BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa pendidikan, ia seakan-akan tidak memiliki keterpaduan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. korelasional yaitu korelasi product moment dari Pearson.Menurut Arikunto

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. dapat dihasilkan manusia pembangunan yang tangguh dan merata. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Dukungan keluarga adalah tindakan atau tingkah laku serta informasi yang bertujuan untuk membantu seseorang dalam mencapai tujuannya atau mengatasi masalah seseorang pada situasi tertentu, bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati yang merupakan bagian dari jaringan komunikasi, dan kewajiban timbal balik dari satuan kekerabatan yang terkait perkawinan atau darah (Ritandiyono, 2008). Srikuntjoro (2002) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. 2. Jenis Dukungan Keluarga Kaplan (dalam Friedman, 2003) menjelaskan bahwa terdapat empat jenis dukungan yakni: dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Secara 9

10 garisbesar terdiri dari aspek nasehat, usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik, membimbing, dan menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota. Selanjutnya adalah dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana. Terakhir adalah dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan keluarga sebagai tempat aman dan damai untuk istirahat dan dapat membantu penguasaan terhadap emosi. 3. Manfaat Dukungan Keluarga Menurut Johnson & Johnson (1991) ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stress dan tekanan. 4. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Rook dan Dooley (dalam Srikuntjoro, 2002) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan

11 kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat nonformal. Sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Dengan demikian, sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial. Perbedaan tersebut terletak pada keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan dan berakar dari hubungan yang telah berakar lama. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawan (dalam Rahayu, 2008), pemberian dukungan oleh keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling berhubungan. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor tahap perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap masalah yang berbeda beda pada setiap rentang usia (bayi lansia). Selanjutnya adalah faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor faktor yang berhubungan dengan masalah dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Kemudian, faktor emosi yang mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik akan

12 memberikan antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai permasalahan namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap permasalahan yang ada. Selanjutnya adalah faktor eksternal berasal dari luar individu itu sendiri dan terdiri dari tiga hal. Pertama, praktik di keluarga yaitu cara keluarga memberikan dukungan yang mempengaruhi anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah secara optimal. Kedua, yaitu faktor sosioekonomi. Variabel faktor sosial dapat mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta bereaksi terhadap permasalahannya. Sementara itu faktor ekonomi menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap masalah yang dirasakan. Terakhir, faktor latar belakang budaya akan mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan. B. Pengetahuan 1. Definisi Manusia menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang nantinya mempengaruhi kualitas kehidupannya. Terciptanya manusia tidak semata-mata terjadi begitu saja. Untuk memahami itu semua memerlukan proses bertingkat dari pengetahuan, ilmu, dan filsafat. pengetahuan dapat dimiliki manusia melalui pancaindra yang ia miliki. Hasil penglihatan dan pendengaran dapat menjadi dasar seseorang berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Maka tingkat pengetahuan seseorangakan tercermin pada perilaku sehari-harinya (Notoatmodjo, 2010).

13 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal, misalnya mata pelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : a. Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo, 2010). Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). b. Memahami (Comprehend) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo, 2010).

14 c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo, 2010). d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2010). e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo, 2010). f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

15 Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo, 2010). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri

16 baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. e. Pengalaman Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. f. Kebudayaan Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. g. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

17 4. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara menanyakan kepada seseorang agar ia mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan maupun tertulis (Notoatmodjo, 2007). Kemudian nilai presentase yang diperoleh dimasukkan ke dalam standar kriteria obyektif (Arikunto, 2006), yaitu: 1) Baik : Jika skor total jawaban benar >76% 2) Cukup : Jika skor total jawaban benar 56-75% 3) Kurang : Jika skor total jawaban benar <55% C. Sikap 1. Definisi Sikap Menurut Maramis (2006) sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif dan negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi. Sikap juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Sikap seseorang diperoleh dari adanya rangsangan dari sebuah objek tertentu. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), proses pembentukan sikap seseorang sebagai berikut:

18 Stimulus/ Rangsangan Individu Reaksi Tingkah Laku Sikap (Tertutup) Gambar 2.1 Proses Pembentukan Sikap Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut, dapat terlihat bahwa sikap bukan sebuah perbuatan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan awalan dari sebuah tindakan. Setiap individu memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap suatu objek. 2. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2010), seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (responding) Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

