3 Percobaan dan Hasil

dokumen-dokumen yang mirip
3 Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BABm METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA KULIT BATANG TUMBUHAN CERIA (Baccaurea hookeri)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dalam jumlah dan variasi struktur yang banyak memungkinkan untuk memmpelajari aplikasinya untuk tujuan terapeutik. IV.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Transkripsi:

3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel D. triquetrum (II)). Sampel daun tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga menjadi serbuk sebanyak 845 gram (sampel D. triquetrum (I)) dan 840 gram (sampel D. triquetrum (II)). 3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk isolasi senyawa meliputi pelarut organik, silika gel dan pereaksi penampak noda untuk kromatografi lapis tipis. Pelarut yang digunakan adalah pelarut pro analisis (p.a) dan pelarut teknis. Pelarut teknis didistilasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam proses isolasi. Pelarut teknis yang digunakan antara lain n- heksana, etil asetat, aseton, dan metanol. Pelarut p.a yang digunakan adalah kloroform. Larutan lainnya yang digunakan adalah pereksi penampak noda yaitu Ce(SO 4 ) 2 1,5 % dalam H 2 SO 4 2N. Teknik pemisahan yang digunakan meliputi Kromatografi Vakum Cair (KVC) yang menggunakan Si gel Merck 60 G, kromatografi gravitasi menggunakan Si gel Merck 60 GF 254 (35-70 mesh) dan Si gel Merck 60 GF 254 (230-400 mesh), kromatografi radial (KR) menggunakan Si gel Merck 60 PF 254, Kromatografi Sephadex LH-20 dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan pelat yang berlapis Si gel Merck 60 Merck Kiesel GF 252 dengan tebal 0,25 mm. Alat-alat lain yang dipakai adalah peralatan gelas yang biasa digunakan di laboratorium seperti gelas ukur, pipet tetes, botol vial, corong buchner dan chamber KLT, digunakan pula rotary evaporator, alat distilasi, kolom untuk Kromatografi Vakum Cair (KVC) dan Kromatografi Radial (KR) dan kolom kromatografi sephadex LH-20. Pengukuran spektroskopi NMR menggunakan alat JEOL ECA 500, yang bekerja pada 300 MHz ( 1 H) dan 100 MHz ( 13 C) yang terdapat di Meiji Pharmaceutical University, Jepang dan JEOL ECA 500, yang bekerja pada 500 MHz ( 1 H) dan 125 MHz ( 13 C) yang terdapat di Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan, LIPI, Serpong. 5

3.3 Ekstraksi dan Isolasi 3.3.1 Ekstraksi Sebanyak 845 g sampel D. triquetrum (I) dimaserasi dengan metanol sebanyak 5 liter selama 1x24 jam. Maserasi diulang sebanyak 2 kali kemudian filtrat disaring dan diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak sebanyak 81,5 gram berupa padatan berwarna coklat kehitaman. Sampel D. triquetrum (II) sebanyak 840 g dimaserasi dengan metanol sebanyak 5 liter selama 1x24 jam. Maserasi kemudian diulang sebanyak satu kali kemudian filtrat disaring dan diuapkan menggunakan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak metanol sebanyak 91,5 gram berupa padatan yang juga berwarna coklat kehitaman. 3.3.2 Isolasi Proses isolasi dibagi menjadi dua tahap yaitu fraksinasi dan pemurnian. Pada tahap fraksinasi dilakukan pemisahan senyawa berdasarkan kepolaran dari ekstrak kasar menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana. Setelah melalui tahap fraksinasi dilakukan tahap pemurnian yaitu dengan menghilangkan pengotor dari senyawa target hingga diperoleh senyawa murni. Dari ekstrak sampel D. triquetrum (I) sebanyak 61,5 gram dilarutkan menggunakan 100 ml metanol, kemudian ditambahkan 1 liter eter p.a. selanjutnya didiamkan sesaat dan terdapat endapan berupa tannin (29 gram). Endapan tannin dipisahkan dengan cara didekantasi dan selanjutnya diperoleh larutan ekstrak eter yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak eter tersebut difraksinasi dengan menggunakan Kromatografi Vakum Cair (KVC) menggunakan eluen kombinasi n-heksana dan etil asetat yang ditingkatkan kepolarannya menghasilkan 12 fraksi yang kemudian digabung berdasarkan pola KLT dan diperoleh 5 fraksi utama A-E (gambar 3.1). Dari hasil penggabungan diperoleh hasil sebagai berikut : fraksi A (3,62 g), fraksi B (0,77 g), fraksi C (0,55 g), fraksi D (0,13 g), fraksi E (0,38 g). Fraksi B dimurnikan kembali dengan menggunakan kromatografi radial sebanyak dua kali yaitu seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.2 (B.1-20 dan B.1-18 ) menggunakan eluen kloroform : metanol (9,75 : 0,25) menghasilkan senyawa murni asam p-hidroksi benzoat (58) dari hasil penggabungan fraksi B.18-19 dan B.16-17 sebanyak 12 mg. 25

