I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Dalam bahan pangan, minyak goreng berfungsi sebagai media penghantar panas, menambah nilai gizi dan kalori serta menambah rasa gurih. Sebagian besar masakan Indonesia menggunakan minyak goreng untuk menambah kelezatan masakan yang dihasilkan. Pentingnya minyak goreng sebagai kebutuhan sehari-hari dapat dilihat dari kondisi yang terjadi pada saat krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu, di mana sempat terjadi kelangkaan minyak goreng di pasar lokal sehingga harus diadakan operasi pasar oleh pihak pemerintah. Jika dilihat dari sisi konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia, terdapat kenaikan konsumsi minyak goreng sawit pada tahun 1997, namun pada tahun 1998 terjadi sedikit penurunan. Penurunan ini disebabkan karena daya beli masyarakat yang juga menurun karena adanya krisis ekonomi dan adanya aktivitas ekspor yang tinggi. Pada tahun 1999 kembali terjadi kenaikan konsumsi minyak goreng sawit. Konsumsi minyak goreng sawit diperkirakan akan terus meningkat dalam tiga tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena ketersediaan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku yang melimpah di Indonesia, yang akan ditunjang dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia.
Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit di Indonesia Tahun Minyak Goreng Sawit (ton) 1996 1,159,502 1997 1,121,798 1998 1,048,521 1999 1,165,81 2000 1,259,155 2001 1,1,520 Sumber : Indocomercial (2001) Tabel 2. Proyeksi Konsumsi Minyak Goreng Sawit Tiga Tahun Mendatang Tahun Populasi (juta orang) Konsumsi Per Kapita (kg) Konsumsi (ton) 200 2004 2005 216.60 219.62 222.70 6.69 6.97 7.41 1,449,054 1,50,751 1,661,127 Sumber : Indocommercial (2001) Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 70 industri minyak goreng kelapa sawit dengan kapasitas produksi sebesar 5,900,61 ton per tahun. Produksi minyak goreng sawit menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi selama lima tahun terakhir. Pesatnya pertumbuhan produksi ini didorong oleh tingginya nilai tukar dolar terhadap rupiah, sehingga produsen minyak goreng sawit berlombalomba untuk meningkatkan produksi minyak goreng sawit untuk diekspor. Tabel. Penyebaran Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia Beserta Kapasitas Produksinya No. Propinsi Jumlah Industri Kapasitas Produksi (ton per tahun) 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Lampung Sumatera Selatan Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Kalimantan Barat 26 1 1 16 5 9 1 2 2 1,992,857,000 299,000 45,000 12,000 157,000 1,500,659 609,660 1,016,100 60,000 55,55 Total 70 5,900,61 Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Tabel 4. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Sawit di Indonesia (1996-2001) Tahun Produksi (ton) 1996 1,762,09 1997 2,622,599 1998 2,209,189 1999,801,745 2000,688,677 2001,898,956 Sumber : Indocommercial (2001) Industri minyak goreng memiliki ancaman berupa banyaknya produk substitusi yang ada, terutama dari bahan bakunya. Walaupun kelapa sawit masih merupakan bahan baku utama pembuatan minyak goreng, namun sekarang telah banyak bermunculan minyak goreng yang terbuat dari jagung, kedelai, wijen, dan lain-lain. Walaupun begitu minyak goreng sawit memiliki keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Keunggulan lainnya adalah karena asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu minyak goreng sawit bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dalam minyak ini tidak cepat tengik. Dari ke-70 industri minyak goreng sawit yang ada, sebagian besar bermain di pasar minyak goreng curah. Hanya sebagian kecil saja yang meramaikan pasar minyak goreng bermerek. Industri minyak goreng sawit yang bergerak di pasar minyak goreng sawit bermerek dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pemain Di Pasar Minyak Goreng Sawit Bermerek No. Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas Merek (ton/tahun) 1. PT. Eka Dura Indonesia Sumatera Utara 50,808 Sendok Mas 2. PT. Hari Sawit Jaya Sumatera Utara 96,000 Palm Oil. PT. Musim Mas Sumatera Utara 80,000 Tani 4. PT. Pamina Adolina Sumatera Utara 14,600 Indoline 5. PT. Putri Naga Sakti Sumatera Utara 15,600 PNS 6. PT. Sawit Malinda Sumatera Utara 54,000 Naga, Molinda 7. PT. Tunggal Perkasa Sumatera utara 51,97 Tiga Sendok Plantation 8. PT. Bumi Waras Lampung 45,000 Taiwan 9. PT. Bumi Sawindo Permai Sumatera Selatan 27,000 Taiwan 10. Asap Abadi Coconut Oil DKI Jakarta 219,47 Ascolina 11. PT. Asianagro Agung Jaya DKI Jakarta 275,280 Marunda 12. PT. Hasil Kesatuan DKI Jakarta 147,875 Vetco Mas 1. PT. Palko Sari Eka DKI Jakarta 0,000 Quenn, Berlian 14. PT. Intiboga Sejahtera DKI Jakarta 92,21 Bimoli, Sunrise 15. PT. Indosco Utama Jawa Barat 45,000 Indosco 16. PT. Priscolin Jawa Barat 114,660 Palm Oil 17. PT. Damai Sentosa Jawa Timur 15,000 Damai Special 18. PT. Hasil Abadi Perdana Jawa Timur 88,800 Ascolina 19. PT. Smart Corporation Jawa Timur 480,000 Kunci Mas, Filma 20. PT. Kusum Product Jawa Timur 19,500 Kusum Indonesia 21. PT. Bina Reksa Perdana DKI Jakarta 80,250 Tropical Sumber : Indocommercial (2001) Agar suatu perusahaan dapat berhasil memasarkan produknya kepada konsumen, perusahaan perlu memahami perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Pemahaman terhadap perilaku konsumen merupakan salah satu cara untuk mengetahui adanya berbagai masalah yang ada pada konsumen yang berkaitan dengan pemasaran produk. Salah satu bentuk pendekatan yang bisa dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan riset konsumen dengan maksud mengetahui adanya kedinamisan dari perilaku mereka yang banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek serta aplikasinya terhadap strategi pemasaran. 4
1.2. Perumusan Masalah PT. Intiboga Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri minyak goreng dan margarin. Hingga saat ini PT. Intiboga Sejahtera telah menghasilkan beragam produk minyak goreng dengan ujung tombaknya adalah Bimoli. Dari Depperindag (2000) didapatkan data bahwa pangsa pasar minyak goreng curah secara nasional mencapai 80% (sekitar 1,79,400 kg minyak), sedangkan minyak goreng kemasan (bermerek) secara keseluruhan hanya mencapai 20% (448,54 kg) terhadap konsumsi nasional. Saat ini semakin banyak perusahaan yang siap bertarung dalam pangsa pasar minyak goreng bermerek yang hanya 20%. Walaupun hingga saat ini Bimoli masih menjadi market leader di sektor produk minyak goreng sawit bermerek, namun telah banyak produk sejenis yang muncul di pasaran yang siap mencuri pangsa pasar Bimoli. Agar Bimoli tetap menjadi market leader, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang membuat konsumen membeli dan mengkonsumsi produk Bimoli tersebut dan menyusun strategi pemasaran yang menekankan pada faktor-faktor tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik umum konsumen produk minyak goreng sawit bermerek? 2. Bagaimana sikap konsumen terhadap berbagai atribut produk minyak goreng sawit bermerek? 5
. Atribut-atribut apakah yang menjadi keunggulan produk minyak goreng sawit bermerek Bimoli dibandingkan dengan produk sejenis lainnya dari sisi konsumen? 4. Alternatif strategi apa yang dapat diterapkan oleh PT. Intiboga Sejahtera yang sesuai dengan kondisi saat ini? 1.. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat formulasi strategi yang tepat bagi produk Bimoli dengan cara: 1. Mengidentifikasi karakteristik umum konsumen yang membeli produk minyak goreng sawit. 2. Menganalisis sikap konsumen terhadap berbagai atribut produk minyak goreng sawit bermerek. Menganalisis atribut-atribut apa yang menjadi keunggulan produk minyak goreng sawit bermerek Bimoli dibandingkan dengan produk sejenis lainnya dari sisi konsumen. 4. Memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PT. Intiboga Sejahtera yang sesuai dengan kondisi saat ini. 6
UNTUK SELENGKAPNYA DAPAT DI AKSES PADA PERPUSTAKAAN MB IPB 7