19 c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingakatnya adalah bertanggunga jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau ada resiko lain. 3. Skala Sikap Sikap dapat diukur dengan mengguanakan Skala Likert. Skala Likert merupakan metode pelaksanaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Kelompok uji coba ini hendaknyamemiliki karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik individu yang hendak diungkapkan sifatnya. Skala Likert dipergunakan untuk mengukur sikap yang terdiri dari komponen sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Arikunto, 2006). 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Sikap dapat terbentuk karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya (Arikunto, 2006):

20 a. Pengalaman pribadi Sikap seorang individu dapat dipengaruhi oleh pengalamannya. Pengalaman pribadi ini tentunya dipengaruhi pula oleh perbedaan jenis kelamin dan usia dari tiap individu. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang akan memiliki sikap yang searah jika ingin berafiliasi dan bertujuan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan Tempat seorang individu dibesarkan juga mempengaruhi sikapnya karena kebudayaan dapat menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah. d. Pengaruh media masa Pesan-pesan yang dibawa oleh media masa dapat mengarahkan opini dan sikap seseorang. e. Pengaruh lembaga pendidikan Pendidikan formal berasosiasi dengan keterbukaan atas ide-ide baru yang berarti semakin baik pendidikan yang diterima individu maka ia akan lebih banyak menerima informasi baru, beragam opini dan kemampuan analisis yang tajam.

21 D. Praktik Perawat Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2007). Praktik dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya (Notoatmodjo, 2007), yaitu: a. Praktik terpimpin (Guided response) Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (Mechanism) Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu hal secara otomatis. c. Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Praktik mandiri perawat adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2003). Definisi yang diuraikan menurut International Council Nursing (ICN) adalah bahwa praktik mandiri perawat merupakan sebuah cara untuk membantu individu atau kelompok mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji status kesehatan klien, menetapkan diagnosa keperawatan, rencana, tindakan

22 keperawatan untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan (Nursalam, 2003). E. Minat 1. Pengertian Minat Menurut Syah (2003), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu hal atau aktifitas. Rumusan tentang minat dalam faktor psikologis yang mempengaruhi minat seseorang yaitu Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content (Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan), maksudnya kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai rasa senang (Slameto, 2003). Minat diartikan sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Sardiman, 2003). 2. Faktor Timbulnya Minat Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1999) dalam Purwanto (2004), terdiri dari tiga faktor, yaitu:

23 a. Faktor Dorongan dari Dalam Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang. b. Faktor Motivasi Sosial Yakni minat dalam upaya mengembangkan mengembangkan diri dari dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam berkerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. c. Faktor Emosional Yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. 3. Kriteria Minat Purwanto (2010), mendeskripsikan minat seseorang dalam 3 (tiga) golongan, yaitu: a. Minat Rendah Minat seseorang dikatakan rendah apabila orang tersebut tidak menginginkan obyek minat. b. Minat Sedang Minat seseorang dikatakan sedang apabila seseorang menginginkan obyek minat tersebut tetapi tidak dilakukan dalam waktu segera.

24 c. Minat Tinggi Minat seseorang dikatakan tinggi apabila seseorang sangat menginginkan obyek minat tersebut dan dilakukan dalam waktu segera. 4. Aspek-Aspek Minat Krathwolh, dkk. Dalam Purwanto (2004) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam afektif (istilahnya Bloom). Taksonomi afektif Bloom dalam Notoatmodjo (2007), meliputi 5 (lima) kategori, yaitu: a. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan penerima perhatian yang terpilih. Penerima adalah sensitivitas individu terhadap rangsang dari fenomena-fenomena tertentu, dimana individu tersebut mau menerima atau memperhatikan rangsang dan fenomena tersebut. Kategori penerimaan ini dibagi menjadi tiga sub-kategori yang terdiri dari: 1) Kesadaran pada taraf ini adalah kesadarah terhadap sesuatu yang ada dalam satu situasi, baik berupa fenomena atau objek. 2) Kemauan untuk menerima sub-kategori ini untuk menggambarkan tingkah laku individu yang mau menerima stimulus, atau dengan kata lain individu mempunyai kemauan untuk menerima rangsangan yang ditimbulkan oleh fenomena.

25 3) Pengontrolan atau perhatian yang terpilih merupakan perhatian terhadap rangsangan atau fenomena objek yang telah dipilih individu. b. Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan. Menanggapi adalah kategori kedua. Kategori ini merupakan perhatian yang aktif terhadap benda yang menimbulkan rangsangan pada individu atau fenomena-fenomena tertentu. Pada kategori ini, individu akan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang telah dipilih. 5. Mengukur Minat Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap minat seseorang, sebagaimana diungkapkan Hurlock (2007) yang menyatakan bahwa pengukuran minat dapat dilakukan dengan jalan: a. Observasi Pengukuran dengan metode observasi ini memiliki keuntungan karena dapat mengamati minat seseorang dalam kondisi wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, kelemahannya tidak dapat dilakukan terhadap situasi atau beberapa hasil observasi yang bersifat subjektif.

