STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

PENDAHULUAN Latar Belakang Susu sapi merupakan salah satu produk hasil peternakan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

IV. DATA STATISTIK PETERNAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan dalam rangka peningkatan pendapatan petani peternak, pemerataan kesempatan kerja, perekonomian dan pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam rangka pembangunan nasional pada umumnya merupakan program strategis yang perlu dikembangkan dalam bidang agribisnis melalui pola sistem pertanian terpadu (integrated farming system). Pada kenyataannya sektor pertanian dan sektor peternakan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dimana keduanya tidak akan terlepas dan saling melengkapi. Melihat potensi negara Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung merupakan peluang yang luas dalam melakukan usaha agribisnis pertanian dan peternakan. Angka statistik maupun hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa produk-produk industri peternakan dan bisnis di sektor peternakan telah menyumbangkan angka pertumbuhan ekonomi pertanian yang sangat mencolok. Melihat peluang yang besar tersebut sektor peternakan perlu mendapatkan perhatian khusus, dalam hal ini pemerintah sebagai lembaga institusi yang mempunyai peran penting dalam rangka menentukan kebijakan-kebijakan di sektor pertanian dan sektor peternakan pada khususnya dengan memberikan kesempatan yang luas kepada usaha kecil, menengah dan koperasi di bidang peternakan. khususnya petani peternak dimana mayoritas mereka mengandalkan tumpuan ekonominya pada sektor pertanian dan peternakan. Meskipun peluang yang besar terbuka luas dalam usaha bidang pertanian dan peternakan, kedua sektor tersebut mempunyai dinamika yang bervariasi dari waktu kewaktu. Khususnya sektor peternakan kendala dilapangan sangat bermacam-macam, mulai dan budi daya sampai proses pemasaran produk hasil peternakan (telur, daging, susu) yang banyak mengakibatkan bisnis peternakan terpuruk. Hal ini saya pikir karena ketergantungan terhadap luar negeri terlalu besar dan juga karena kesiapan mental yang kurang. Untuk itu pemikiran saya sebagai praktisi bidang pertanian dan peternakan dalam membangun dunia pertanian dan peternakan pada khususnya adalah dengan memperkokoh dan menyatukan visi dan misi yang sudah ada yaitu membangun dunia peternakan dalam rangka terwujudnya masyarakat yang sejahtera, sehat, produktif serta kreatif melalui pembangunan peternakan yang tangguh berbasis sumberdaya lokal yang terintegrasi yang mempunyai maksud memihak kepada rakyat, memanfaatkan potensi lokal dan memfasilitasi usaha peternakan rakyat. POLA PENGEMBANGAN PETERNAKAN INDONESIA Optimalisasi pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam dalam berbagai jenis usaha pertanian dan peternakan Melalui pola diversifikasi usaha peternakanpertanian (sistem pertanian terpadu). Pola tersebut berdasarkan pengalaman yang telah saya lakukan memberikan beberapa keuntungan dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam melakukan usaha pertanian-peternakan karena keduanya saling melengkapi. Contoh pola penerapan sistem pertanian terpadu: Diversifikasi peternakan ayam dengan ikan Pola ini menerapkan sistem dimana dalam satu lokasi terdapat dua jenis unit usaha yaitu ayam dengan ikan. Teknis pelaksanaannya yaitu membuat kolam ikan diantara kandang ayam. Keuntungan pola ini adalah dapat mengintensifikasikan lahan dan sekaligus mempunyai keuntungan dalam mengurangi suhu panas kandang ayam. Disisi lain feses ayam yang berada dibawah kandang dapat diternakkan hewan sejenis kecoa yang cocok untuk makanan ikan lele sebagai tambahan protein hewani. Diversifikasi sapi dengan lahan persawahan, perkebunan dan tambak Pola ini menerapkan sistem yang bertujuan untuk membantu memperbaiki struktur, tekstur, kimia dan mikrobiologi tanah dalam upaya melestarikan potensi sumberdaya alam untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian dalam menghasilkan pangan. Sebagai contoh hasil ikutan dari ternak berupa feses sapi yang ditambah dengan bahan lain seperti abu, serbuk gergaji, dan kalsit yang digunakan sebagai bahan pupuk organik Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 29

