POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

commit to user BAB I PENDAHULUAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,

ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

ANALISIS LAHAN KRITIS KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Helmi Setia Ritma Pamungkas, dan Muhammad Agus Karmadi.

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN. kehilangan tanah mendekati laju yang terjadi pada kondisi alami.

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BILAH DI KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Petani Sumatera Utara. Mapping Erosion Level in Petani SubWatershed North Sumatera

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN LAHAN KRITIS DALAM UPAYA REHABILITASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN ASAHAN

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

Analisis Perubahan Tutupan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Air dan Sedimentasi Danau Tempe

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

BAB III METODE PENELITIAN

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

MENENTUKAN LAJU EROSI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam meliputi sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral.

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

BAB II METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI DAN LAHAN KRITIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1)

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

Penilaian Tingkat Bahaya Erosi di Sub Daerah Aliran Sungai Cileungsi, Bogor

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

Transkripsi:

1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan penggunaan lahan, sehingga biofisik sebagai penyebab kerusakan lahan DAS Deli yang mengakibatkan banjir di kota Medan. Kerusakan lahan DAS Deli hulu didasarkan pada prediksi laju erosi dan tingkat bahaya erosi. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, dengan melakukan pengecekan data karakteristik lahan dan karakteristik biofisik DAS Deli hulu. Evaluasi kerusakan lahan menggunakan persamaan matematik Universal Soil Loss Equation (USLE), tingkat bahaya erosi ditentukan oleh kedalaman solum tanah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli hulu didominasi oleh faktor-faktor biofisik, terutama penggunaan lahan, kemiringan lereng, bentuk lahan, dan curah hujan. Kerusakan lahan berdasarkan hasil prediksi laju erosi DAS Deli bagian hulu menunjukkan bahwa nilai erosi tertinggi ditemukan pada Sub DAS Petani mencapai 266,1 ton/ha/tahun, kemudian menyusul Sub DAS Simai-mai mencapai 182,5 ton/ha/tahun. Luas DAS Deli hulu dengan tingkat bahaya erosi berat sampai sangat berat mencapai 4.124,3 ha (25,7 %) oleh karena itu diperlukan arahan konservasi dan penggunaan lahan. KeyWords: DAS Deli hulu, kerusakan lahan, prediksi erosi. Klasifikasi kemampuan penggunaan lahan (KPL) diperoleh dengan tumpang susun (overlay) parameter kelas kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah serta tingkat bahaya erosi, serta berpedoman pada Tabel keputusan kemampuan penggunan lahan, sehingga diperoleh kelas dan sub kelas kemampuan penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan I sampai VIII. Kelas menunjukkan tingkat pembatas fisik, sub kelas menunjukkan tingkat pembatas fisik yang dominan. Daerah Aliran Sungai Deli merupakan salah satu DAS kritis di Sumatera Utara yang memerlukan prioritas penanganan sebagai lokasi sasaran rehabilitasi. Oleh karena itu, untuk dapat merencanakan rehabilitasi secara efektif dan efisien, perlu dilakukan analisis kekritisan lahan hususnya DAS Deli bagian hulu agar kerusakan lahan dapat dimitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lahan DAS Deli berdasarkan kekritisan lahan DAS Deli bagian hulu yakni Sub DAS Petani dan Simaimai. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, kegiatan survei berupa identifikasi parameter alami dan manajemen. Data hasil survei digunakan untuk mengkaji kerusakan lahan yang didasarkan pada formulasi kekritisan dan potensi lahan serta menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 diperoleh klasifikasi tingkat kekritisan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu berdasarkan hasil analisis tingkat kekritisan lahan menunjukkan bahwa luas lahan yang termasuk sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 %), kritis 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis 4.818,4 ha (30,0 %) dari total luas DAS Deli bagian hulu. Key Words: DAS Deli hulu, klasifikasi tingkat kekritisan lahan, mitigasi kerusakan lahan

