I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

Muhammad S., dkk. : Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit ISSN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika gigi (Ferreira dkk., 2011). Salah satu perawatan yang diminati masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

Adaptasi marginal restorasi Kelas 2 menggunakan bahan adhesif

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

PERBEDAAN KEBOCORAN MIKRO RESIN KOMPOSIT BULK-FILL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

PERBANDINGAN KEBOCORAN TEPI ANTARA RESTORASI RESIN KOMPOSIT TIPE BULK-FILL DAN TIPE PACKABLE DENGAN PENGGUNAAN SISTEM ADHESIF TOTAL ETCH DAN SELF ETCH

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia kedokteran gigi seiring dengan perkembangan pada sistem dental adhesive, meningkatnya kebutuhan pasien akan estetis dan terlebih lagi adanya permintaan untuk mempertahankan struktur gigi (Kwon dkk., 2012). Selain itu kebutuhan masyarakat akan estetika akhir-akhir ini juga sangat meningkat yang didukung pengetahuan teknologi restorasi baik bahan maupun prosedurnya agar bisa memberikan penampilan yang alami seperti gigi asli (Kugel dan Ferrari, 2000). Bertolak belakang dengan keunggulan resin komposit ini, polymerization shrinkage seringkali menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan kegagalan awal ikatan antara komposit dan dentin, terbentuknya celah interfasial, sehingga dapat menimbulkan microleakage, diskolorasi tepi, serta karies sekunder (Idriss dkk., 2003). Penggunaan bahan restorasi resin komposit memerlukan bahan lain yang bisa melekatkan ke struktur gigi yaitu bahan bonding. Sistem bonding membantu pelekatan resin komposit ke struktur gigi, sehingga kualitas bahan resin komposit sebagai bahan restorasi gigi meningkat (Craig dan Powers, 2002). Pelekatan bahan bonding ke jaringan keras gigi merupakan faktor penting untuk keberhasilan penggunaan bahan restorasi yang mengalami pengerutanpada saat polimerisasi. Ketika penggunaan bahan bonding tidak baik, hal ini dapat

2 menyebabkan terbentuknya celah,kebocoran, recurrent caries, iritasi pulpa dan mungkin juga dapat menyebabkan hilangnya retensi (Mathias dkk., 2011). Bahan bonding terus berkembang sampai ditemukannya bahan bondinggenerasi 7 pada pertengahan tahun 2000, yaitu bahan bondingyang dikemas dalam satu botol yang didalamnya terdiri atas etsa, primer dan bahan bondingdengan sistem aplikasi tunggal dan tidak memerlukan tahap pencucian. Self-etching primer bonding systems terdiri dari 20 % fenyl-p dalam 30 % HEMA untuk bondingpada enamel dan dentin. Kombinasi tahapan etching dan priming dapat mempersingkat waktu berkerja dengan mengeliminir pencucian gel asam dan juga dapat mencegah resiko kolaps nya kolagen (Farah and Powers, 2009). Secara klinis untuk meminimal terjadinya pengerutan komposit disarankan menggunakan teknik penumpatan incremental untuk menurunkan C-factor, menggunakan teknik penyinaran soft-cure atau pulse delay cure untuk memperlambat polimerisasi dengan menurunkan intensitas sinar secara perlahanlahan dari alat penyinaran, serta menggunakan material perantara seperti komposit flowable untuk mengurangi pengerutan (Kwon dkk., 2012). Menurut Iovan dkk. (2011) untuk meminimal pengerutan polimerisasi dan memaksimalkan konversi monomer, ketebalan setiap lapis komposit tidak melebihi dari 2mm. Pada banyak kavitas, dua atau lebih lapisan material harus digunakan, masing-masing diaplikasikan, dikondensasi, dibentuk, dan dipolimerisasi. Prosedur yang berulang ini menunjukkan bahwa teknik restorasi ini sulit untuk dilakukan dan adaptasi komposit di daerah margin serta dinding kavitas tidaklah sempurna. Walaupun begitu teknik incremental yang cermat