yang pengolahannya melalui proses pengomposan (pupuk kompos) atau menggunakan cacing sebagai pengurai (pupuk cascing) untuk pemenuhan pupuk tanaman padi, hortikultura, tanaman perkebunan. Lahan hijauan makanan ternak, dan mengolah lokasi tambak pada saat kering tambak, dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang semakin mahal dan dalam jangka waktu tertentu dapat merusak struktur dan komposisi lahan pertanian. Diversifikasi tanaman kakao dengan domba Pola ini menerapkan sistem dimana dalam satu lahan tanaman kakao digembalakan ternak domba, dengan tujuan ternak domba akan memperoleh hijauan makanan ternak berupa rumput-rumputan yang berada disekitar tanaman kakao tersebut dan memberikan keteduhan ternak domba saat digembalakan, karena sifat dari ternak domba yang tidak tahan terhadap sinar matahari secara langsung. Diversifikasi sapi perah dengan sapi potong Pola ini menerapkan sistem dimana dalam satu unit usaha sapi perah dapat diupayakan dua jenis produk yang dihasilkan yaitu susu dan daging. Sapi perah jantan yang dilahirkan dibesarkan sebagai sapi potong yang diambil dagingnya, sedangkan sapi betina dibesarkan untuk menjadi induk baru penghasil susu. Peningkatan skala kepemilikan dalam usaha peternakan Peternakan di Indonesia pada umumnya adalah peternakan rakyat yang mempunyai skala kepemilikan yang relatif sedikit, misalnya kepemilikan sapi perah, sapi potong, kambing dan domba, dalam satu keluarga hanya 2-3 ekor yang merupakan usaha sampingan dari sektor pertanian. Sebagai contoh dalam usaha sapi perah satu keluarga mampu memelihara 5 ekor sapi perah, jika biaya pemeliharaan Rp. 9.000/ekor/hari dengan produksi susu rata-rata 12 l/hari (harga susu Rp. 1.500/l) maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 9.000/ekor/hari. Disamping itu, dalam lingkungan rumahnya terdapat beraneka macam usaha peternakan lain seperti ayam, maka petani peternak tersebut akan mendapatkan penghasilan harian berupa penjualan susu dan telur selain penghasilan musiman dari hasil persawahan berupa padi atau yang lain. Pengembangan wilayah berdasarkan komoditas unggulan Pola tersebut didasarkan pada jumlah dan jenis ternak yang diupayakan pada daerah-daerah tertentu berdasarkan sumber daya alam yang mendukung. Seperti Kabupaten Blitar menghaslikan telur rata-rata 300 ton/hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan telur bagi masyarakat daerah dan daerah-daerah lain, karena di daerah tersebut terdapat kampung peternakan ayam dimana setiap keluarga mempunyai rata-rata 500-2000 ayam ras petelur, atau di daerah Grati, Pasuruan terdapat kampung sapi perah. Penetapan Indonesia Timur maupun daerah di luar Jawa sebagai sentra usaha sapi potong secara ranch sangat cocok karena mempunyai padang rumput yang luas sebagai hijauan makanan ternak. Mengembangkan peran aktif kelambagaan peternakan Kelembagaan peternakan mempunyai peran yang besar dalam rangka pembangunan peternakan. Lembaga ini berperan sebagai wadah yang mampu memberikan naungan kepada peternak terhadap gejolak yang timbul. Misalnya dengan adanya lembaga ini peternak mempunyai kekuatan pasar dimana posisi tawar akan tinggi sehingga peternak tidak mudah dikuasai atau dirugikan oleh pihak lain yang ingin mempermainkan harga. Selain itu peternak akan mempunyai jaringan pasar yang lebih luas. Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna yang mudah dilakukan petani ternak Informasi dunia peternakan perlu disampaikan melalui media massa maupun media elektronik atau dalam bentuk lain yang mudah diterima petani ternak atau masyarakat umum yang nantinya untuk disebar luaskan. Pemanfaatan teknologi dalam dunia peternakan belum banyak dirasakan oleh sebagian petani ternak, karena teknologi yang ada sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan kurang cocok bila diterapkan pada petani ternak karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang kurang mendukung. Padahal teknologi dalam dunia peternakan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu peran serta semua pihak sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya dan pemanfaatan teknologi tepat guna pada tingkat peternak. Pengendalian dan pemberantasan penyakit ternak Pengendalian dan pemberantasan penyakit ternak dari wilayah peternakan diperlukan dalam menunjang keberhasilan peternakan, hal tersebut dapat dilakukan dengan jalan mengawasi keluar masuknya ternak antar wilayah, maupun dengan melakukan vaksinasi pada ternak. 30 Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003

