BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

21 Universitas Indonesia

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

I. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan

BAB V PENUTUP. penyusunan, penganggaran dan pengevaluasian melalui audit BSC setiap

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang bisa mengelola, mempertahankan dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan sistem pemerintahan yang sebelumnya sistem sentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB V KESIMPULAN. kinerja yang baik akan cendrung memiliki budaya asal bapak senang, dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Dari hasil pembahasan dan evaluasi terhadap penerapan Balanced

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja secara profesional layaknya organisasi swasta. Sebuah

Sistem Manajemen Strategik Balanced Scorecard (BSC) : Memonitor dan Meningkatkan Kinerja Strategis Dan Keberhasilan Reformasi Birokrasi

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

BAB I PENDAHULUAN. ukur yang telah ditetapkan (Widayanto, 1993). Pengukuran kinerja adalah suatu

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: USULAN PENGUKURAN KINERJA STUDI KASUS DI CV CIHANJUANG INTI TEKNIK CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. harta yang berharga bagi perusahaan (Intangible Assets) serta berguna untuk

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh

1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah.

ABSTRAK. Kata kunci: Balanced Scorecard, analisis SWOT, analisa BCG. Universitas Kristen Maranatha

Analisis Efektivitas Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Thomas Dwi Daryono V. V. Rantung

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kementerian Agama, sebagai salah satu satuan kerja pemerintah memiliki tugas

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memberikan pedoman kebijakan industri BPR agar jelas dan terarah yang disebut

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ditunjukkan banyak sekolah swasta yang terakreditasi A. Para pelanggan (orang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kinerja usahanya yang dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelola jasa pelayanan kesehatan. Rumah sakit pemerintah sebagai sarana utama

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. baik di mana setiap organisasi publik harus mampu bekerja secara cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB I INTRODUKSI. Bab I merupakan pendahuluan, berisi mengenai latar belakang yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang-

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Visi dan Misi...11

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosanpemborosan

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai

2016, No ); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Repu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan. permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan

BAB V PENUTUP. berbasis Balanced Scorecard dengan menggunakan keempat perspektif Balanced

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang sangat sentral kedudukannya dalam kepemerintahan, karena seluruh aspek perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan sehingga Kementerian Keuangan dalam pelaksanaannya sangat diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah sendiri untuk dapat melayani secara optimal. Tetapi dalam pelaksanaannya, tugas dan fungsi Kementerian keuangan belumlah optimal sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat di mana citra Kementerian Keuangan masih melekat dengan pelayanan yang buruk dan melalui birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. Kementerian Keuangan telah melakukan reformasi birokrasi sebagai langkah memperbaiki citra kurang baik yang selama ini melekat. Reformasi Birokrasi Kementerian keuangan telah dimulai sejak tahun 2004, Kementerian keuangan melakukan perencanaan reformasi birokrasi berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 464/KMK.01/2005 tentang pedoman strategi dan kebijakan Kementerian keuangan (Road Map Kementerian keuangan). Road Map Kementerian keuangan adalah penjabaran visi dan misi yang berisi tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan Kementerian keuangan untuk periode lima tahun. Kementerian keuangan dalam Reformasi Birokrasi perlu komitmen yang kuat dari seluruh aspek jajaran Kementerian keuangan sendiri dan