2 Ringkasan Daerah Aliran Sungai Deli merupakan salah satu DAS kritis di Sumatera Utara yang memerlukan prioritas penanganan sebagai lokasi sasaran rehabilitasi. Oleh karena itu, untuk dapat merencanakan rehabilitasi secara efektif dan efisien, perlu dilakukan analisis kemampuan penggunaan lahan DAS Deli agar kerusakan lahan dapat dimitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lahan DAS Deli berdasarkan kemampuan penggunaan lahan masing-masing sub DAS. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan, kegiatan survei berupa identifikasi parameter alami dan manajemen. Data hasil survei digunakan untuk mengkaji kerusakan lahan yang didasarkan pada formulasi kekritisan dan potensi lahan serta menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 diperoleh klasifikasi tingkat kekritisan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu berdasarkan hasil analisis tingkat kekritisan lahan menunjukkan bahwa luas lahan yang termasuk sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 %), kritis 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis 4.818,4 ha (30,0 %) dari total luas DAS Deli bagian hulu. Key Words: DAS Deli hulu, klasifikasi tingkat kekritisan lahan, mitigasi kerusakan lahan PENDAHULUAN Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau yang diharapkan. Lahan kritis adalah lahan yang tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya, telah mengalami kerusakan fisik/kimia/biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruh (Hudson, 1981; Notohadinegoro, 1999). Selain itu menurut Suripin (2004) terjadinya lahan-lahan kritis pada wilayah DAS, tidak saja menyebabkan menurunnya produktivitas tanah di tempat terjadinya lahan kritis itu sendiri, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa kekritisan lahan dapat digunakan sebagai indikator penilaian kerusakan lahan seperti DAS Deli bagian hulu yang diprioritaskan sebagai sasaran rehabilitasi. Selain itu mengingat DAS Deli Hulu memegang peranan penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS Deli, terutama dalam perlindungan fungsi tata air. Untuk membedakan tingkat kerusakan suatu DAS/Sub DAS dengan lainnya, maka perlu diberi nilai masing-masing menurut kualitasnya. Suatu DAS/Sub DAS yang sedang mengalami penurunan kualitas. Kenyataannya tidak mutlak bahwa seluruh DAS/Sub DAS tersebut mengalami kerusakan. Suatu DAS yang terdiri dari beberapa Sub DAS, yang masing-masing mengalami kerusakan yang berbeda tingkatannya, sehingga kontribusinya juga akan berbeda terhadap penurunan kualitas DAS tersebut (Suripin, 2004). METODOLOGI PENELITIAN

3 Dengan menggunakan formulasi kekritisan dan potensi lahan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Dapartemen Kehutanan (Paimin dkk, 2006), menyebutkan bahwa dapat dilakukan analisis tingkat keritisan dan potensi lahan DAS Deli Hulu. Analisis kekritisan lahan dan potensi lahan pada penelitian ini dilakukan dengan cara overlay (tumpang susun) peta-peta biofisik DAS Deli yang terdiri dari parameter alami dengan bobot sebesar 45 %, meliputi solum tanah, lereng, batuan singkapan, morfoerosi, kepekaan jenis tanah terhadap erosi, dan parameter manajemen dengan bobot sebesar 55 %, meliputi kawasan budidaya pertanian, menggunakan data kerapatan vegetasi penutup tanah dan kegiatan konservasi yang terdapat di DAS Deli bagian hulu. Masing-masing parameter diberi penskalaan dengan besaran dan kategori nilai dan skor. Kemudian dengan menjumlahkan seluruh hasil kali skor dengan bobot masingmasing parameter, diperoleh nilai tertimbang, yang selanjutnya dikelompokan dalam kelas kekritisan lahan. Kelas kekritian lahan terdiri dari 5 (lima) kelas, yaitu sangat kritis, kritis, sedang, agak kritis dan tidak kritis. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Hasil Penelitian 1. Parameter Alami 1.1. Parameter Solum Tanah Analisis solum tanah DAS Deli Hulu diperoleh dari hasil pengamatan kedalaman tanah di lapangan. Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor parameter solum. Sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh distribusi spasial solum DAS Deli Hulu seperti Tabel 1. Tabel 1. Parameter Solum Tanah DAS Deli Hulu Sub DAS Distribusi Parameter Solum Tanah Spasial Solum Bobot Kategori Skor Luas (ha) (cm) 10% X Skor (%) 1 2 3 4 5 6 7 Petani > 90 Rendah 1 0,1 9.499,8 74,1 60 - < 90 Agak Rendah 2 0,5 1.060,5 8,3 30 - < 60 Sedang 3 0,3 1.688,3 13,2 < 30 Agak Tinggi 4 0,4 576,2 4,5 Jumlah 12.824,8 100,0 Simai-mai > 90 Rendah 1 0,1 268,1 8,3 30 - < 60 Sedang 3 0,3 2.965,7 91,7 Jumlah 3.233,8 100,0 1.2. Parameter Batuan Singkapan Analisis parameter batuan singkapan DAS Deli Hulu, diperoleh dari batuan tersingkap yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan hanya 2 kategori yaitu rendah (skor 1) dan kategori agak rendah (skor 2). Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari persentase batuan singkapan,