SARAN Lembaga penelitian dan pengembangan peternakan mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan perkembangan dunia peternakan dengan hasil penelitiannya. Menurut hemat saya Litbang yang ada di bawah naungan Direktorat Jendral Peternakan mempunyai semacam laboratorium hidup (teaching farm) yang mempunyai manfaat: 1) sebagai sarana penelitian, 2) sebagai sumber pendapatan Litbang, 3) sebagai pusat percontohan bagi petani ternak, usaha tersebut dapat berupa badan usaha milik Litbang yang dikelola oleh seorang professional. Contoh usaha bidang peternakan yang kami lakukan sebagai gambaran bila dilaksanakan badan usaha milik Litbang Misal: Litbang mempunyai laboratorium lapang seluas 5 ha dengan bidang usaha ayam ras petelur dengan skala kepemilikan 140.000 ekor. Modal awal yang diperlukan sekitar Rp 7 M untuk periode I, karena dalam periode I akan membeli ayam siap bertelur (umur 3-3,5 bulan). Asumsi produksi telur 6,3 ton/hari, dengan asumsi harga jual Rp. 5.600, konsumsi pakan 120 g dengan harga pakan Rp. 1.500/kg, harga pokok telur Rp 5.000/kg, ditambah jual ayam afkir diperkira-kan sebesar Rp 900.000.000, maka dalam satu periode keuntungan diperkirakan Rp 2,7 M. Jadi modal awal akan kembali dalam waktu 2-3 periode pemeliharaan. Disamping itu dalam satu lokasi peternakan ayam ras petelur terdapat difersifikasi dengan usaha lain, yaitu difersifikasi antara ayam ras petelur dengan kolam ikan lele yang berada diantara kandang ayam atau tanaman lain. Pada kenyataannya lele yang dipelihara dalam satu lokasi peternakan ayam ras petelur akan lebih menguntungkan karena hampir 70% pakan ikan lele dapat dipenuhi dari kotoran ayam dan sejenis kecoa yang biasa hidup pada feses ayam yang berada dibawah kandang. Dengan ukuran kolam P = 37 m dan L = 5 m kapasitas 20.000 ekor dengan tingkat kematian 10% dalam jangka waktu 2,5-3 bulan akan menghasilkan sekitar 2 ton. Dengan perhitungan FCR 0,7-0,8, maka harga pokok Rp. 3.800/kg. Jika harga ikan lele Rp. 4.400/kg keuntungan bersih sekitar Rp. 1.200.000/ periode. Dengan pola difersifikasi tersebut maka intensifikasi usaha lebih tinggi. Industri peternakan sapi perah dengan skala pemeliharaan 200 ekor sapi laktasi dengan produksi rata-rata 1.600 l/hari kemudian diolah menjadi sebuah produk bahan pangan baik berupa susu pasteurisasi, keju, yoghurt, dan lain-lain, maka nilai jual akan lebih tinggi. Sedangkan limbah padat dari sapi perah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk kebutuhan pupuk lahan hijauan makanan ternak dan dapat juga dipasarkan. Dengan demikian pola difersifikasi tersebut dapat dikelola dalam bentuk sistem pertanian terpadu. Dengan didirikannya pabrik pakan mini dengan kapasitas produksi sekitar 20 ton/hari (sapi 3 t/hari dan ayam 17 t/hari) untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi dan ayam ras petelur maka biaya produksi pakan dapat ditekan. Dari contoh uraian diatas, harapan kami Litbang akan mempunyai pendapatan tetap dari badan usaha yang dijalankan dan kualitas penelitian akan semakin baik karena hasil penelitian selalu terpantau dan sesuai dengan harapan petani peternak yang menggunakan hasil penelitian tersebut. Selain itu antara Litbang, Perguruan Tinggi, dan praktisi harus selalu saling berkomunikasi dan berkoordinasi agar mencapai titik temu yang sinergis dalam rangka evaluasi dan kegiatan para peneliti dari Litbang maupun Perguruan Tinggi dan dengan praktisi yang menggunakan hasil peneilitian. Dengan harapan membangun dunia peternakan dapat terwujud dengan baik. Demikian beberapa pemikiran saya sebagai praktisi bidang pertanian-peternakan dalam rangka pengembang-an peternakan yang berkesinambungan. DISKUSI Pertanyaan: 1. Banyak tanah-tanah kosong yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Bagaimana menurut Bapak apakah tidak dapat dimanfaatkan untuk tempat ternak dan atau ditanami rumput? 2. Bila dimana-mana berkembang peternakan dan perikanan dengan skala relatif kecil, apakah tidak menjadi masalah over produksi sehingga sulit dipasarkan? 3. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, mempunyai sebuah "teaching farm" yang menggodok/mendidik mahasiswa koasistensi berperan sebagai atau tepatnya "berpura-pura" sebagai manajer. Di teaching farm tersebut ada beberapa komoditi, seperti sapi perah, sapi potong, ayam petelur, kambing, domba, dan lain-lain. Setiap mahasiswa diberi peran untuk menjadi "manajer", dimana teaching farm tersebut Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 31

