FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

ABSTRAK FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGANDENGAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM LABUANG BAJI. Sunarti Abdullah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

ABSTRAK. : umur, riwayat seksual, kebiasaan merokok, BPH

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Maria Noviat Ngadha DJawa 1, H.Arham Alam 2, Yusran Haskas 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Hipertropi Prostat adalah penyakit yang biasa terjadi pada laki laki usia lanjut dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor obesitas, merokok, pola makan, dan aktifitas seksual dengan kejadian di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Metode penelitian: metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel ditarik secara accidental sampling dengan jumlah 40 responden sesuai dengan criteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukan dari 40 responden terdapat 70 % yang obesitas dan yang 30 % tidak obesitas. Terdapat 57,5 % yang merokok dan 42,5 % yang tidak merokok. Terdapat 57,5 % pola makan yang tidak sehat dan 42,5 % yang pola makannya sehat. Terdapat 55 % yang aktifitas seksualnya tidak teratur dan 45 % yang aktifitas seksual teratur. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas, merokok, pola makan, dan aktifitas seksual dengan kejadian Kata Kunci : Obesitas, Merokok, Pola Makan, Aktifitas Seksual dan Kejadian Hipertropi. PENDAHULUAN Hipertropi Prostat adalah penyakit yang biasa terjadi pada laki laki usia lanjut dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Faktor - faktor lain yang mempengaruhi BPH adalah obesitas, merokak, pola makan dan aktifitas seksual. Data dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di Indonesia menunjukkan kanker termasuk dalam 10 penyakit keganasan tersering pada pria. Di Sub bagian Urologi, bagian bedah FKUI/RSCM, selama periode 1995-1998 ditemukan rata-rata 17 kasus pertahun dan menduduki peringkat kedua setelah kanker buli-buli (kandung kemih). Beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa angka kejadian BPH meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasar hasil autopsi, 20 persen penderita BPH berusia antara 41 sampai 50 tahun, 50 persen berumur 51-60 tahun, dan lebih dari 90 persen berusia 80 tahun. Sayang, di Indonesia, kita tidak memiliki data atau angka kejadian yang pasti. Berdasarkan data yang penulis dapat dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2012 adalah 136 orang sedangkan pada tahun 2013 bulan januari sampe bulan febuari jumlah pasien mencapai 29 orang. Dari data tersebut telah terlihat bahwa terjadinya peningkatan kasus dalam tiap tahunnya. Berdasarkan prevalensi data tersebut, maka mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut dan menelusuri berbagai penyebab, memperdalam pemahaman mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampe Juli 2013 di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Populasi dari penelitian ini adalah semua laki- laki yang terkena penyakit di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Berdasarkan jumlah pasien pada Januari 2012 Febuari 2013, maka jumlah populasinya adalah 165 orang dengan Besar sampel yaitu 40 orang yang berkunjung di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan 610

pendekatan Cross Sectional Study. Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik accidental sampling, dalam hal ini, individu-individu mana yang dijadikan sampel adalah apa saja atau siapa saja yang kebetulan ditemui (Hariwijaya, 2011). Yang menjadi sampel adalah pasien yang berada di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang terkena pada saat penelitian berlangsung. Dengan kriteria inklusi yaitu Pasien yang menderita dan Pasien yang bersedia menjadi responden Pengumpulan data dan pengolahan data Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti kepada responden. Pengumpulan data melalui kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh dari instansi yang terkait yaitu di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan). Adapun langkah-langkah pengolahan data yaitu : 1. Selecting Selecting merupakan pemilihan data untuk mengklasifikasi data menurut kategori. 2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 3. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. 4. Tabulasi Data Setelah dilakukan editing dan coding dilanjutkan dengan pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifatsifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data a. Analisis Univariat. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi, mean, median dan modus. b. Analisis Bivariat. Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, SPSS 16,00. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertropi Prostat di Rumah Sakit Dr. Wahidin Hipertropi n (%) Hipertropi 24 60 16 40 40 100,0 Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 40 responden, responden yang menderita sebanyak 24 responden (60%), tidak 16 responden (6,5%). Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Obesitas di Rumah Sakit Dr. Wahidin Obesitas n (%) Obesitas 28 70 obesitas 12 30 40 100.0 Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 40 responden, responden yang obesitas sebanyak 28 responden (70%), dan tidak obesitas sebanyak 12 responden (30%). Tabel 3. Frekuensi Responden Berdasarkan Merokok di Rumah Sakit Dr. Wahidin Merokok n (%) Merokok 23 57.5 merokok 17 42.5 40 100.0 Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden yang merokok sebanyak 23 responden (57.5%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 17 responden (42.5%). Tabel 4. Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Pola makan n % sehat 23 57.5 Sehat 17 42.5 40 100.0 611