Gambar 3.1Kromatogram hasil fraksinasi dengan kromatografi vakum cair (a) Kromatogram KVC (b) Hasil penggabungan fraksi Gambar 3.2 Kromatogram hasil pemisahan fraksi B (a) Kromatogram bagian 1 (b) Kromatogram bagian 2 26

Senyawa asam p-hidroksi benzoat (58) kemudian diuji kemurnian dengan menggunakan eluen n-heksana : aseton (1 : 1), kloroform : etil asetat (1 : 1) dan n-heksana : aseton (7 : 3) (gambar 3.3). Skema isolasi asam p-hidroksi benzoat (58) diperlihatkan pada gambar 3.7. Gambar 3.3 Uji kemurnian senyawa asam p-hidroksi benzoat (58) (a) Eluen n-heksana : aseton (1 : 1) (b) Eluen kloroform : etil asetat (1 : 1) (c) Eluen n-heksana : aseton (7 : 3) Fraksi B.16-17 dan B.6-15 yaitu pada gambar 3.2 digabung dan kemudian dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi radial (70 mg). Hasil pemisahan menggunakan kromatografi radial tersebut digabung (41 mg) yaitu fraksi B1.1-10 (gambar 3.4) kemudian pada fraksi tersebut lakukan pemisahan menggunakan sephadex LH-20 dengan menggunakan pelarut metanol dan diperoleh senyawa kaempferol (33) (2 mg) yaitu fraksi B2.8-14 (gambar 3.5). Gambar 3.4 Kromatogram fraksi B1.1-10 hasil kromatografi radial 27

Gambar 3.5 Kromatogram fraksi B2.1-24 hasil kromatografi gravitasi sephadex LH-20 Senyawa kaempferol (33) kemudian diuji kemurnian dengan menggunakan eluen n-heksana : aseton (7 :3), n-heksana : aseton (1 : 1) dan aseton : kloroform (7,5 : 2,5) seperti yang terlihat pada gambar 3.6. Skema kerja isolasi kaempferol (33) dapat dilihat pada gambar 3.7. Gambar 3.6 Uji kemurnian senyawa kaempferol (33) (a) Eluen n-heksana : aseton (7 :3) (b) Eluen n-heksana : aseton (1 : 1) (c) Eluen aseton : kloroform (7,5 : 2,5) 28

Daun Desmodium triquetrum (I) (845 g) Maserasi dengan metanol Ekstrak metanol (I) (61,5 g) - Larutkan dalam metanol - Endapkan tanin dengan penambahan eter - Uapkan dengan rotary evaporator Ekstrak eter KVC Tanin (29 g) Fraksi A (3,62 g) Fraksi B (0,77g) Fraksi C (0,55 g) Fraksi D (0,13 g) Fraksi E (0,38 g) KR Fraksi B.1-20 Fraksi B.1'-20' Fraksi B.18-19 Fraksi B.16-17 Fraksi B.16'-17' Fraksi B.16'-17' KR Asam p-hidroksi benzoat (12 mg) Fraksi B1.1-10 Sephadex LH-20 Kaempferol (2 mg) Gambar 3.7 Skema kerja isolasi senyawa asam p-hidroksi benzoat (58) dan senyawa kaempferol (33) Ekstrak sampel D. triquetrum (II) sebanyak 91,5 gram dilarutkan menggunakan 100 ml metanol, lalu ditambahkan 1 liter eter p.a. dan didiamkan sesaat setelah itu terlihat endapan berupa tanin. Endapan tanin dipisahkan dengan cara didekantasi dan selanjutnya diperoleh larutan ekstrak eter yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator (61 g). Ekstrak eter tersebut sebanyak 40 g difraksinasi dua kali (dengan masing-masing 20 g) menggunakan Kromatografi Vakum Cair (KVC) dengan kombinasi eluen n-heksana dan etil asetat. Hasil KVC dihasilkan 12 fraksi dari KVC (I) dan 12 fraksi dari KVC (II) yang 29

