BAB VI PENUTUP. Peternakan ayam jika berada pada area perumahan maka akan. menimbukan berbagai masalah. Seringkali peternakan ayam ini mendapat respon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2012 Populasi ayam pedaging dan produksi peternakan di Indonesia

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis. menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. karena peluang pasar yang cukup terbuka. Peternakan sapi potong ini

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi wilayah Kecamatan Galur, salah satunya yakni Desa Kranggan.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KELURAHAN.

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat penjelasan (explanatory

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jalan Ngurah Rai Nomor 1 Telp (0362) Fax. (0362),22923 Singaraja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. geografis, keadaan pertanian, keadaan penduduk serta kelembagaan pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-I TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN WALIKOTA SURAKARTA,

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENUTUP. Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN IJIN PEMELIHARAAN TERNAK DI KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi yang menjadi tujuan riset aksi peneliti adalah Dusun Luwung

Lampiran Perihal Daftar Isian Permintaan Walikota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Kelinci di Tinjau Dari Limbah, Bau dan Manfaat yang Ditimbulkan.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Daftar Pertanyaan untuk Pelaku Usaha

BAB IV KESIMPULAN. tidak terjadinya masalah-masalah yang dapat menyebabkan kekacauan atau

BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG

BAB I PENDAHULUAN. bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai

penelitian 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

TUGAS AKHIR UNIVERSITAS STIMIK AMIKOM. Disusun oleh :

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Daftar Lampiran : Lampiran A (Form Wawancara Instansi) Lampiran B (Form Wawancara Pengusaha Industri) Lampiran C (Kuisioner Masyarakat)

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK MELALUI USAHA KERUPUK LIDAH BUAYA DI DESA KEMANTREN KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST

Kecakapan Antar Personal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

PERSEPSI MASYARAKAT DESA TERHADAP PERANAN MAHASISWA KKN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA DI DESA KANDANG KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peternakan ayam jika berada pada area perumahan maka akan menimbukan berbagai masalah. Seringkali peternakan ayam ini mendapat respon buruk dari warga yang merasa terganggu oleh adanya kandang ayam. Peternak ayam yang juga warga asli Dusun Ngruno juga memiliki hak untuk mendirikan kandang ternak sebagai usaha untuk meningkatkan perekonomiannya ditanah pekarangannya sendiri. Disisi lain warga bukan peternak ada yang protes untuk menuntut karena tidak setuju dengan adanya peternakan sehingga menimbulkan konflik didalam masyarakat Pedukuhan Ngruno. Disisi lain ada warga yang pro terhadap peternakan ayam, yakni warga yang membela dan mendukung keberadaan peternakan ayam. Respon warga yang pada akhirnya menimbulkan konflik ternyata bukan hanya disebabkan oleh limbah ternak serta polusi lingkungan saja. Selain ada limbah yang dirasakan mengganggu ternyata ada permasalahan lain yang kompleks sebagai latar belakang munculnya konflik. Adanya konflik pencemaran limbah hanya sebuah tragedi munculnya konflik peternakan ayam. Hal ini karena muncul adanya kelompok pendukung dan protes peternakan ayam meskipun bukan seorang peternak ayam. Selain limbah ada berbagai permasalahan lain, baik masalah antar individu maupun antar kelompok sosial didalam masyarakat. 109

Respon masyarakat yang berbeda-beda ini disebabkan karena ada perbedaan orientasi terhadap reward dan punishment. Warga pendukung menganggap peternakan ayam lebih memberikan keuntungan atau reward dibandingkan dampak negatifnya (punishment). Beberapa respon yang berbeda ini karena disebabkan oleh masalah pribadi, yakni karena terganggunnya usahanya karena peternakan ayam. Selain itu juga karena sikap salah satu peternak ayam yang buruk dalam menanggapi teguran dari tetangganya protes. Ada peternak ayam yang tidak memperhatikan lingkungan dan menyusahkan tetangganya terhadap sikap dan limbah ternak ayamnya. Bahwa tidak semuanya peternak ayam mendapatkan tuntutan dari tetangga yang protes. Bahkan yang protes jumlahnya sedikit dan hanya pada peternak ayam tertentu. Bentuk respon yang muncul suatu ketika warga kontra dikucilkan oleh warga pendukung yang jumlahnya mayoritas, dan selalu dibahas dalam obrolan masyarakat. Dalam hal ini tokoh maysarakat lebih mendukung keberadaan peternakan ayam. Bahwa peternakan ayam dianggap memberikan sumbangan pada kemajuan Pedukuhan Ngruno. Sehingga banyak warga yang tertarik untuk mendirikan kandang ternak. Tingkat perkembangan ekonomi peternak ayam yang lebih baik menjadikan peternakan ayam diminati oleh warga yang pro terhadap peternakan ayam. Kelompok ternak selalu terbuka dan menawarkan untuk membantu setiap warga yang ingin bergabung dengan kelompok ternak serta akan mendirikan kandang ayam. Disisi lain ada warga yang kontra peternakan ayam, menganggap kegiatan ternak ayam telah mengganggu lingkungan. Warga kontra tidak 110