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden yang pola makannya tidak sehat sebanyak 23 responden (57.5%), sedangkan yang pola makannya sehat sebanyak 17 responden (42.5%). Tabel 5. Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Seksual di Rumah Sakit Dr. Wahidin Aktifitas seksual n % teratur 22 55 Teratut 18 45 40 100.0 Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden aktivitas seksual tidak teratur sebanyak 22 responden (55%), sedangkan yang tidak teratur sebanyak 18 responden (45%). Tabel 6. Tabulasi Silang Antara obesitas dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Hipertropi Obesitas obesitas 18 45.0 4 10.0 22 55.0 6 15.0 12 30.0 18 45.0 obesitas 24 60 16 40 40 100,0 p =0,002 Berdasarkan data pada tabel 6 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 22 responden (55.0%) yang Obesitas, dari 22 responden tersebut 18 responden (45.0%) yang dan 4 respondenn (10.0%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang tidak obesitas diantaranya terdapat 6 responden (15.0%) yang dan 12 responden (10.0%) yang tidak Berdasarkan uji statistik dengan chisquare diperoleh nilai p = 0,02 atau p > α yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Merokok dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Merokok Hipertropi Merokok 19 47.5 4 10 23 57.5 merokok 5 12.5 12 30 17 42.5 24 60 16 40 40 100,0 p =0,001 Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang merokok, dari 23 responden tersebut, 19 responden (47.5%) yang dan 4 responden (10%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang tidak meroko diantaranya terdapat 5 responden (12.5%) yang dan 12 responden (30%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,001 atau p < α yang artinya ada hubungan antara merokok dengan Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Pola Makan dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Hipertropi Pola Makan Sehat 21 52.5 2 5.0 23 57.5 Sehat 3 7.5 14 35.0 17 42.5 24 60 16 40 40 100,0 p =0,000 Berdasarkan data pada tabel 8 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang memiliki pola makan tidak sehat, dari 23 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 2 responden (5%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang pola makannya sehat, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 14 responden (35.0%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Aktivitas seksual dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 612

Aktivitas Seksual Teratur Hipertropi 21 52.5 1 2.5 22 55.0 Teratur 3 7.5 15 37.5 18 45.0 24 60 16 40 40 100,0 p =0,000 Berdasarkan data pada tabel 9 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti sterdapat 22 responden (57.5%) yang memiliki aktivitas seksual tidak teratur, dari 22 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 1 responden (2.5%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang aktivititas seksual teratur, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 15 responden (37.5%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara aktivitas seksual dengan PEMBAHASAN 1. Faktor Riwayat Penyakit Diabetes Melitus Berdasarkan data pada tabel 6 diteliti terdapat 22 responden (55.0%) yang Obesitas, dari 22 responden tersebut 18 responden (45.0%) yang dan 4 respondenn (10.0%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang tidak obesitas diantaranya terdapat 6 responden (15.0%) yang dan 12 responden (10.0%) yang tidak Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rezki Amalia obesitas disebabkan oleh karena ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dan keluar, serta kurang mengoptimalkan energi yang tersedia, pola makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat obesitas, penelitian membuktikan bahwa orang yang makan di restoran cepat saji secara teratur atau lebih dari dua kali dalam satu minggu memiliki perbedaan bermakna antara empat sampai lima kg berat badannya bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak makan direstoran cepat saji. dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,02 atau p < α yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hastuti Purnama Dewi (2011) pada pasien yang didiagnosa menderita kangker di Rumah Sakit Moewardi Surakarta yang menunjukkan bahwa 72% responden memiliki riwayat obesitas sebelumnya. Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan bahwa penumpukan lemak dalam tubuh dapat memicu pembentukan sel-sel Oleh sebab itu, pria obesitas memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa seorang laki-laki yang obesitas akan beresiko terkena Hal ini bisa disebabkan karena hampir semua kasus obesitas terjadi karena komsumsi lemak yang berlebihan. Sedangkan konsumsi lemak berlebihan pada penelitian saya sangat erat kaitannya dengan kejadian 2. Faktor Lingkungan Kerja Berdasarkan data pada tabel 7 diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang merokok, dari 23 responden tersebut, 19 responden (47.5%) yang dan 4 responden (10%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang tidak meroko diantaranya terdapat 5 responden (12.5%) yang dan 12 responden (30%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,001 atau p < α yang artinya ada hubungan antara merokok dengan Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Suheri (2009) yang menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden (88,8%) yang mengalami merupakan perokok aktif. Patric Davey (2010) yang mengatakan, kanker banyak diakibatka oleh radiasi dan polutan. Polusi industri, asap rokok, kendaraan dapat menjadi pemicu munculnya sel kanker. Berdasarkan pembahasan di atas peneliti berasumsi bahwa merokok dapat menyebabkan Sesuai dengan peringatan bahaya rokok yang mengatakan bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Rokok mengandung berbagai macam zat karsinogen yaitu zat yang dapat memicu timbulnya kanker. Begitu pula dengan 613