kemudian digabung berdasarkan pola KLT dan diperoleh 4 fraksi utama A -D dari KVC (I) dan 4 fraksi utama A -D dari KVC (II). Gambar 3.8 Kromatogram hasil kromatografi vakum cair (a) Hasil KVC (I) (b) Hasil KVC (II) (c) Hasil penggabungan fraksi dari KVC(I) dan KVC (II) Kemudian fraksi-fraksi yang memiliki pola yang sama digabung dan diperoleh fraksi A (1,84 g), A (1,72 g), D (0,37 g), lalu fraksi B yang digabung dengan fraksi B (2,10 g), dan fraksi C, C digabung dengan fraksi D (1,85 g). Fraksi C C D di lakukan pemisahan menggunakan KVC dan diperoleh 14 fraksi yaitu C C D.1-14 (gambar 3.9). 30

Gambar 3.9 Kromatogram fraksi C C D.1-14 hasil kromatografi vakum cair Fraksi CC D.9-11 digabung untuk dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi radial. Hasil dari kromatografi radial fraksi C C D.9-11 diperoleh sebanyak 22 fraksi (C C D 1.1-22) (gambar 3.10). Fraksi C C D 1.12-13 digabung dan dilakukan pemurnian menggunakan sephadex LH-20 (gambar 3.10) dan diperoleh enam fraksi C C D 2.1-6 (gambar 3.11), dimana fraksi ke-empat (C C D 2.4) adalah epikatekin (59) (10 mg). Senyawa epikatekin (59) kemudian diuji kemurniannya dengan menggunakan eluen kloroform : aseton (6 : 4), n- heksana : etil asetat ( 3 : 7), dan kloroform : metanol (9 : 1) (gambar 3.12). Gambar 3.10 Kromatogram fraksi C C D 1.1-22 hasil kromatografi radial Gambar 3.11 Kromatogram hasil pemisahan fraksi C C D 2.1-6 hasil kromatografi gravitasi sephadex LH-20 31

Gambar 3.12 Uji kemurnian senyawa epikatekin (59) (a) Euen kloroform : aseton (6 : 4) (b) Eluen n- heksana : etil asetat ( 3 : 7) (c) Eluen kloroform : metanol (9 : 1) Fraksi B dan B yang digabung (B B ) dipisahkan kembali dengan menggunakan sephadex LH-20 dan diperoleh 16 fraksi (gambar 3.13) yaitu fraksi B B.1-16 dan dari fraksi B B.5 dan 6 digabung. Hasil penggabungan fraksi tersebut (73 mg) dipisahkan kembali dengan menggunakan sephadex LH-20 dan diperoleh sebanyak 18 fraksi yaitu fraksi BB 1.1-18 (gambar 3.14). Dari fraksi B B 1.15 hingga B B 1.17 digabung dan diperoleh kaempferol (33) (1,1 mg). Gambar 3.13 Kromatogram fraksi B B" hasil kromatografi vakum cair Gambar 3.14 Kromatogram fraksi BB 1.1-18 hasil kromatografi gravitasi sephadex LH-20 32

Senyawa kempferol (33) kemudian diuji kemurnian dengan menggunakan eluen n-heksana : aseton (7 : 3), kloroform : metanol (9 : 1), kloroform : aseton (4 : 6) (gambar 3.15). Skema isolasi epikatekin (59) dan kaempferol (33) dapat dilihat pada gambar 3.16. Gambar 3.15 Uji kemurnian senyawa kaempferol (33) (a) Eluen heksana : aseton (7 : 3) (b) Eluen kloroform : metanol (9 : 1) (c) Eluen kloroform : aseton (4 : 6) 33

