOK Rp. 15.260,00 (harga beras pada saat penelitian sekitar Rp. 2.500,00/kg). 27 5

Kondisi potensi biofisik lokasi Kondisi wilayah merupakan dataran pantai pesisir dengan lahan pertanian lahan kering (tegalan). Ketinggian 0-15 m diatas permukaan air laut, dan curah hujan sebesar 1.826 mm/ tahun, dengan jumlah hujan kurang dari 60 mm selama 5 bulan. Lahan garapan petani umumnya merupakan tanah Paku Alam (PA Ground) yang merupakan hamparan luas. Kemampuan untuk menggarap luas lahan garapan tergantung pada ketersediaan tenaga kerja keluarga. Umumnya dalam menggarap lahan pertanian hanya menggunakan tenaga kerja keluarga sendiri. Jenis tanaman yang diusahakan di lokasi pantai pesisir umumnya adalah cabe dan atau semangka serta rumput unggul umumnya juga ditanam di sebagian lahannya. Komoditi tersebut merupakan komoditi komersiil yang mempunyai peluang pasar, meskipun demikian dalam operasionalnya mereka harus menggunakan input teknologi seperti bibit, pestisida dan pupuk. Penggunaan pupuk kandang merupakan syarat keharusan agar tanaman bisa tumbuh dengan baik di lahan pasir. Oleh karena itu umumnya mereka memelihara sapi untuk dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk kandang. Musim tanam 2-3 kali dalam 1 tahun, dengan sumber air berasal dari sumur pompa yang airnya didistribusikan melalui model sumur renteng yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun. Dari pola tanam tersebut dapat dihitung masukan dan keluaran usatani tanaman. dari ternak mereka sendiri. Namun demikian apabila dirasa ada kekurangan, mereka akan membeli pupuk kandang dari tempat lain. Hasil yang diharapkan dari usahatani tanaman disamping hasil pokok, juga basil sampingan yang berupa hijauan pakan ternak. Produksi cabe di lokasi penelitian rata-rata mencapai 98,93 kw/ha, sedangkan semangka 343,98 kw/ha dan produksi rumput unggul 257,84 kw/ha per tahun. Sesuai dengan perilaku peternakan rakyat secara umum, mereka hanya sedikit membeli input terutama input pakan ternak, karena terkendala dengan modal yang kecil. Pemenuhan kebutuhan pakan ternak yang berupa hijauan dipenuhi dari rumput lapangan di sela-sela tanaman cabe dan semangka atau di tanah lapang dan juga beberapa peternak menanam rumput unggul di sebagian lahannya. Untuk pakan konsentrat sebagai pakan tambahan, mereka akan membeli apabila mempunyai uang, sehingga pembelian tidak kontinyu. Bangsa sapi sebagian besar sapi lokal atau peranakan Ongole (PO), dan sebagian kecil sapi unggul peranakan Simmental Ongole (Simpo). Rata-rata calving interval induk sapi lokal (PO) adalah 17,32 bulan dan sapi unggul (Simpo) 15,95 bulan. Mereka umumnya menjual basil berupa anak sapi rata-rata umur 6,2 bulan untuk sapi lokal dan 6,8 bulan untuk sapi unggul. Beberapa peternak juga mengusahakan pembesaran sapi jantan dengan lama pemeliharaan 6,78 bulan untuk sapi lokal dan 5,21 bulan sapi unggul. Ini menunjukkan bahwa ternak sapi merupakan sumber uang kas bagi rumahtangga petani. Pelaksanaan aktivitas usahatani tanaman dan ternak sapi potong Operasionalisasi usahatani tanaman dan ternak sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau ketersediaan sumberdaya petani. Petani berusaha menerapkan teknologi usahatani yang dapat dijangkau sesuai dengan kemampuan yang dikuasainya. Budidaya tanaman pertanian yang dominan di lokasi penelitian adalah tanaman cabe dan semangka yang merupakan tanaman komersial. Oleh karena itu mereka umumnya membeli input bibit, pestisida, dan pupuk kimia. Sedangkan pupuk kandang sebagian besar tidak membeli tetapi berasal Aktivitas konsumsi Secara garis besar pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pangan dan non pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani peternak sapi potong dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya berasal dari berbagai sumber dari basil produksi sendiri dan membeli. Pada umumnya pangan pokok mereka adalah beras dengan membeli, karena tanaman mereka bukan padi. Rata-rata pengeluaran konsumsi per rumahtangga tani sebesar Rp. 1.257.370,00/musim atau Rp. 3.143.42,50/bulan (pada saat penelitian tahun 1999/2000 nilai tukar $1 sekitar Rp. 8.000,00). 2 7 6