pembesaran, yang apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik, maka akan berkembang menjadi kanker. 3. Faktor Perilaku Merokok Berdasarkan data pada tabel 8 diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang memiliki pola makan tidak sehat, dari 23 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 2 responden (5%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang pola makannya sehat, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 14 responden (35.0%) yang tidak Pola makan merupakan changeble risk faktor terjadinya kanker, konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi utamanya lemak hewani akan meningkatkan resiko terkena kanker Peranan lemak dalam meningkatkan resiko kanker terjadi dengan beberapa mekanisme, pertama lemak dapat mempengaruhi kadar testoteron, suatu hormon yang diperlukan untuk sel - sel baik jinak maupun ganas. Pria yang mengkonsumsi sedikit lemak akan mempengaruhi kadar hormon testoteron yang relatif rendah, kedua lemak adalah sumber radikal bebas dan yang ketiga adalah hasil metabolis asam lemak merupakan zat karsinogenik contohnya asam tidak jenuh omega - 6 yang dapat memicu pertumbuhan kanker dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Ariadi (2011) tentang riwayat gizi penderita di sebuah Rumah sakit di Samarinda. Dalam penelitian ini ditemukan, 81 % penderita memiliki riwayat konsumsi lemak berlebihan. Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan bahwa, kebiasaan makan sehari-hari, terutama komsumsi lemak dalam jumlah yang banyak seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang barat, yang mengakibatkan perubahan metabolisme hormon, diperkirakan menjadi faktor yang berhubungan erat dengan kejadian kanker Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menarik asumsi bahwa pola makan yang tidak sehat dapat mempengaruhi terjadinya Pola makan yang tidak sehat seperti komsumsi lemak berlebihan merupakan faktor yang dapat mengganggu metabolisme dalm tubuh. Sehingga gangguan ini tentunya dapat mempengaruhi timbulnya sel-sel abnormal seperti pada 4. Faktor Perilaku Minum Alkohol Berdasarkan data pada tabel 9 diteliti terdapat 22 responden (57.5%) yang memiliki aktivitas seksual tidak teratur, 21 responden (52.5%) yang dan 1 responden (2.5%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang aktivititas seksual teratur, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 15 responden (37.5%) yang tidak Pembengkakan direalisasikan (disebabkan) dengan kegiatan seks berlebihan. Saat kegiatan seksual kelenjar mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi, jika suplai darah ke selalu tinggi, akan terjadi hambatan yang mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang berlebihan akan mengakibatkan infeksi yang meningkatkan BPH sehingga terjadilah prosta. Seks yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang pria menjadi kurus akibat ini terjadi karna tingginya intensitas seks yang dilakukan oleh pria tidak didukung dengan asupan makanan dan kecukupan latihan fisik yang baik. Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormone testoteron. dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara aktivitas seksual dengan Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Joice (2010) yang menemukan bahwa 65 % penderita memiliki kebiasaan seks yang buruk atau yang tidak teratur disebabkan karena kegiatan seks berlebihan. Shirley E. Otto (2005), telah dikemukakan beberapa faktor yang meningkatkan dan faktor pencetus seperti pengaruh genetik, riwayat aktivitas seksual, infeksi virus, 614

patogen tertentu, kadmium, bahan-bahan kimia industri dan urbanisasi. Dari penjelasan di atas maka peneliti dapat berasumsi bahwa kebiasaan seksual yang tidak teratur, dapat mempengaruhi timbulnya Ini bisa tertjadi karena, pada saat melakukan hubungan, maka kelenjar akan bekerja dalam membantu ereksi. Apabila kerja dari ini tidak teratur maka akan memicu gangguan pada sel dalam tersebut. Gangguan inilah yang berpotensi menimbulkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Ada Hubungan yang bermakna antara Obesitas dengan kejadian 2. Ada Hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian 3. Ada Hubungan yang bermakna antara Pola Makan dengan kejadian 4. Ada Hubungan yang bermakna antara Aktifitas Seksual dengan kejadian SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan,maka saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Disarankan bagi Dinas Kesehatan agar dapat meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kejadian yang berhubungan dengan serta dapat melakukan kegiatan monitoring prevalensi kejadian yang dilaksanakan secara berkesenambungan. 2. Disarankan bagi masyarakat lebih waspada terhadap kejadian terutama bagi laki laki yang berumur lebih dari 40 tahun. 3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tentang kejadian agar penelitian dapat dilakukan dalam skala besar dengan jumlah sampel yang besar dan tempat penelitian diperluas ke rumah sakit lainnya sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi. DAFTAR PUSTAKA Atika, Proverawaty. 2010, Obesitas dan Gangguan Prilaku, Yogyakarta : Maha Medika. Burnett, dkk. 2010, Panduan untuk Penderita Kanker Prostat, Jakarta : Permata Puri Media Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Bedah, Jakarta : Selemba Medika. Bustam, 2007, Epidemiologi Penyakot tidak Menular, Jakarta : Rineka. Danny, dkk. 2008, Ar A Glance Sistim Reproduksi. Ellizabet Aula, 2011, Skarang atau tidak sama sekali, Makassar. Muttaqin,Arif. Dkk, 2012, Asuhan Keperawatan Sistim Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Rahayu, 2009, Mengenal, Mencegah, dan Mengobati kanker, Viktory Inti Cipta. Sulistyoningsih, 2011, Gizi untuk Kesehatan Anak, Yogyakarta, Graha Ilmu. Tarwato, 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Verawaty, dkk., 2011, Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Pria, Bandung, Grafindo. Wim, 2004, Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup dan Dukungan Kelurga, Jakarta, Arcan. 615