4 sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh distribusi spasial parameter batuan singkapan Sub DAS Deli Hulu didominasi kategori rendah mencapai luas 15.431,10 ha (96 % dari luas DAS Deli Hulu), dan kategori agak rendah hanya seluas 627,7 ha (4 % dari luas DAS Deli Hulu). 1.3. Parameter Lereng Analisis parameter lereng DAS Deli diperoleh dengan melakukan deliniasi peta Rupa Bumi skala 1 : 50.00 secara otomatis dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3, selanjutnya setiap kelas lereng diberi skor (1-5) dengan kategori nilai dari rendah sampai tinggi, sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan. Berdasarkan Peta penyebaran kelas lereng dan distribusi spasial kelas lereng untuk DAS Deli hulu, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter Lereng DAS Deli Hulu Parameter Lereng Distribusi Spasial Sub DAS Lereng Bobot Kategori Skor (%) 15% X skor Luas (ha) (%) 1 3 4 5 6 7 8 Petani 8 - < 15 Agak Rendah 2 0,30 2.520,3 19,7 25 - < 45 Agak Tinggi 4 0,60 5.774,8 45,0 > 45 Tinggi 5 0,75 4.529,7 35,3 Jumlah 12.824,8 100,0 Simai-mai 8 - < 15 Agak Rendah 2 0,30 967,9 29,9 25 - < 45 Agak Tinggi 4 0,60 2.265,9 70,1 Jumlah 3.233,8 100,0 1.4. Parameter Morfoerosi Analisis parameter morfoerosi DAS Deli Hulu, diperoleh dari erosi jurang, tebing, sungai, sisi jalan (BPDAS, 2011). Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari persentase unit lahan, sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh luas dan penyebaran parameter morfoerosi DAS Deli Hulu. Morfoerosi kategori rendah mencapai. 5.966,5 ha (37 % luas DAS Deli Hulu), sedang 8.795,70 ha (55 % luas DAS Deli Hulu), dan agak tinggi mencapai 1.296,4 ha (8 % luas DAS Deli Hulu). 1.5. Parameter Jenis Tanah Analisis parameter jenis tanah DAS Deli Hulu, diperoleh dengan mengkaji kepekaan tanah terhadap erosi. Karena data yang tersedia adalah asosiasi grup tanah, maka kepekaan tanah terhadap erosi dikaji dari order tanah sesuai dengan formula kekritisan dan potensi lahan (Paimin dkk, 2006). Berdasarkan penyebaran asosiasi grup tanah DAS Deli Hulu, maka skor kepekaan tanah terhadap erosi adalah 3. Dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3 dimasukkan kategori nilai dan skor dari penyebaran order tanah DAS Deli Hulu. Sesuai formulasi kekritisan dan potensi lahan maka diperoleh luas penyebaran kepekaan jenis tanah terhadap erosi DAS Deli Hulu seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Parameter Tanah DAS Deli Hulu Sub Parameter Tanah Kepekaan Terhadap Erosi Distribusi

