Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan

adalah sebesar 1,628 milyar US dollar (naik 15% dari tahun sebelumnya), untuk beriklan di koran sebesar 501 juta US dollar (naik 8,5%), di internet 14

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI PROGRAM HIBAH DESENTRALISASI TAHUN ANGGARAN 2013

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menunjukkan adanya peningkatan kasus dalam kurun waktu tiga tahun, 172 kasus

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL SURVEI INDIKATOR TIK 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan bisnis dewasa ini membuat persaingan bisnis menjadi

PRINSIP PRIVASI UNILEVER

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan teknologi dan internet. mencapai 63 juta orang ( diakses pada 7 September

PEMASARAN ONLINE (Manfaat, Keuntungan & Cara Kerjanya)

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. media dengan surat kabar, radio, televisi dan telepon dalam memenuhi kebutuhan.

Our Mobile Planet: Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar.

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern mendorong berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi. penting bagi keberhasilan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

PENINGKATAN JANGKAUAN PEMASARAN MELALUI MEDIA SOSIAL DAN WEB: SUATU PENGANTAR. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang ini sudah memasuki era sosial media, yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

di Era Digital Mendidik Anak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hiudp masyarakat yang

, 2015 PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA SMK NEGERI 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang, kemajuan teknologi dan globalisasi membuat setiap

Internet Sehat dan Aman (INSAN)

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan telepon genggam dengan spesifikasi yang jauh lebih bagus

BAB I. Pendahuluan. sebagian orang, internet merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak bisa

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Secara umum perkembangan smartphone di seluruh dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Akibat tingkat pertumubuhan yang positif tersebut, secara otomatis industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek kehidupannya. Kemajuan teknologi seperti televisi, ponsel,

BAB I PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah pengguna internet, telah menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

1II PROFIL RESPONDEN...

BAB I PENDAHULUAN. paling mencolok dari perkembangan teknologi tersebut adalah gadget dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

Pendahuluan. Bab I. A. Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini

INTERNET DASAR DEFINISI INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. dapat diakses dengan menggunakan rangkaian seperti Internet atau private local

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

DAMPAK NEGATIF dan POSITIF SOCIAL NETWORKING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat, misalnya penggunaan smartphone. Bagi masyarakat, smartphone

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peluang Bisnis Sampingan Distro Online

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. dengan Internet dalam segala bidang seperti e-banking, e-commerce, e-government,eeducation

INTERNET ADVERTISING SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua organisasi ataupun instansi memerlukan Public Relations

Media Lama. TV Radio Suratkabar. Film

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki personal branding, setidaknya untuk lingkungan terdekatnya.

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat membawa kemajuan bagi bangsa pada waktu yang akan

BAB III PENYAJIAN DATA

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Transkripsi:

Laporan Hasil Penelitian PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Anak-anak dan remaja yang jumlahnya mencapai hampir sepertiga penduduk yang berjumlah 237 juta orang, dan dengan pertumbuhan penduduk yang berkisar 1.49 persen setiap tahunnya (BPS, 2010), kesejahteraan mereka merupakan hal yang sangat penting bagi prospek sosial dan ekonomi Indonesia yang saat ini merupakan negara berpenduduk paling padat keempat di dunia. Pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini kehidupan bagian besar anak-anak dan remaja tidak lepas dari teknologi digital, dan oleh karenanya kelompok tersebut sering disebut sebagai digital natives. Penelitian ini pada dasarnya termasuk bagian dari studi tentang Digital Citizenship Safety di kalangan anak-anak dan remaja yang sudah dilakukan UNICEF di Afrika Selatan, Kenya dan Zambia, bertujuan menghasilkan pengetahuan yang sangat penting tentang bagaimana cara kelompok usia ini menggunakan media sosial dan teknologi digital, mengapa mereka menggunakan saluran komunikasi ini, dan potensi resiko yang mereka hadapi dalam penggunaan tersebut. Survei sampel yang dilaksanakan tahun 2011 dan 2012 ini berupaya mengumpulkan data yang dapat dijadikan sebagai pedoman kebijakan yang akan datang guna melindungi hak anak-anak untuk mengakses informasi, berbagi informasi, dan mengekspresikan pandangan atau ide mereka secara aman. Studi yang disponsori oleh UNICEF dan proses dilaksanakan seluruhnya oleh para peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan dukungan keahlian dari the Berkman Center for Internet & Digital Media, Harvard University, Cambridge, AS dilaksanakan untuk mengungkap kegiatan 1

