TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Analisis Kecepatan Maju Traktor dan Putaran Pisau Pemotong Pada Pengeprasan Tebu Ratoon

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

DAYA DAN KUALITAS PEMOTONGAN TUNGGUL TEBU PADA BEBERAPA BENTUK PISAU DAN PITCH PEMOTONGANNYA SKRIPSI

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Jumlah serasah di lapangan

RONA TEKNIK PERTAI{IAN

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

ROI{A TEKNIK PERTAhIIAN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

TRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

Desain Alat Kepras Tebu dengan Tenaga Hand Traktor untuk Meningkatkan Mutu Tebu Keprasan ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F

IV. ANALISA PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

Pertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Batang Tebu. Sifat fisik dari serasah tebu merupakan syarat awal untuk kegiatan perancangan (desain)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mesin Pemanen Jagung Tipe mower

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

1. Pengujian Kuat Tarik Dahan Buah Jarak Pagar

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM UPAYA MEMBANTU PROSES PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN PADI

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ffiffi. ffiffiffi

PEMBAHASAN Aspek Teknis

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu yang ditanam di lahan baru atau bongkaran setelah panen. Lahan tersebut harus diolah dulu sebelum ditanami. Sedangkan Ratoon Cane adalah tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang tertinggal dalam tanah setelah tebu ditebang dan dikepras. Penanaman tebu dilakukan pada dua jenis lahan, yaitu lahan sawah atau bekas sawah (system reynoso) yang beririgasi dan lahan kering atau tegalan (rain fed system). Pada cara reynoso tanah yang diolah hanya di sekitar tempat yang akan ditanami tebu saja, sedangkan pada lahan kering tanah diolah secara keseluruhan. Penanaman bibit tebu di lahan kering dilakukan di dalam coklak atau juringan pada alur tanam. Penanaman tebu dapat dilakukan dengan cara meletakkan secara horizontal batang tebu yang memiliki mata tunas atau pucuk tunas yang sehat di atas permukaan tanah kemudian ditutup dengan tanah. Kemudian pemeliharaan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pembuangan daun yang sudah tua, dan pemberantasan hama penyakit. Proses pemanenan atau penebangan tebu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memungut hasil melalui pemotongan batang tebu pada bagian pangkal 10-20 cm dari permukaan guludan. Penebangan umumnya dilakukan secara manual menggunakan alat potong berupa golok atau sabit. Daun-daun yang kering dan klaras yang terdapat pada batang tebu dibersihkan terlebih dahulu. Selanjutnya pucuk batang tersebut dipotong, kemudian batang tebu yang telah dibersihkan ditumpuk pada satu barisan. Pengeprasan tebu merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul tebu setelah penebangan yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan (Koswara 1988). Saat ini pengeprasan tebu masih dilakukan secara manual menggunakan peralatan yang cukup sederhana berupa cangkul. Masalah yang timbul berkaitan dengan pengeprasan secara manual adalah ketersediaan

14 Three hitch point berfungsi untuk penggandengan peralatan atau implemen yang akan digunakan dengan traktor sehingga mempermudah dalam pengoperasian implemen di lahan. Daya yang dibutuhkan untuk mengangkat atau menggerakan Three hitch point didapat dari tenaga yang yang dihasilkan oleh pengangkat hidrolik yang terpasang pada bagian belakang traktor. Power Take Off (PTO) PTO adalah tambahan dalam alat penyalur tenaga suatu engine. PTO menggerakkan peralatan tambahan baik yang ditarik maupun yang digandeng pada traktor. PTO merupakan sumber tenaga putar yang dihasilkan dari transmisi engine melalui mekanisme tertentu. Pada umumnya PTO digerakkan oleh gear dari transmisinya dan menyalurkan tenaga melalui sebuah poros ke keluaran PTO dimana dipasangkan peralatan implemen yang akan digerakkan. Terdapat 3 macam PTO (Moedjiarto dan Irwanto 1983). a Transmission driven PTO bekerja hanya jika kopling mesin terpasang dan berhenti apabila kopling dalam keadaan bebas (mesin Stasioner) b Continuous running PTO Unit ini mempunyai 2 kopling yaitu untuk transmisi dan PTO. Kedua kopling ini bekerja dalam satu pengaturan. Sebagian mengatur kopling kopling transmisi dan sebagian lagi mengatur kopling PTO. Oleh karena itu PTO dapat dijalankan dengan transmisi tidak terpasang (jalan di tempat), tetapi transmisi ini tidak dapat dipasng lagi pada waktu PTO berjalan. c Independent PTO Tipe ini mempunyai pengaturan kopling tersendiri yang sama sekali terpisah dari kopling mesin dan transmisi. PTO dapat bekerja pada waktu mesin diberhentikan dan juga PTO dapat dipasang pada waktu mesin dalam keadaan bergerak. Dalam penyaluran tenaga dari PTO ke peralatan yang akan digerakkan diperlukan suatu alat yang fleksibel yaitu universal joint. Universal joint ini diperlukan untuk menghubungkan dua buah poros yang berputar pada bidang