2 juga strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja dalam Kementerian keuangan. Kementerian keuangan dalam Reformasi Birokrasi menggunakannya Balanced Scorecard (BSC) sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan kinerja pada Kementerian keuangan dilakukan dengan menerjemahkan visi ke dalam peta strategi (Strategy map), lalu menuangkannya ke dalam Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator). Menurut Kaplan dan Norton (2001), Strategy Map akan sangat membantu organisasi untuk melihat strategi secara kesatuan, terintegrasi, dan dengan cara yang sistematis atau dapat diartikan merupakan cara terbaik memahami strategi. Kementerian keuangan telah menerapkan Balanced Scorecard (BSC) sebagai sistem manajemen kinerja sejak akhir tahun 2007 dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan No.30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Sebagai landasan peraturan, telah ditetapkan pula Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan dan telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian keuangan. Konsep BSC adalah menerjemahkan strategi organisasi ke dalam aktivitasaktivitas yang terencana yang dapat diukur secara berkelanjutan.bsc diciptakan untuk mengatasi kelemahan sistem pengukuran kinerja yang sebelumnya yang hanya berfokus pada aspek keuangan saja. Dalam Balanced Scorecard (BSC) aspek-aspek yang diukur lebih komprehenshif, terukur, dan seimbang. Balanced

3 Scorecard lebih komprehenshif dan seimbang karena meliputi aspek keuangan maupun aspek nonkeuangan, seperti aspek pelanggan, aspek bisnis internal, dan aspek pembelajaran dan inovasi. Keterukuran terjadi karena Balanced Scorecard mampu mengukur tujuan-tujuan strategik yang sulit diukur berupa aspek-aspek nonkeuangan (Mulyadi,2001:46) Menurut Nyimas (2009) Key Perfomance Indicator (KPI) yang merupakan measurement dari masing-masing strategy map dari Balanced Scorecard (BSC) yang diterapkan dan harus selaras dengan strategi tahapan proses dari Kementerian Keuangan. Pada Road Map Kementerian Keuangan Balanced Scorecard yang disusun pada tahun 2005 sampai 2009 menekankan pada lima strategis, yaitu: a. Tema Pendapatan Negara b. Tema Belanja Negara c. Tema Pembiayaan APBN d. Tema Kekayaan Negara e. Tema Pasar modal dan Lembaga Keuangan Penerapan Balanced Scorecard (BSC) dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor: KEP- 26/KN/2009 tentang Pengelolaan Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan DJKN. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) merupakan salah satu organisasi pemerintahan dibawah Kementerian Keuangan yang bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang, sesuai dengan kebijakan

4 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan penjabaran di atas maka DJKN menerapkan Tema kekayaan Negara dan Tema Pendapatan Negara. Dirjen Kekayaan Negara (DJKN) memiliki ciri-ciri khusus yang sedikit unik dibandingkan dengan organisasi publik yang lain, dikarenakan DJKN yang notabene sebagai organisasi pemerintah tujuan utama bukanlah untuk bisa melayani secara maksimal sesuai dengan konsep BSC pada organisasi publik tetapi DJKN harus dapat mengumpulkan aset milik negara sebanyak mungkin sesuai keinginan pemerintah sebagai pemilik organisasi pemerintah dan diharuskan untuk bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk bisa meningkatkan pendapatan berupa lelang sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dimana karateristiknya hampir sama dengan karateristik organisasi swasta yang karateristiknya mengumpulkan laba sebanyak mungkin untuk kepentingan pemegang saham. Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bandung merupakan organisasi pemerintah setingkat dibawah Direktorat Jenderal kekayaan Negara dimana Kanwil ini mempunyai tanggung jawab mengelola kekayaan negara se-jawa barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi pusat aktivitas BUMN, sehingga Jawa Barat memiliki Aset Negara yang sangat besar dan potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang sangat besar. Dengan tanggung jawab Kanwil VIII DJKN Bandung yang besar itu maka kinerja pegawai Kanwil VIII DJKN Bandung sangat berpengaruh atas pengamanan aset negara dan pendapatan negara bukan pajak.