bermasalah dengan peningkatan ekonomi yang dialami peternak ayam, hanya saja harus memperhatikan lingkungan. Bahwa selama ini warga yang kontra menganggap peternak ayam kurang memperhatikan lingkungan. Bahwa permasalahan yang memunculkan respon negatif dan positif Di Pedukuhan Ngruno terhadap peternakan ayam tersebut antara lain: 1. Adanya pternak ayam yang belum bisa mengolah limbah dari peternakan ayam secara maksimal. Sehingga limbah ini mencemari lingkungan, yakni air sumur, selokan dan bau yang menyengat. Sebenarnya limbah ini dapat diatasi dengan pemberian obat dan membersihkan kandang secara rutin. Akan tetapi karena perhitungan ekonomis akan berkurang jika menggunakan metode penanggulangan limbah seperti itu maka beberapa peternak ayam tidak mengelola limbahnya dengan baik. Peternak ayam selalu berusaha untuk mengelola limbah tetapi dengan biaya rendah atau bahkan tidak mengeluarkan biaya. Pada akhirnya keberadaan limbah ternak ayam ini selalu dijadikan alasan untuk menuntut peternakan ayam. 2. Perilaku beberapa peternak ayam kepada warga kontra, khususnya tetangganya akan mempengaruhi dukungan yang diberikan tetangga kepada peternakan ayamnya. Kenyataannya ada peternak ayam yang justru mendapat dukungan dari warga bukan peternak. Terutama tetangga dekatnya yang jarak rumahnya kurang dari 10 meter yang tentu setiap saat terkena dampak dari peternakan ayam justru mendukung peternak ayam ini. Hal ini karena peternak ayam ini mempunyai sifat yang baik. Kepribadian yang baik dari peternak ayam disukai oleh tetangganya. Sebaliknya, sifat peternak ayam yang buruk misalnya saja sombong, tidak 111

menghargai warga lain, suka mabuk-mabukan dan sering mengecewakan tetangganya akan mendapat perlawanan dari warga. Meskipun jaraknya kandang ayam miliknya lebih jauh daripada peternak ayam yang mendapat dukungan dari tetangganya tetap saja akan lebih mendapatkan tuntutan dari tetangganya. 3. Kontribusi peternakan ayam yang dirasakan kurang maksimal oleh warga kontra. Peternakan ayam dianggap oleh warga memiliki penghasilan yang lebih sehingga sudah selayaknya jika berkontribusi kepada Pedukuhan Ngruno baik secara sosial maupun ekonomi. Bahwa peternak ayam rata-rata adalah warga dengan kelas sosial ekonomi yang lebih dari pada warga lain. Selain itu peternakan ayam yang sudah menyebabkan polusi lingkungan baik karena limbahnya maupun proses produksinya harus melakukan timbal balik kepada lingkungan masyarakat sekitar. Peternak ayam yang tidak memberikan kontribusi secara maksimal maka akan mendapatkan sindiran dan tidak akan mendapatkan dukungan dari warga. 4. Tidak adanya komunikasi yang baik antara peternak ayam dan warga kontra. Hal ini menyebabkan renggangnya hubungan antara peternak ayam dengan warga kontra. Tidak adanya komunikasi misalnya ketika akan mendirikan kandang ayam peternak tidak izin kepada tetangga meskipun pendirian kandang ini berada ditanah pekarangannya sendiri. 5. Adanya kecemburuan ekonomi antara warga kontra dengan peternak ayam. Warga bukan peternak memiliki sifat berbeda-beda, ada yang tidak suka terhadap peningkatan penghasilan dari peternak ayam dan ada juga yang biasa saja. Adanya rasa cemburu dan tidak terima terhadap penghasilan peternak ayam ini yang dirasa 112

telah mengganggu lingkungan dan warga kontra merasa hanya dirugikan. Sehingga dengan kondisi ini warga kontra merasa tidak terima. 6. Adanya persaingan bisnis antara peternak ayam dengan warga kontra. Bahwa peternakan ayam yang memunculkan polusi lingkungan ini telah mengganggu proses produksi dari perusaahan salah seorang warga kontra, yakni pekerjanya merasa tidak tahan dengan polusi limbah ternak. Hal ini menyebabkan pengusaha ini tidak terima dan ingin menuntut peternakan ayam. Sehingga konflik yang ada bukan hanya didasari oleh permasalahan limbah ternak saja. Tetapi ada masalah lain dibaliknya yang lebih menentukan munculnya konflik. Bahwa orang yang rumahnya lebih dekat jaraknya dari kandang ayam justru ada yang mendukung adanya peternakan ayam, tetapi rumah dengan jarak lebih jauh ada yang kontra terhadap peternakan ayam. Perbedaan respon terhadap keberadaan peternakan ayam Di Pedukuhan Ngruno dibagi oleh peneliti menjadi 5 golongan warga. Pembagian dilakukan sebagai bentuk pemetaan respon baik positif maupun negatif Di Dusun Ngruno. Bahwa respon hingga memunculkan konflik terjadi bukan hanya oleh warga pendukung peternakan ayam dan warga bukan peternak. Pembagian tersebut yaitu: 1. Warga bukan peternak ayam yang kontra terhadap peternakan ayam 2. Peternak ayam 3. Warga bukan peternak ayam yang pro terhadap peternakan ayam 4. Perangkat Dusun Ngruno 5. Warga bukan peternak ayam yang tidak berkepentingan (warga netral) 113