16 Perbedaannya hanya terletak pada ukuran lebar guludan, yakni guludan untuk R3 memiliki 85 cm, sedangkan untuk R1 dan R2 80 cm. Jarak pohon ke pohon guludan untuk ke tiga tanaman 135 cm, ketinggian guludan dan permukaan 20 cm dan lebar daerah tunggul yang harus dikepras 40 cm. Sedangkan posisi alur tebu tidak selalu lurus ditengah, simpangan berkisar antara 0-25 cm dari tengah. Jumlah tunggul rata-rata 4-12 tunggul perumpun. Penelitian Lisyanto (2007), lahan tebu PG Jatitujuh memiliki jenis tanah mediteran atau alvisol. Tahanan penetrasi merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menunjukkan kekerasan tanah yang dinyatakan dengan Cone Indeks (CI). Guludan R1 tahanan penetrasinya lebih rendah dibandingkan R2 dan R3. Pada kedalaman 10 cm tahanan penetrasi atau Cone Indeks rata-rata untuk guludan R1 adalah 3.6 kg cm -2, R2 adalah 4.7 kg cm -2 dan R3 adalah 4.5 kg cm -2. Pada kedalaman 15 cm, Cone Indeks rata-rata R1 adalah 4.1 kg cm -2, R2 adalah 7.3 kg cm -2 dan R3 adalah 6.3 kg cm -2. Sedangkan tahan geser rata-rata guludan tebu pada beban 10-30 kg dengan kedalaman 5 dan 10 cm untuk tanaman keprasan (R1, R2, dan R3) adalah 32.98 kg cm -2. Efek Ketajaman dan Sudut Kemiringan Pemotongan Pisau Pemotongan adalah proses pembagian benda solid secara mekanik sepanjang garis yang diinginkan dengan menggunakan alat pemotong (Persson 1987). Dalam beberapa kasus, pemotongan mempunyai istilah lain tergantung dengan alat apa dan bagaimana pemotongan dilakukan. Istilah tersebut antara lain mencacah (chopping), memangkas (Mowing), menggergaji (sawing), membelah (spliting), mengiris (slicing) dan sebagainya. Ketajaman (sharpness) dan keruncingan (finesess) merupakan dua sifat yang berbeda pada sebuah mata pisau (Gambar 15). Pisau dikatakan tajam (sharp) apabila pisau tersebut memiliki radius dan ketebalan mata pisau yang kecil, sedangkan dikatakan runcing (finesess) apabila pisau tersebut memiliki sudut mata pisau yang kecil. Kebalikan dari ketajaman adalah ketumpulan (dullness), sedangkan kebalikan dari keruncingan adalah tidak runcing (bluntness). Ketajaman mata pisau merupakan faktor penting dalam pemotongan material. Ketajaman memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan,

18 Disebut pemotongan lurus karena pemotongan dilakukan dengan cara memposisikan garis mata pisau tegak lurus terhadap arah gerak maju atau sering disebut dengan pemotongan tanpa sudut kemiringan pisau (Gambar 16a), sedangkan dikatakan pemotongan miring karena pemotongan dilakukan dengan cara memposisikan garis mata pisau tidak tegak lurus (membentuk sudut kemiringan) terhadap arah gerak maju pisau (Gambar 16b). Apabila referensi sudut kemiringan pisau (ANO) mengikuti Gambar 16b, yakni sudut 0 o dimulai dari sumbu Y, maka salah satu upaya untuk menurunkan gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX) dapat dilakukan dengan cara memperbesar sudut kemiringan pisau (ANO). Hal tersebut disebabkan semakin besar ANO maka lebar pemotongannya semakin kecil, sehingga gaya pemotongan yang dibutuhkan relatif rendah. Keterangan: a :MAL = 0.0289 g mm -1 kemiringan (slope) garis regresi = -1.44 N/derajat b :MAL = 0.0193 g mm -1 kemiringan (slope) garis regresi = -1.22 N/derajat a :MAL = 0.0096 g mm -1 kemiringan (slope) garis regresi = -1.43 N/derajat LTS = 1000(MAL/LWC)/MDS MAL = bobot material kering perunit panjang lapisan (g mm -1 ) MDS = densitas material solid = 1.45 mg mm -1 Gambar 17 Efek sudut kemiringan pisau (ANO) terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX) pada tiga Ketebalan lapisan Solid (LTS) yang berbeda (Persson 1987) Gambar 17 memperlihatkan bahwa pada pemotongan timothy berkadar air rata-rata 43%, lebar pemotongan rata-rata 11.1 mm, dan tingkat ketebalan lapisan solid material (LTS) yang berbeda, FOCSMX yang relatif rendah terjadi pada ANO sebesar 45 o (Persson 1987). Torsi dan Kecepatan Putar Pemotongan Torsi pemotongan merupakan hasil kali antara gaya yang diperlukan oleh mata pisau untuk melakukan pemotongan dan jari-jari atau radius putaran mata

pisau. Selanjutnya parameter torsi pemotongan tersebut dapat digunakan untuk menentukan besarnya gaya dan daya pemotongan (Lisyanto 2007). Untuk poros yang berputar, besarnya P (Watt) dipengaruhi oleh torsi (T) yang menyebabkan putaran dan kecepatan putaran : P 2 NT Di mana N adalah kecepatan putar poros (rpm) dan T adalah torsi (Nm) Chancellor (1957) diacu dalam Persson (1987) mengungkapkan bahwa peningkatan kecepatan potong pada mower dengan kisaran kecepatan antara 1.75 dan 5.2 m s -1 hanya memiliki efek yang relatif kecil terhadap peningkatan energi pemotongan untuk pemotongan batang timothy berkadar air 54%. (1)