5 Diterapkan Balanced Scorecard khususnya pada Kanwil VIII DJKN Bandung diharapkan dapat meningkatkan kinerja instansi tersebut, kinerja kanwil VIII DJKN Bandung sesuai tugas dan fungsi DJKN dinilai dari besarnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penerimaan pemanfaatan aset, penerimaan lelang, dan penerimaan pengurusan piutang Negara. Berdasarkan Rencana Strategis 2010-2014 kanwil VIII DJKN Bandung tingkat penerimaan lelang semakin tahun meningkat, tetapi penerimaan pengurusan piutang Negara (PPN) semakin tahun tidak meningkat, berikut adalah tabel penerimaan pengurusan piutang Negara : Tabel 1.1. Realisasi Piutang Negara Dapat diselesaikan (PNDS) dan Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara (Biad PPN) Tahun 2007-2011 (dalam Jutaan Rupiah) Tahun Realisasi PNDS Realisasi Biad PPN 2007 33.240,23 2.266,96 2008 38.985,28 2.319,21 2009 59.884,27 3.888,69 2010 53.400,24 3.554,03 2011 39.233,04 2.892,61 Sumber : Renstra Kanwil VIII DJKN bandung 2010-2014 & laporan capaian kinerja tahun 2010-2011 Kinerja Kanwil VIII DJKN Bandung khususnya pada Penerimaan Piutang Negara pada tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2010 saat Kanwil VIII DJKN Bandung menerapkan Balanced Scorecard mengalami penurunan, pada tahun 2011 saat Balanced Scorecard diterapkan ke seluruh pegawai Kanwil VIII DJKN Bandung, penerimaan Piutang Negara

6 mengalami penurunan mencapai 26,5%. Kinerja penerimaan piutang Negara pada saat BSC diterapkan tahun 2010 mengalami penurunan, padahal BSC bertujuan untuk bisa meningkatkan kinerja pada yang menerapkan BSC. Sampai saat ini awal tahun 2012, penerapan Balanced Scorecard di lingkungan DJKN telah diterapkan kepada seluruh aspek di lingkungan Kanwil VIII DJKN Bandung, mulai dari Kepala Kanwil sebagai Eselon II hingga tingkat pelaksana sebagai Eselon V. Penerapan Balanced Scorecard pada Kanwil VIII DJKN Bandung mengacu pada Balanced Scorecard pada DJKN Pusat, sehingga pada Kanwil VIII DJKN Bandung hanya mengikuti IKU dari pusat dengan menyepakati target capaian atas IKU yang diusulkan oleh DJKN pusat. Dengan mengikuti IKU dari DJKN pusat menyebabkan terjadinya kurang pemahaman atas BSC bagi pegawai baik dari Eselon III hingga tingkat pelaksana, sehingga yang terjadi di lapangan pegawai hanya berusaha memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pusat, tanpa mengetahui maksud target tersebut. Berbeda dengan penerapan BSC sendiri yang berfungsi untuk dapat mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada seluruh aspek di dalam organisasi tersebut. Pegawai tidak memahami secara utuh hubungan antara apa yang mereka lakukan seharihari dan tindakan mereka akan mempengaruhi tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut Nursadi yaitu pegawai yang menjabat sebagai mitra Manajer Kinerja pada Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara Bandung kepahamana pegawai terhadap penerapan BSC masih kurang, pendapat itu diperkuat dengan hasil penelitian Nyimas yang menyatakan faktor penghambat yang perlu dicermati adalah kurangnya pemahaman dan keterlibatan pegawai