3 masih dikatakan sebagai teknik yang efektif dalam menutup tepi restorasi resin komposit (Mathias dkk., 2011).Teknik incremental memiliki kerugian termasuk kemungkinan terjadinya kontaminasi diantara lapisan, kegagalan bonding diantara lapisan, kesulitan dalam penempatan bahan restorasi karena terbatasnya akses pada preparasi, serta diperlukannya waktu yang lebih banyak untuk menempatkan dan mempolimerisasi setiap lapisan. Masalah ini mendorong para produser untuk menemukan solusi agar setiap material restorasi dan teknik restorasi dapat dengan mudah diaplikasikan dan lebih cepat untuk digunakan. (Iovan dkk., 2011). Untuk menguji apakah kita bisa atau tidak menghilangkan tahapan-tahapan incremental dan menumpat kavitas hanya dalam satu tahap, kinerja dari resin komposit untuk gigi posterior perlu dievaluasi pada kavitas yang dalam dan sempit (kavitas kelas I). Kavitas ini memiliki nilai C-factor yang paling besar dibandingkan dengan kavitas yang lainnya. C-factor adalah rasio antara permukaan restorasi yang berikatan dengan struktur gigi (bonded area) dengan permukaan yang bebas (unbonded area). C-factor telah diteliti hubungannya terhadap kontraksi menggunakan metode ukuran kavitas dengan volum yang berbeda. Volum kavitas merupakan besarnya kavitas yang direstorasi dan memiliki dimensi berupa luas permukaan dikalikan kedalaman (Braga dkk., 2006). Nilai C-factor yang tinggi menghasilkan nilai kontraksi resin komposit yang tinggi pula. Kavitas klas I dan klas V mempunyai nilai C-factor yang tinggi sehingga memiliki kontraksi yang tinggi (Robersondkk., 2006).Terdapat pengaruh antara volum kavitas terhadap besarnya kontraksi. Semakin besar volum kavitas

4 maka semakin besar tingkat kontraksi volumetrik resin komposit. (Braga dkk., 2006). Saat ini telah lahir alat baru dengan teknik penghantaran resin komposit dalam satu kali tahap yaitu bulk-fill. Teknik penumpatan bulk-fill merupakan suatu metode penempatan material restorasi kedalam seluruh preparasi kavitas dan diisi dalam satu kali lapisan kemudian dipapar dengan sinar. Namun beberapa penulis mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara teknik bulk-fill dan incremental ketika dilakukan pengujian ukuran celah margin pada restorasi komposit kelas II secara in-vitro, selain itu juga tidak ada perbedaan microhardness pada kedua teknik tersebut (Lazarchik dkk., 2007). Suatu metode restorasi baru yang menggunakan instrumen yang bisa mengkondensasi material restorasi melalui vibrasi telah diperkenalkan. Prinsip teknik restorasi ini adalah dengan adanya vibrasi menurunkan viskositas resin, sehingga memungkinkan material ini mengalir dan beradaptasi dengan mudah pada dinding kavitas tanpa terbentuknya gelembung udara. Alat seperti ini telah diciptakan oleh beberapa produser dengan pengoperasian dan prinsip kerja yang sama yaitu dengan vibrasi sonic. SonicFill (Kerr Corporation) merupakan komposit dengan 84% filler yang divibrasi dan diletakkan dalam kavitas menggunakan handpiece dengan vibrasi sonic. Saat handpiece aktif, vibrasi berfrekuensi tinggi akan menurunkan viskositas material komposit formula khusus hingga 87% dan dengan cepat resin komposit tertekan keluar dari ujung capsule (Iovan dkk., 2011). SonicFill mengunakan resin komposit dengan modifiers khusus yang dapat bereaksi dengan vibrasi sonic. Pada saat awal tahap