dapat memberi keuntungan ke fakultas. Bagaimana menurut Bapak, agar teaching farm tersebut dapat memberikan keuntungan yang layak? 4. Masalah yang masih merupakan kendala untuk pelaksanaan skala kecil antara lain: - Ternak masih merupakan pekerjaan sambilan saja, bagaimana menyuluhkan petani agar ternak dapat diupayakan untuk menjadi pekerjaan utama? - Peternakan skala kecil memang memerlukan lahan yang tidak terlalu luas, tetapi polusinya berupa bau dan pencemaran ke lingkungan merupakan masalah sehingga sering diusir oleh tetangga. Bagaimana mengatasi hal ini? 5. Bagaimana menurut Bapak bila sistem pertanian terpadu berbasis peternakan ini diterapkan untuk skala rumah tangga? Berapa luas lahan minimal yang dibutuhkan apabila diterapkan di lahan kering. Sebaiknya sistem usaha yang diterapkan seperti apa sehingga dapat memberikan kehidupan yang layak bagi petani. 6. Apabila sistem pertanian terpadu ini diterapkan secara kelompok, bagaimana sistem pelaksanaannya. - Di Blitar, ada kemitraan ayam petelur, utamanya adalah kepercayaan. Perlu belajar lebih baik prospekprospek kemitraan yang modalnya adalah saling percaya. - Pembibitan sapi-sapi lokal dengan model IB yang menggunakan semen sapi-sapi exotic, performannya cukup baik. 7. Kombinasi usaha sapi potong dan sapi perah sangat menarik. Bagaimana tanggapan Bapak? Jawaban: 1. Tanah-tanah kosong jelas dapat dimanfaatkan untuk usaha peternakan atau menanam rumput (kalau ada yang beli). Lebih baik tanah-tanah tersebut digunakan secara terpadu untuk usaha peternakan. Diversifikasi usaha pertanian merupakan salah satu alternatif usaha untuk menghindari resiko kegagalan. 2. Pengalaman menunjukkan bahwa peternak-peternak kecil memiliki pangsa pasar tersendiri yang sifatnya "insitu". Kenyataan juga menunjukkan bahwa justru peternak kecil masih mampu hidup, karena tidak ada biaya pengeluaran secara tunai, sehingga mereka mempunyai daya hidup yang tinggi (ada ketahanan). 3. Teaching farm yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi harus berlandaskan azas yang berorientasi ekonomi. Hal ini dapat dimulai dengan suatu bidang lahan sebesar 12 Ha untuk usaha peternakan terpadu (sapi, ayam, kebun rumput, dan lain sebagainya). Usaha tersebut harus dilaksanakan dengan sistem "low external input" untuk memberikan nilai tambah yang optimal. Profesionalisme adalah kata kunci yang paling tepat dalam mendukung usaha ini. 4. Watak kewiraswastaan harus didorong dari awal sehingga usaha peternakan menjadi tangguh dan mandiri. Misalnya, pada awalnya usaha dimulai dengan ayam lalu berkembang menjadi usaha sapi. Sehingga bisa dibedakan pengusaha peternak yang memiliki sifat wiraswasta, dan yang hanya peternak saja. Hampir satu desa memelihara ayam, sehingga polusi bau tidak masalah karena semuanya melaksanakan hal yang sama. 5. Skala usaha rumah tangga yang layak adalah untuk sapi perah 3-5 ekorper KK, dan ayam broiler sebanyak 300-500 ekor per KK. Dengan penerimaan sebesar Rp. 10.000 per hari dari setiap ekor sapi perah, dan ayam broiler sebesar Rp. 600 per ekor; maka dapat diprediksi penerimaan petani dalam satu bulan. Intinya adalah bahwa usaha tersebut harus dilakukan secara terintegrasi, sehingga di dalam masing-masing rumah tangga terdapta sumber kehidupan secara mandiri. 6. Intinya harus integrasi, di dalam RT ada sumber kehidupan secara mandiri. 32 Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003

- Sistem kelompok baru akan dicoba oleh pemerintah daerah di Jawa Timur. Di lahan kering ditanami tanaman "repro", semacam lamtoro dengan batang pendek. Tanaman ini tahan terhadap cuaca panas dan kekeringan, dimana pada musim kemarau tanaman tersebut masih dapat tumbuh dengan baik. - Pelaksanaan sistem kelompok harus dimodali dengan watak usaha, hindari ketergantungan dan model bantuan dari pihak manapun. Ayam kampung masih tetap dapat bertahan karena memiliki pangsa pasar tersendiri, sehingga tidak tergoyahkan keberadaannya. 7. Saya sependapat, namun dibangun berdasarkan model kredit dengan 2 ekor sapi perah, dan 1 ekor sapi potong, dimana jaminannya peternak harus menyetorkan susu segar. Kiat untuk mencapai sukses adalah kerja keras, hemat, disiplin, dan jujur. Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 33