B. Saran Pada awalnya warga Pedukuhan Ngruno tidak terbuka tentang adanya konflik yang telah terjadi. Bahkan ketika bartanya Di Kelurahan Karangsari, perangkat desa tidak tahu tentang adanya respon warga hingga muncul konflik kerena belum ada yang melapor. Hingga peneliti hampir setiap hari melakukan observasi dan berinteraksi dengan warga, barulah warga bercerita tentang proses terjadinya konflik. Respon terhadap peternakan ayam Di Dusun Ngruno didasari dengan permasalahan yang kompleks. Sehingga usaha yang dilakukan untuk mengatasi konflik haruslah menyangkut seluruh akar masalahnya. Dari hasil temuan dilapangan bahwa respon hingga munculnya konflik bisa disebabkan dari sisi pendukung peternakan ayam dan warga kontra. Berdasar pengalaman selama penelitian maka peneliti dapat memberikan saran yaitu: 1. Untuk menyelesaikan masalah maka perlu mengundang warga yang kontra terhadap peternakan ayam, peternak ayam, warga kontra, perangkat Dusun Ngruno dan warga tidak berkepentingan. Selain itu juga perlu mengundang pihak kelurahan dan dinas terkait peternakan ayam. Mendatangkan berbagai pihak dimaksudkan agar terjadi titik terang dari sisi kesepakatan seluruh warga Pedukuhan Ngruno dan dari sisi hukum. Hal ini belum pernah dilakukan oleh Pedukuhan Ngruno dalam menyelesaikan masalah yang ada. 2. Dibuat surat pernyataan yang disetujui oleh seluruh warga. Pada akhirnya dengan surat pernyataan ini maka tidak akan ada warga yang berani untuk melanggarnya, karena jika ada yang berani melanggar maka akan mendapatkan sanksi sosial dari 114

seluruh warga Pedukuhan Ngruno. Harus ada sebuah peraturan yang dibuat bersama yang mengikat seluruh warga. 3. Seluruh warga harus terbuka terhadap permasalahan yang memang sudah menjadi masalah umum Di Pedukuhan Ngruno. Selama ini masalah yang ada disembunyikan dari pihak luar. Bahkan pihak Kelurahan Karangsari tidak mengetahui adanya konflik peternakan ayam. 4. Peternak ayam harus bisa mengelola limbah dengan baik agar tidak memunculkan gangguan lingkungan. Bahwa selama ini adanya limbah selalu dijadikan alasan utama warga untuk menolak keberadaan peternakan ayam. 5. Kelompok ternak yang dibentuk seharusnya tidak hanya memperhatikan peternakan ayam. Selama ini kelompok ternak selalu membela anggota, baik salah maupun benar. Meskipun pada dasarnya kelompok ternak dibentuk oleh peternak ayam tetapi sebaiknya kelompok ternak ini tetap mempunyai prinsip-prinsip norma dan keadilan. 6. Peternak ayam seharusnya melakukan mekanisme izin kepada tetangga ketika akan mendirikan kandang ayam. Meskipun kandang yang didirikan berada diarea tanah pekarangan milik peternak ayam sendiri, tetapi dampaknya dirasakan oleh tetangga. Izin secara formal tidak begitu dibutuhkan untuk mencegah terjadinya konflik Di Dusun Ngruno tetapi izin secara formal kepada pemerintah ini seharusnya tetap dilakukan mengingat legalisasi peternakan ayam. Mengingat pajak dari peternakan ayam ini dapat membantu pembangunan daerah. 7. Adanya jalan Pedukuhan yang rusak akibat banyak truck besar khususnya dari peternakan ayam maka jalan harus diperbaiki bersama. Dana yang digunakan 115

dapat dari meminta bantuan dari pemerintah dan swadaya dari warga. Swadaya dari warga ini persentasenya dapat disepakati bersama yakni peternak ayam dengan warga. 8. Warga seharusnya tidak jarak antara pro dan kontra terhadap peternakan ayam. Warga pendukung tidak perlu mengucilkan seorang warga yang kontra, hal ini karena setiap orang berbeda dalam menanggapi masalah peternakan ayam. Konflik yang ada harus dibahas bersama untuk menemukan kesepakatan. Warga seharusnya tidak membawa masalah pribadi kepada masyarakat umum, bahwa permasalahan pribadi dengan mengatasnamakan permasalahan umum. Delapan poin tersebut jika dilakukan secara maksimal diharapkan dapat meredam konflik yang terjadi Di Pedukuhan Ngruno. Selama ini penyelesaian konflik masih hanya melibatkan individu saja, dengan alasan agar konflik yang terjadi ini tidak meluas. Setiap individu yang melapor kepada Pak Dukuh maka akan dipertemukan secara perorangan kepada peternak ayam yang dituntut. 116