Daun Desmodium triquetrum (II) (840 g) Ekstrak metanol (II) (91,5 g) Maserasi dengan metanol - Larutkan dalam metanol - Endapkan tanin dengan penambahan eter - Uapkan dengan rotary evaporator Ekstrak eter Tanin (30,5 g) KVC Fraksi A' (1,84 g) Fraksi B' (1,09 g) Fraksi C' (0,55 g) Fraksi D' (0,37 g) Fraksi A" (1,72 g) Fraksi B" (1,01 g) Fraksi C" (0,11 g) Fraksi D" (0,13 g) Sephadex KVC Fraksi BB'.5-6 Fraksi CC'D.9-11 Sephadex KR Fraksi BB'1.15-17 Fraksi CC'D1.12-13 Sephadex Kaempferol (1,1 mg) Fraksi CC'D2.4 Epikatekin (10 mg) Gambar 3.16 Diagram kerja isolasi senyawa epikatekin (59) dan senyawa kaempferol (33) 34

3.4 Data Spektroskopi 3.4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58) Spektrum 1 H NMR (aseton-d 6 500 MHz), δ H (ppm) : 7,90 (2H, d, J = 7,6 Hz, H-2 dan H-6), 6,91 (2H, d, J = 7,6 Hz, H-3 dan H-5). Spektrum 13 C NMR (aseton-d 6 125 MHz), δ C (ppm) pada : 122,6 (C-1), 132,7 (C-2 dan C-6), 115,9 (C-3 dan C-5), 162,5 (C-4), 167,4 (-COOH). 3.4.2 Senyawa Epikatekin (59) Spektrum 1 H NMR (aseton-d 6 300 MHz), δ H (ppm) : 4,88 (1H, brs, H-2), 4,21 (1H, brd, J = 4,5 Hz, H-3),.2,73 (1H, dd, J = 16,8; 4,5 Hz, H-4a*), 2,85 (1H, dd, J = 16,8; 4,5 Hz, H- 4b*), 6,02 (1H, d, J = 2,2 Hz, H-6), 5,92 (1H, d, J = 2,2 Hz, H-8), 7,05 (1H, d, J = 1,5 Hz, H-2 ), 6,79 (1H, d, J = 8,4 Hz, H-5 ), 6,83 (1H, dd, J = 1,5; 8,4 Hz, H-6 ) Spektrum 13 C NMR (aseton-d 6 100 MHz), δ C (ppm) pada : 79,4 (C-2), 66,9 (C-3), 29,1 (C- 4), 99,7 (C-4a), 157,4 (C-5), 96,1 (C-6), 157,4 (C-7), 95,7 (C-8), 157,0 (C-8a), 132,1 (C-1 ), 115,4 (C-2 ), 145,2 (C-3 ), 145,1 (C-4 ), 115,2 (C-5 ), 119,3 (C-6 ). 3.4.3 Senyawa Kaempferol (33) Spektrum 1 H NMR (aseton-d 6 300 MHz), δ H (ppm) : 6,26 (1H, d, J = 1,7 Hz, H-6), 6,53 (1H, d, J = 1,7 Hz, H-8), 8.15 (2H, d, J = 8,8 Hz, H-2 dan 6 ) dan 7.01 (2H, d, J = 8,8 Hz, H-3 dan 5 ). 35

3.5 Data Bioaktivitas Hasil uji aktivitas ekstrak metanol (I) dan (II) serta terhadap satu senyawahasil isolasi yaitu asam p-hidroksi benzoat (58) terhadap sel murin leukemia P-388 serta uji inhibitor tirosin kinase dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Hasil uji aktivitas aktivitas ekstrak metanol (I) dan (II) serta asam p-hidroksi benzoat (58) Ekstrak MeOH D.triquetrum (I) Ekstrak MeOH D.triquetrum (II) Senyawa Asam p-hidroksi benzoat (58) Uji inhibitor tirosin kinase (% inhibisi) Konsentrasi 100µg/mL 47,66 (positif kontrol 60,1 %) 59,4 (positif kontrol 66,2 %) Tidak aktif Sel murin leukemia P-388 (IC 50 µg/ml) - 6,5 µg/ml - Hasil pengujian mengikuti prosedur uji inhibitor tirosin kinase yang dapat dilihat di Lampiran A dan dan sel murin leukimia P-388 pada Lampiran B. 36