online dari sampel anak-anak dan remaja berusia 10-19 tahun sebanyak 400 orang yang dipilih secara acak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik perkotaan maupun perdesaan. Instrumen studi dikembangkan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya agar dapat memberikan gambaran komprehensif tentang pola penggunaan media digital di kalangan anak-anak dan remaja Indonesia, termasuk motivasi penggunaan, dan informasi tentang mereka yang tidak menggunakan media digital. Dengan tujuan mengumpulkan informasi tentang anak-anak dan remaja yang belum pernah menggunakan internet dan dengan cakupan sampel nasional, penelitian ini memiliki keunikan tersendiri dan menjadikannya sebagai yang pertama dari penelitian sejenisnya di Indonesia. Latar Belakang Anak-anak dan remaja memainkan peran penting dalam eskalasi dramatis drastis penggunaan internet tanpa kabel, telepon selular, smartphone dan jejaring media sosial. Di Indonesia, dimana akses internet dari rumah relatif masih terbatas, konsumen (terutama kaum muda) langsung beralih pada komunikasi mobile, dengan jumlah pengguna telepon seluler bertambah 34 persen setiap tahun antara 2004-2009 (Ditjen Postel, 2009). Hampir seperempat jumlah penduduk Indonesia saat ini memiliki smartphone, dengan pembaruan yang cepat. Menurut hasil riset pasar Roy Morgan Research (Australia), antara Maret 2012 sampai 2013, kepemilikan smarphone meningkat dua kali lipat dari 12 persen menjadi 24 persen dari jumlah penduduk. Kepemilikan telepon selular meningkat 10 persen selama periode tersebut, mencapai 84 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2013. Namun fakta-fakta tersebut menimbulkan banyak pertanyaan, dan pertanyaan kuncinya adalah, pertama, apa yang mereka lakukan dengan teknologi baru mereka, dan kedua, apakah mereka menggunakan teknologi tersebut secara aman? Temua-temuan Utama Penelitian Sebagian besar anak-anak dan remaja berkomunikasi online, tetapi masih terdapat kesenjangan digital diantara mereka. 2

Studi ini menemukan bahwa hampir 80 persen dari mereka yang disurvei adalah pengguna internet, dan berhasil membuktikan adanya kesenjangan antara wilayah perkotaan, yang umumnya lebih makmur, dibanding perdesaan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta dan Banten, sebagai contoh, hampir semua responden adalah pengguna internet. Namun, di Maluku Utara dan Papua Barat, pengguna internet kurang dari sepertiga jumlah responden. Kesenjangan yang juga jelas terlihat di antara wilayah perkotaan dan perdesaan adalah dalam proporsi anak responden yang tidak menggunakan internet. Di wilayah perkotaan jumlah mereka yang tidak menggunakan internet hanya 13 persen, sedangkan di perdesaan jumlahnya mencapai 87 persen. Ketika diminta untuk menjelaskan mengapa mereka tidak menggunakan internet, bagian besar responden mengutarakan tentang kurangnya akses komputer, tidak adanya biaya, dan ketidaksetujuan orangtua sebagai tiga faktor utama. Sumber belajar dan alat yang digunakan untuk mengakses internet Mayoritas responden mengaku telah menggunakan internet selama lebih dari setahun, dan hampir separuhnya mengetahui tentang internet pertama kali dari teman-teman. Studi ini juga membuktikan secara jelas bahwa anak-anak dan remaja dalam mengakses internet dapat menggunakan berbagai peralatan untuk mengakses internet, yaitu PC yang digunakan oleh 69 persen responden, telepon seluler 52 persen, laptop 34 persen, dan smartphone 21 persen, tablet 4 persen, dan video game 2 persen responden. Apa yang mereka lihat dan apa yang memotivasi mereka untuk online? Lebih dari tiga perempat (77.4 persen) responden terhubung ke jejaring sosial seperti Facebook dan search engines seperti Google (77.4 persen). Di samping itu, hampir separuh dari pengguna internet sudah mengakses YouTube dalam 12 bulan terakhir (49.4 persen). Studi ini juga mengungkapkan tiga motivasi utama penggunaan internet oleh anak-anak dan remaja, sebagai berikut: Motivasi 1: Mencari informasi (80.2 persen), dan responden yang mencari informasi terutama untuk menyelesaikan tugas sekolah mereka sebanyak 75.5 persen 3