Dengan asumsi bahwa semua pendapatan petani habis dikonsumsi, maka hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diutarakan UDO (2002), bahwa 1200 juta orang penduduk di dunia ketiga termasuk Indonesia hidup dengan pendapatan kurang dari $1 dan 1600 juta orang dengan pendapatan $1 - $2 per hari, penduduk tersebut termasuk kategori miskin. Dari jumlah tersebut sekitar 25% -nya memelihara ternak, oleh karena itu pengembangan sistem integrasi usahatani tanaman dan ternak perlu mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional. Alokasi sumberdaya optimal untuk memaksimumkan pendapatan Kendala pokok yang dihadapi dalam sistem integrasi tanaman dan ternak adalah sumberdaya lahan, jumlah ternak sapi dan modal. Hasil solusi optimal dengan model analisis LP pada kondisi petani seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dengan kondisi teknologi yang diterapkan petani, sapi unggul tidak disarankan untuk dipelihara karena keterbatasan sumberdaya pakan dan modal, demikian pula pola tanaman semangka. Alokasi sumberdaya optimal menunjukkan bahwa mereka mampu menggarap lahan seluas 2370 m2, dan memelihara ternak sapi potong 1,5 UT sapi induk. Aktivitas tersebut secara optimal selama 3 tahun dapat menghasilkan 0,682 UT betina pengganti induk dan 0,599 UT anak jantan. Terkait dengan ketersediaan pakan dan modal, anak sapi jantan sebagian harus dijual pada umur 11 bulan, sebagian lagi dapat dibesarkan sampai umur 19 bulan. Kemampuan memelihara ternak sapi potong maksimal dari musim ke musim sebesar 2,489 UT. Pendapatan maksimum yang merupakan cash flow 3 tahun sebesar Rp. 14.169.130,00 atau rata-rata Rp. 4.723.043,00/tahun per rumahtangga tani. Dibandingkan dengan pendapatan petani rata-rata survei adalah sebesar Rp. 4.056.032,00/tahun maka dengan perbaikan alokasi sumberdaya optimal ada kenaikan pendapatan sebesar 16,44%. Tabel 1. Uraian : Alokasi sumberdaya optimal dan pendapatan maksimum yang dapat dicapai rumahtangga pertanian pada ekosistem lahan pesisir di Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo DIY* ) Aktivitas pertanian: I. Luas garapan (m) 2370 2 Pola tanam optimal : Cabe (m) 2070 Rumput unggul (m2) 300 3. Penggunaan pupuk kandang (ton/tahun) 4,99 Aktivitas petemakan : 1. Jumlah optimal dan jenis sapi induk lokal (UT) 1,50 Anak jantan optimal (UT) 0,307 Anak betina optimal (UT) 0,682 2. Umur optimal penjualan anak : Anak jantan (bulan) 11-19 Anak Betina sebagai pengganti induk (bulan) 19 3. Beli hijauan dari musim ke musim sepanjang tahun Minimal (kw/tdn sapi)/musim atau 4 bulan 1,15 Maksimal (kw/tdn sapi)/musim atau 4 bulan 8,49 Penggunaan tenaga kerja keluarga (HOK/musim atau 4 bulan) : 1. Aktivitas tanaman dan sapi (minimum - maksimum) 66-189 2. Aktivitas kerj a luar usahatani (minimum - maksimum) 33-37,4 Kebutuhan/penggunaan modal : 1. Modal untuk usahatani tanaman dan ternak sapi potong (Rp. 000) 5760 Pendapatan maksimal pada solusi optimal (Rp. 000/tahun/per rumahtangga tani) 4723,043 Keterangan : *Data pada tahun 2000 2 7 7

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dengan analisis normatif model LP dapat disimpulkan bahwa secara umum petani miskin akan sumberdaya sehingga mereka selalu mengintegrasikan aktivitasnya khususnya tanaman dan ternak sapi potong dengan tujuan untuk memaksimumkan pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Usahatani ternak sapi potong meskipun skala kecil mempunyai peranan penting dalam kehidupan petani karena diantara aktivitas-aktivitas dalam integrasi tanaman dan ternak saling mendukung dan tergantung satu sama lain sehingga dapat memberikan nilai tambah. Berdasarkan kondisi petani yang ada, pengolahan lahan pasir seluas 2370 m 2 dan pemeliharaan ternak sapi induk 1,50 UT selama 3 tahun mampu menghasilkan 0,682 UT anak betina pengganti induk umur 19 bulan dan anak jantan 0,599 UT. Kemampuan memelihara ternak sapi potong maksimal dari musim ke musim sebesar 2,489 UT. Pendapatan maksimum pada alokasi sumberdaya optimal dapat dicapai sebesar Rp. 4.723. 043/tahun per rumahtangga tani, Ada kenaikan pendapatan sebesar 16,44% diban-ding ratarata hasil survei. Pengembangan teknologi dalam sistem integrasi tanaman dan ternak harus disesuaikan dengan kemampuan sosio biofisik lingkungan. DIR.IEN PETERNAKAN. 2006. Statistical on livestock. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI. Jakarta. DOLL, J.F. and ORAZEM. 1978. Production economics, theory with applications. Grid Inc. Columbus, Ohio. MUSOFIE, A. 2006. Crop and livestock integrated farming in supporting of sustainable agriculture. In : Animal Production and Sustainable Agriculture in the Tropic. Proceedings of The 4' h International Seminar on Tropical Animal Production, Faculty of Animal Science Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia : 431-436. REYES, D.L. 1980. New FAO programmes on small farm management. In : Readings in Asian Farm Management. Singapore University Press :14-17. SINGH, L., L. SQUIRE and J. STRAUSS. 1986. Agricultural household model extensions, application and policy. The John Hopkins University Press, London.. UDo, H. 2002. A view livestock in resources-poor mixed farming systems. Invited Paper. The 3`d ISTAP Faculty of Animal Science, Gadjah Mada University, Yogyakarta. WIDIATI, R. 2003. Analisis linear programming usaha ternak sapi potong. Dalam: Sistem Rumahtangga Tani Berdasarkan Tipologi Wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA BENEKE, R.R. and R. WINTERBOER. 1973. Linear programming application to agriculture. The Iowa State University Press, Ames. DEVENDRA, C. 2006. Improvement of crop animal systems in rainfed agriculture in South East Asia-the CASREN project experience. In : Animal Production and Sustainable Agriculture in the Tropic. Proceedings of The 4'" International Seminar on Tropical Animal Production, Faculty of Animal Science Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia: 220-225. 2 7 8