7 dalam rapat evaluasi kinerja dan kurangnya program komunikasi untuk proses internalisasi BSC (Nyimas.2010:70). Menurut Kaplan dan Norton dalam Nyimas (2009) dalam keberhasilan BSC terdapat pola konsisten atas pencapaian strategi fokus dan penyelarasaan yang dikenal dengan lima prinsip Strategy Focused Organization dimana didalamnya disebutkan organisasi yang sukses dapat menghubungkan Balanced Scorecard yang mereka jalankan dengan kompensasi dalam bentuk insentif sebagai bentuk penghargaan mereka terhadap performance. Kementerian Keuangan untuk mendukung keberhasilan reformasi birokrasi menerapkan remunerasi pada seluruh karyawan. Pada Buletin kinerja nomor 1 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian keuangan mengungkapkan bahwa insentif merupakan salah satu motivator efektif untuk mendorong pegawai bekerja sesuai target organisasi. Insentif sebagai bentuk penghargaan mereka terhadap performance yang telah dicapai oleh para pegawainya. Buletin Kinerja Edisi V tahun 2010 menambahkan Semua sasaran dan target IKU yang tercapai diberi reward, dan sebaliknya, semua kegagalan berimplikasi pada punishment. Reward yang diberikan, juga harus diidentifikasi terlebih dahulu, agar sesuai dengan keinginan mayoritas pegawai. Sedangkan punishment, harus dibedakan dengan punishment sebagai akibat indisipliner atau melanggar ketentuan kepegawaian seperti KKN misalnya. Rumusan reward and punishment, harus benar-benar mencerminkan upah dari sebuah hasil kinerja dan akomodatif terhadap harapan pegawai. (Buletin Kinerja V tahun 2010) Pada kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara Bandung, kompensasi berupa tunjangan atau dikenal dengan remunerasi dalam Kementerian Keuangan menurut pengakuan Nursadi yaitu pegawai yang menjabat sebagai mitra Manajer Kinerja pada Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara Bandung belum terhubung dengan

8 Balanced Scorecard. Dengan belum terhubungnya capaian kinerja pegawai dengan insetif ataupun reward and punishment, Penerapan BSC belum dapat memenuhi lima prinsip strategy Focused Organization dalam keberhasilan penerapan BSC. Penelitian terhadap BSC pada organisasi pemerintahan masihlah sangat minim di Indonesia, khususnya bagi penelitian tingkat S1, berikut merupakan penelitian BSC pada organisasi pemerintahan yang dilakukan oleh peneliti tingkat S2 : Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Analisis Implementasi Balanced Scorecard pada Dirjen Perimbangan Keuangan Implementasi Balanced Scorecard pada organisasi publik Peneliti Nyimas Herleni RZ (2009) Imelda R. H. N (2004) Hasil Penelitian Implementasi BSC pada DJPK masih kurang dipahami dan terlibatnya pegawai dalam evaluasi kinerja. Balanced Scorecard dapat diterapkan pada organisasi publik apabila Balanced Scorecard dimodifikasi pada misi dan tujuan organisasi yaitu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Penelitian yang dilakukan Nyimas menunjukan bahwa Balanced Scorecard yang diterapkan pada Dirjen Perimbangan Keuangan masih belum

9 dapat memenuhi atas lima prinsip dari Strategy Focused Organization dalam keberhasilan penerapan Balanced Scorecard. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai hal ini, dikarenakan masih kurangnya penelitian yang meneliti penerapan Balanced Scorecard (BSC) pada pemerintahan. Maka, penulis mengambil judul : ANALISIS IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD (BSC) PADA KANTOR WILAYAH VIII DIRJEN KEKAYAAN NEGARA BANDUNG 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, penulis mengambil rumusan masalah: Apakah penerapan Balanced Scorecard (BSC) yang ada pada Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara Bandung telah memenuhi prinsip-prinsip Strategy Focused Organization. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menganalisa penerapan BSC di Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara berdasarkan prinsip-prinsip Strategy Focused Organization. 1.4 Manfaat Penelitian Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat dirasakan atau diterapkan setelah terungkapnya hasil penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

10 1.4.1 Manfaat teoritis Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian Balanced Scorecard pada organisasi pemerintah. Memberikan inspiransi peneliti lain untuk melanjutkan penerapan Balanced Scorecard pada organisasi pemerintah yang lain. 1.4.2 Manfaat praktis Memberikan informasi tambahan atas pencapaian Balanced Scorecard dalam lingkungan Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara Bandung. Sebagai bahan evaluasi untuk kebijakan Kementerian keuangan menyangkut penerapan Balanced Scorecard dalam lingkungan Kanwil VIII Dirjen Kekayaan Negara bandung