5 DAS Grup Tanah Kategori Skor Bobot 5% x skor Spasial Luas 1 2 3 4 5 6 7 Petani Dystrandept Eutrandept Dystrandept Sedang 3 0,15 3.865,00 30,1 Dystropept Dystrandept Tropudult Sedang 3 0,15 4.491,80 35,1 Dystropept Troporthent Tropudult Sedang 3 0,15 2.590,70 20,2 Dystropept Tropudult Troporthent Sedang 3 0,15 563,6 4,4 Hydrandept Eutropept Troporthent Sedang 3 0,15 1.313,70 10,2 Jumlah 12.824,80 100 Simaimai Dystrandept Eutrandept Dystrandept Sedang 3 0,15 785,7 24,3 Dystropept Dystrandept Haplorthox Sedang 3 0,15 652,7 20,2 Dystropept Dystrandept Tropudult Sedang 3 0,15 1.795,40 55,5 Jumlah 3.233,80 100 2. Parameter Manajemen Parameter vegetasi penutup lahan DAS Deli Hulu, diperoleh dari kerapatan vegetasi penutup tanah (BPDAS Wampu Sei Ular, 2009). Parameter vegetasi penutup tanah merupakan parameter manajemen. Parameter manajemen dalam analisis kekritisan lahan mencakup kawasan budidaya pertanian dan kawasan hutan dan perkebunan. Masingmasing kawasan terdiri dari parameter kerapatan vegetasi penutup tanah, dan konservasi untuk kawasan budidaya pertanian, sedangkan untuk kawasan hutan dan perkebunan, parameternya adalah kondisi vegetasi hutan dan vegetasi utama dan ada tidaknya konservasi tanah. Untuk analisis kekritisan lahan DAS Deli Hulu menggunakan kerapatan vegetasi penutup lahan kawasan hutan dan perkebunan. Berdasarkan persentase permukaan tanah yang tertutup vegetasi diperoleh besaran parameter vegetasi penutup lahan. Analisis parameter vegetasi penutup lahan dilakukan dengan menggunakan software PC ArcGIS versi 9.3, data kerapatan vegetasi, kategori nilai dan skor dari parameter vegetasi penutup dimasukkan sehingga diperoleh luas dan distribusi spasial parameter vegetasi penutup lahan DAS Deli Hulu seperti Tabel 5. Tabel 5. Parameter Kondisi Vegetasi DAS Deli Hulu Parameter Kondisi Vegetasi Penutup Lahan Distribusi Spasial Sub DAS Bobot Besaran Kategori Skor 45% X skor Luas (ha % 1 2 3 4 5 6 7 Petani kerapatan tinggi Agak 2 0,9 Rendah 3.090,5 24,1 kerapatan sedang Sedang 3 1,35 650,2 5,1 kerapatan jarang Agak 4 1,80 Tinggi 1.717,6 13,4 tidak bervegetasi/sangat Tinggi 5 2,25 7.366,5 57,4 (ha) (%)

6 jarang Jumlah 12.824,8 100,0 Agak Simai-mai kerapatan tinggi 2 0,90 Rendah 1.104,9 34,2 kerapatan sedang Sedang 3 1,35 209,6 6,5 tidak bervegetasi/sangat Tinggi 5 2,25 jarang 1.919,3 59,3 Jumlah 3.233,8 100,0 Parameter manajemen kawasan budidaya pertanian lainnya dalam formula ini adalah konservasi tanah mekanis. Untuk DAS Deli Hulu menurut hasil pengamatan mayoritas lahan tanpa konservasi teras, maka diasumsikan bahwa kondisi konservasi secara umum tergolong tanpa teras di DAS Deli Hulu, sehingga kategori nilai tergolong tinggi dengan skor lima (5). Formulasi ini sangat menekankan parameter manajemen, dengan bobot parameter lebih tinggi dari parameter alami. 3. Penilaian Kekritisan Lahan Penilaiaan kekritisan lahan DAS Deli menggunakan formulasi kekritisan dan potensi lahan dilakukan dengan overlay (tumpang susun) parameter-parameter kekritisan yang telah diberi bobot. Penghitungan nilai dilakukan dengan menjumlahkan bobot seluruh parameter-parameter yang digunakan. Dari jumlah bobot masing-masing parameter tersebut diperoleh jumlah nilai tertimbang. Dengan bantuan software PC ArcGIS versi 9.3, diperoleh distribusi spasial klasifikasi tingkat kekritisan lahan DAS Deli Hulu tercantum dalam Lampiran 1. Selanjutnya luas dan distribusi spasial DAS Deli Hulu terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan Sub DAS Deli Hulu Sub DAS Tingkat Distribusi Spasial Kekritisan Luas (ha) (%) 1 2 3 4 Petani Agak Kritis 3.503,9 27,3 Kritis 7.043,1 54,9 Sangat Kritis 2.277,8 17,8 Jumlah 12.824,8 100,0 Simai-mai Agak Kritis 1.314,5 40,7 Kritis 1.919,3 59,4 Jumlah 3.233,8 100,0 Diskusi Berdasarkan hasil analisis, klasifikasi tingkat kekritisan lahan seluas 8.962,4 ha (55,8 % dari luas DAS Deli Hulu) didominasi oleh lahan kritis 4.818,4 ha (30,0 %) agak kritis, dan 2.277,8 ha (14,2 % ) sangat kritis. kekritisan lahan DAS Deli Hulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan DAS Deli bagian hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi. Kedalaman solum tanah akan mempengaruhi zona perakaran tanaman. Berdasarkan kriteria baku kerusakan lahan kering (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2005) kedalaman solum tanah memasuki