Motivasi 2: Persahabatan. Anak-anak dan remaja juga meggunakan internet untuk menambah jumlah teman di dunia virtual, dan proporsinya sebesar 70.13 persen. Lebih dari separuh (52.2 persen) juga menggunakannnya untuk berinteraksi dengan teman-teman, dan lebih dari sepertiga (39.31 persen), menggunakannya untuk terhubung kembali dengan teman-teman lama. Motivasi 3: Hiburan. Sebagian besar responden juga menggunakan internet untuk memperoleh hiburan musik (64.5 persen) dan game online (64.2 persen). Mereka juga menggunakannya untuk mengakses video (39 persen), dan artikel (33.6 persen). Hanya sebagian kecil (13.3 persen) yang mengakses internet untuk mengikuti berita tentang selebriti atau idola mereka. Dengan siapa mereka berkomunikasi dan apa yang dibicarakan? Mayoritas responden pengguna internet (89.3 persen) berkomunikasi secara online dengan teman-teman, sementara 56.3 persen berkomunikasi dengan keluarga dan hanya sedikit lebih dari sepertiga (34.6 persen) yang berkomunikasi dengan guru. Satu hal yang dapat menimbulkan kekhawatiran adalah bahwa hampir seperempat responden (24.2 persen) berkomunikasi dengan orang yang tidak terlalu mereka kenal, dan hal ini tentu dapat menimbulkan implikasi tertentu terhadap keamanan mereka. Dalam berkomunikasi secara online anak-anak dan remaja tersebut bagian besar membicarakan tentang kegiatan sekolah (73 persen), dan hanya ada sebagian kecil yang membicarakan tentang dunia dan isu politik (5 persen). Penggunaan media digital yang tidak aman Studi ini juga menemukan terdapat 41 persen responden yang tidak menyampaikan dengan jujur tentang usia mereka yang sebenarnya. Hal ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran akan adanya resiko yang harus dihadapi anak-anak dan remaja ketika online mengingat banyak di antara mereka (24.2 persen) yang berinteraksi secara online dengan orang-orang yang tidak mereka kenal. Selain itu, studi ini juga menemukan responden umumnya tidak setuju dengan penggunaan kata-kata yang kasar/tidak sopan dan foto-foto yang yang vulgar atau tidak sopan di internet, begitu pula dengan pornografi online. Temuan menunjukkan, 14 persen 4

responden sudah pernah mengakses konten pornografi online secara sengaja. Lebih dari separuh (52 persen) sudah pernah menjumpai konten pornografi baik berupa teks, gambar maupun video yang mereka peroleh melalui orang yang dikenal sebelumnya, orang yang baru dijumpai di dunia maya, email yang tidak dikenal, dan pop-up advertising (iklan yang muncul secara tiba-tiba). Cyber bullying Tindak kekerasan atau bullying merupakan hal yang bisa terjadi di dunia cyber di Indonesia seperti halnya di negara-negara lain. Anak-anak dan remaja merupakan pihak yang paling rentan, meskipun terkadang juga bertindak sebagai pelaku. Tetapi studi ini menemukan bahwa mayoritas responden (58 persen) tidak menyadari keberadaan tindak kekerasan tersebut. Mereka yang sudah pernah mengalaminya, yakni sebanyak 8.2 persen, mengaku pernah di-bully melalui jejaring/media sosial, dan sebanyak 4.4 persen melalui pesan sms. Hanya 1 persen yang mengakui bahwa mereka pernah mengirim email untuk membuat marah orang lain, tetapi ada sebanyak 9 persen mengaku pernah mengirim pesan seperti itu melalui jaringan media sosial, dan 14 persen mengatakan bahwa mereka menggunakan sms untuk mengirim pesan serupa. Privasi Studi ini juga berhasil mengungkap perilaku yang mengundang resiko yang dilakukan bagian besar responden, bekaitan dengan perlindungan privasi. Lebih dari separuh responden yang diwawancarai (50.6 persen) mengaku telah menyampaikan informasi tentang kontak sekolah mereka, hampir seperempat (24.5 persen) pernah berbagi informasi tentang nomor telepon dan alamat rumah, 22.3 persen telah berbagi foto pribadi, dan hampir seperlima (17.9 persen) telah berbagi informasi tentang keluarga mereka. Banyak orangtua dan sekolah yang kurang mengawasi penggunaan internet Meskipun terdapat lebih dari separuh responden pengguna internet (50.9 persen) mengatakan bahwa orangtua mereka mengatur atau mengawasi mereka dalam menggunakan internet, hanya ada sekitar seperlima (20.8 persen) yang mengatakan 5