5 resting, modifiers membentuk sebuah perpanjangan jaringan yang stabil diseluruh resin. Selama vibrasisonic diaplikasikan pada handpiece, modifiers akan meyebabkan viskositas resin menurun hingga 87% dan menaikkan sifat alir dari resin untuk penempatan dan adaptasi resin ke dinding kavitas. Setelah vibrasisonic dihentikan, resin komposit kembali menjadi material yang lebih kental dan ideal untuk diukir dan dibentuk. Walau konsistensi material tidak sama persis dengan komposit flowable, namun vibrasi yang ada menjamin adaptasi resin komposit ke dinding kavitas sama dengan resin komposit flowable. Kedalaman penyinaranyang mencapai 5 mm dan pengerutan polimerisasi yang rendah (1,6%), memungkinkan SonicFill diaplikasikan secara bulk (Kerr News.,2013). Cao Luu dkk. (2011) dalam penelitiannya membandingkan antara resin komposit SonicFill dengan resin komposit konvensional (Premise-Kerr) ketika vibrasisonic diaktifkan, menemukan bahwa viskositas komposit SonicFill dapat turun hingga 87%, padahal dengan komposit Premise penurunan viskositas hanya 36%. Premisetergolong ke dalam resin komposit nanohibrid. Resin komposit nanohibrid merupakan resin komposit universal yang memiliki kekuatan dan ketahanan dari komposit makro hibrid serta kemampuan poles yang didapat dari komposit nanofilnya, sehingga resin komposit ini dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi anterior dan posterior (Puckett dkk., 2007). Ukuran partikel resin komposit ini lebih kecil sehingga menyebabkan resin komposit nanohibrid memiliki pengerutan penyinaran yang lebih sedikit, memiliki defleksi dinding cusp yang lebih kecil dan mengurangi adanya mikrofisur pada tepi enamel yang

6 dapat menyebabkan kebocoran mikro, perubahan warna tumpatan, penetrasi bakteri dan sensitifitas post operative (Garcia dkk.,2006). Kebocoran mikro merupakan celah interfasial antara dinding kavitas permukaan gigi dengan bahan restorasi yang dapat dilalui oleh bakteri, cairan, molekul dan ion (Alani dan Toh., 1997). Kebocoran mikro dapat dideteksi dengan tes laboratoris meliputi penetrasi bakteri, penetrasi dye dan isotop radioaktif. Cara yang paling sering digunakan adalah penetrasi dye. Identifikasi kebocoran mikro dengan penetrasi dye ditunjukkan oleh penetrasi larutan pewarna ke dalam celah interfasial. Jenis zat pewarna yang digunakan dapat berupa larutan atau partikel suspensi dengan konsentrasi 0,5-10% dengan lama perendaman 4-72 jam atau lebih. Zat pewarna yang dapat digunakan adalah biru anilin, larutan biru metilen, basic fushion, tinta india, rhodamin B dan biru alsian. Zat pewarna biru metilen sering digunakan karena memiliki daya penetrasi tinggi dan mudah larut dalam air (Alani dan Toh, 1997). Pengukuran kedalaman penetrasi larutan pewarna biru metilen 2% dilakukan pada restorasi bagian tepi (Chimello dkk., 2002). Trowbridge (1987), membagi metode untuk mendeteksi kebocoran mikro menjadi tiga kelompok yaitu: 1) Uji laboratorium meliputi penggunaan bahan pewarna, isotop radioaktif, bakteri dan aliran udara sepanjang restorasi ; 2) Teknik visualisasi pada celah tepi ; 3) Uji klinis meliputi efek fisiologik dan biologis. Bauer dan Henson (1984), menambahkan teknik visualisasi secara langsung adalah teknik yang pertama sekali digunakan untuk mengevaluasi suatu kebocoran mikro.

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan suatu permasalahan apakah terdapat perbedaan kebocoran mikro resin kompositbulkfillvibrasi sonic dan resin komposit nanohibrid pada kavitas kelas I. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kebocoran mikro resin kompositbulkfillvibrasi sonicdan resin komposit nanohibrid pada kavitas kelas I. D. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya (Begino dkk.,2011) menguji pengaruh beberapa bahan bondingterhadap kebocoran mikro resin komposit sonicfill, dan penelitian Matthias dkk (2011) yang menguji kualitas margin antara resin komposit bulkfill flowable dengan kedalaman kavitas 4 mm dibandingkan dengan resin komposit menggunakan teknik layering dengan kavitas kelas II.Penelitiansekarangdilakukan dengan menguji perbedaan kebocoran mikro resin komposit bulkfill vibrasi sonic dan resin komposit nanohibrid pada kavitas kelas I. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para dokter gigi sebagai pertimbangan untuk memilih resin komposit terbaik dalam melakukan restorasi pada gigi posterior untuk mencegah terjadinya kebocoran mikro, sehingga gigi dapat berfungsi kembali dengan optimal dan restorasi dapat bertahan lama, serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.