7 ambang kritis, apabila kedalaman < 20 cm. Selain itu kekritisan lahan sangat dipengaruhi oleh intervensi manusia, hal ini sejalan dengan pendapat Maas (2001) yang menyatakan bahwa kerusakan lahan tidak lepas dari hasil saling pengaruh antar faktor yang dapat menyebabkan lahan tersebut rusak. Faktor utama adalah kondisi fisik dan perilaku manusia (non fisik) dalam memanfaatkan lahan tersebut. Hasil kegiatan manusia dapat dilihat dampaknya pada sebagian kondisi fisik, terutama morfologi tanah. Bila mengacu pada definisi lahan kritis yaitu lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau yang diharapkan. Terjadinya lahan-lahan kritis yang pada dasarnya berada di wilayah DAS, tidak saja menyebabkan menurunnya produktivitas tanah di tempat terjadinya lahan kritis itu sendiri, tetapi juga menyebabkan rusaknya fungsi hidrologis DAS dalam menahan, menyimpan dan meresapkan air hujan yang jatuh pada kawasan DAS tersebut (Suripin, 2004; Arsyad, 2010). Menurut Hardjowigeno (1987) tanah kritis adalah tanah yang telah mengalami kerusakan fungsi hidroorologis dan fungsi ekonomi. Dengan perkataan lain tanah tersebut tidak lagi mampu mengatur persediaan air serta tidak mampu berproduksi secara optimal. Pada umumnya daerah-daerah tersebut mengalami kerusakan akibat penggunaan lahan tanpa memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air. KESIMPULAN Berdasarkan evaluasi kekritisan lahan DAS Deli Hulu, maka kerusakan lahan DAS Deli Hulu dapat diklasifikasikan dalam 3 kelas yakni sangat kritis seluas 2.277,8 ha (14,2 % ), kritis seluas 8.962,4 ha (55,8 %) dan agak kritis seluas 4.818,4 ha (30,0 %). Kerusakan lahan DAS Deli Hulu disebabkan oleh berbagai parameter alami terutama lereng, kedalaman solum tanah, dan morfoerosi, serta parameter manajemen terutama kondisi vegetasi UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin berterima kasih kepada Direktur DP2M Dikti yang telah memberikan dana penelitian Hibah Bersaing Nasional melalui DIPA Kopertis Wilayah I Tahun 2014 dan sesuai dengan Surat Perjanjian/Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program Desentralisasi Penelitian Nomor : 023-04.2.415052/2013, tanggal 5 Desember 2013. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah & Air. IPB Press. Bogor. BPDAS Wampu Sei Ular. 2009. Kajian Banjir Kota Medan Distribusi Faktor Penyebab dan Arahan Penanganannya. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Hudson, H. W. 1981. Soil Conservation. Second Edition. Cornel University Press, Ithaca. New York. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. Jakarta. Maas, A. 2001. Pengelolaan Sumber DayaLahan BerwawasanLingkungan untuk Menyongsong Otonomi Daerah. Makalah pada Seminar Nasional Ilmu Tanah. Peran Manajemen Sumber Daya Lahan Terhadap Pengembangan Wilayah 12 Mei 2001, KMIT UGM Yogyakarta.

8 Notohadinegoro, T. 1999. Diagnosis Fisik, Kimia dan Hayati Kerusakan Lahan. Makalah Pada Seminar Penyusunan Kriteria Kerusakan Tanah/Lahan. Asmandep I LH/Bapedal. 1 3 Juli 1999. Yogyakarta. Paimin, Sukresno dan Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. Lampiran 1. Peta Kekritisan Lahan DAS Deli Bagian Hulu