bahwa mereka didampingi orangtua ketika melakukan kegiatan online, dan hanya sekitar seperempat (26.1 persen) yang mengatakan bahwa orangtua benar-benar mengawasi mereka dalam menggunakan internet di rumah. Studi ini juga menemukan bahwa hanya ada 25 persen responden yang bersekolah di sekolah negeri mengatakan sekolah mereka menetapkan pembatasan pada data yang dapat mereka akses, sementara 42.1 persen responden yang bersekolah di sekolah swasta mengatakan bahwa sekolah mereka memberlakukan pembatasan tersebut. Pendekatan Terkini Untuk menjaga keamanan anak-anak dan remaja ketika menggunakan internet Pemerintah sebetulnya telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya, yang telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika selama ini adalah mengembangkan aplikasi Trust-positive, melaksanakan sosialisasi dan edukasi publik Internet Sehat dan Aman, meningkatkan literasi TIK melalui pelatihan-pelatihan singkat baik di sekolah, mall maupun tempat-tempat lainnya dengan melibatkan relawan TIK yang ada di seluruh Indonesia, menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai situs-situs yang dirasakan mengganggu. Selain itu, bekerjasama dengan UNICEF, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak saat ini tengah berupaya merumuskan Rencana Aksi Nasional (RAN) tentang akses informasi untuk anak-anak guna memastikan agar mereka mempunyai akses untuk mendapat informasi, pengetahuan dan ide-ide yang bermanfaat, dan untuk melindungi anak-anak dari berbagai risiko dan konsekuensi negatif dalam mengakses informasi. Dalam konteks ini, maka hasil studi ini dapat memberikan kontribusi dengan menyediakan data yang diperlukan tidak saja bagi pengembangkan program/kegiatan peningkatan edukasi dan pelatihan literasi TIK tetapi juga bagi perumusan RAN, yang bertujuan mempromosikan dan mengembangkan media ramah anak yang akan memberikan informasi, pengetahuan dan ide bagi anak-anak secara aman. Inisiatif Pemerintah mengembangkan Kota Ramah Anak juga bertujuan mempromosikan partisipasi anak-anak dan remaja dalam pengambilan keputusan terkait komunitas mereka, yang tentu saja membutuhkan informasi dan pengetahuan, disamping saluran komunikasi 6

yang efektif yang memungkinkan mereka berbagi pendapat dan didengar pendapatnya. Langkah-langkah yang diperlukan selanjutnya Berdasarkan temuan-temuan yang telah disebutkan, studi ini mengusulkan sepuluh langkah yang perlu dipertimbangkan untuk melindungi hak-anak-anak atas informasi dan dalam mengekpresikan pandangan mereka, dan juga hak atas keamanan, yaitu: 1. Menggunakan perspektif anak-anak dan remaja dalam mengembangkan rancangan program informasi tentang keamanan digital 2. Melandaskan program tersebut berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan mengembangkannya dalam kolaborasi dengan anak-anak dan remaja untuk memastikan relevansinya 3. Melibatkan orangtua dan guru untuk mengawasi dan mendampingi perjalanan digital anak-anak dan remaja, misalnya, dengan menjadi 'teman' pada jejaring sosial mereka. 4. Meningkatkan keamanan/proteksi konten sehingga dunia virtual dapat menjadi tempat yang aman dan positif bagi anak-anak dan remaja 5. Memusatkan perhatian pada penyediaan informasi bagi anak-anak dan remaja tentang bahaya yang mungkin terjadi jika mereka di dunia nyata menemui kenalan yang mereka jumpai di dunia online. 6. Memastikan bahwa orangtua dan guru menyadari dan terlibat dalam program keamanan digital yang ditujukan bagi anak-anak dan remaja 7. Menyeimbangakan pesan-pesan tentang keamanan media digital dengan penekanan pada nilai positif internet bagi kepentingan pendidikan, penelitian, dan niaga. 8. Mendorong anak-anak dan remaja untuk melihat dan menggunakan internet sebagai sumber yang berharga, serta menggunakan teknologi digital secara efektif bagi tujuan pendidikan, informasi, perluasan kesempatan dan pemberdayaan diri. 9. Melaksanakan kampanye keamanan digital baik online maupun offline melalui media konvensional dan media digital yang biasa digunakan anak-anak dan remaja. 10. Mengembangkan kader-kader keamanan digital, yang terdiri dari kalangan anak-anak dan remaja sendiri, yang lebih mudah berbicara pada teman sebaya mereka mengenai masalah ini baik secara langsung (face-to-face) maupun melalui saluran komunikasi yang ada. Tim Peneliti 7