26 b. Interview Interview baik digunakan untuk mengukur minat, sebab biasanya seseorang gemar memperbincangkan hobinya atau aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview sebaiknya dilakukan dalam situasi santai, sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas. c. Kuesioner Dengan menggunakan kuesioner, seseorang dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah responden sekaligus. Selanjutnya berdasarkan pengertian bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa yang menimbulkan rasa suka atau senang terhadap suatu objek atau aktivitas tertentu yang dapat menyenangkan dan memenuhi kebutuhan dirinya. Maka indikatorindikator untuk pengukuran minat dapat dilihat dengan menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang dilakukan atau objek-objek yang disenangi. Terdapat beberapa indikator tingkah laku yang berhubungan dengan minat yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Durasi kegiatannya (berupa kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan) 2) Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode tertentu) 3) Persistensi (ketepatan dan kelekatan pada tujuan kegiatan)

27 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan 5) Devosi (pengabdian), pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwa raga) 6) Tingkat aspirasi (maksud rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukannya. 7) Tingkat kualifikasi dan prestasi atau output yang dicapai dari kegiatan (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak) 8) Arah serta sikap terhadap sasaran kegiatan (suka atau tidak suka, positif atau negatif) (Purwanto, 2010). F. Profesi Ners a. Tahap Pendidikan Profesi Pendidikan perawat terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan akademik dan tahap pendidikan profesi. Kondisi ini sejalan dengan pendapat (Gaffar, 1999) yang membagi pendidikan keperawatan menjadi dua disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin professional. Program pendidikan profesi adakalanya disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan dilahan praktik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti wredha, dan keluarga serta masyarakat atau komunitas. Program pembelajaran tahap profesi adalah

28 rangkaian proses pembelajaran klinik dan komunitas yang ditempuh peserta didik setelah dinyatakan lulus mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan, serta lulus ujian kepanitiaan umum. Masih menurut Gaffar (1999) disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan pada teori yang bersifat deskriptif, sedangkan disiplin professional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori priskriptif dan deskriptif. Disiplin profesi hanya akan didapat dilingkungan klinis atau lahan praktek karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktek klinis didalam kurikulum professional. Lingkungan klinis memfasilitasi peserta didik untuk belajar menerapkan teori tindakan kedalam masalah klinis yang nyata. Melalui praktek klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. b. Orientasi Pendidikan Ners Pendidikan Ners di Indonesia berorientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang keperawatan dan kepada masyarakat. Orientasi pendidikan memberikan arah pengembangan institusi pendidikan, termasuk berbagai kegiatan akademik dan pengembangan sumber-sumber yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan akademik dan profesi (Rusiawati, 2000) meliputi:

29 1) Orientasi Ilmu dan Pengetahuan Institusi pendidikan keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan khususnya keperawatan. Kurikulum pendidikan, khususnya materi pendidikan dan berbagai bentuk pengalaman belajar yanga dilengkapi dengan fasilitas pendidikan yang diperlukan, memungkinkan peserta didik mengikuti dan menguasai perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan dengan baik sehingga dapat menumbuhkan sikap dan kemampuan akademik professional pada peserta didik. 2) Orientasi Masyarakat Memberikan arah bahwa program pendidikan diorientasikan kepada tuntutan kebutuhan masyarakat sedang. Kurikulum pendidikan disusun dengan bertolak dari tujuan pendidikan yang diturunkan dari tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan dimasa mendatang, dengan tetap memperhatikan pandangan dan tuntutan keprofesian dalam bidang keperawatan.

30 G. Kerangka Teori Pengetahuan: - Pendidikan; - Pekerjaan; - Umur; - Minat; - Pengalaman; - Informasi. Undang-Undang Keperawatan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2014) Sikap: - Menerima(receiving); - Menanggapi(responding); - Menghargai(valuing). Minat Melanjutkan Profesi Ners Dukungan Keluarga: - Informasional; - Penilaian; - Instrumental; - Emosional. Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Friedman (2003), Mubarak (2007) dan Notoatmodjo (2010).

31 H. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Dukungan Keluarga Pengetahuan dan Sikap tentang Undang Undang Keperawatan Minat Melanjutkan Profesi Ners Gambar 2.3 Kerangka Konsep I. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada Hubungan Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Sikap tentang Undang-Undang Keperawatan dengan Minat melanjutkan Profesi Ners