BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan rakyatnya juga

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

I. PENDAHULUAN. karena sampai saat ini sektor pertanian merupakan sektor yang paling

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero)

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Sang Hyang Seri (Persero)

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 42/Permentan/OT.140/9/2008 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

perwakilan pusat di daerah, gubernur yang menunjuk SPKD provinsi sebagai pengelola dana dekonsentrasi sesuai bidangnya masingmasing.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

RANCANGAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK LANGSUNG KEPADA PETANI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 39 Tahun 2016 Seri E Nomor 28 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

PEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna mendukung ketahanan pangan nasional dengan mengalokasikan dana subsidi benih pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. Selama Tahun Anggaran 2013 sampai dengan 2015, Pemerintah telah mengalokasikan dana subsidi benih melalui mekanisme PSO dalam APBN/APBNP masing-masing pada Tahun 2013 sebesar Rp 1.141.346.300.000,00, Tahun 2014 sebesar Rp1.088.571.735.000,00 dan Tahun 2015 sebesar Rp938.327.500.000,00. Untuk melaksanakan program subsidi benih tersebut, selama Tahun 2013 sampai dengan 2015, Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara telah menugaskan BUMN sebagai pelaksana PSO subsidi benih, yaitu pada tahun 2013 menugaskan PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero), Tahun 2014 hanya menugaskan PT Sang Hyang Seri (Persero), dan Tahun 2015 kembali menugaskan PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional II Klaten yang memiliki wilayah kerja di empat provinsi (Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan), selama Tahun 2013 sampai dengan 2015 mendapatkan alokasi anggaran subsidi benih masing-masing Tahun 2013 sebesar Rp94.852.298.375,00, Tahun 2014 sebesar Rp139.906.579.900,00, dan Tahun

2 2015 sebesar Rp91.517.603.100,00. Dalam perkembangannya, realisasi penyerapan dana subsidi benih melalui PSO Tahun 2013 sampai dengan 2015 sangat rendah. Pada Tahun 2013 terserap 37,67%, Tahun 2014 terserap 31,97%, dan Tahun 2015 sampai dengan Bulan Juni terserap 2,05%. Dalam kondisi perekonomian saat ini, variabel pendorong pertumbuhan adalah faktor konsumsi, sehingga belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan tersebut. Kegagalan target penyerapan anggaran, termasuk anggaran subsidi benih bisa berakibat hilangnya manfaat belanja. Dengan rendahnya penyerapan anggaran subsidi benih maka petani kehilangan kesempatan untuk mendapatkan benih varietas unggul dengan mutu terjamin dan harga terjangkau guna meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan. Dengan adanya fenomena ini, peneliti ingin meneliti bagaimana mekanisme pencairan dana subsidi benih melalui PSO dilaksanakan, dan apa faktor-faktor yang menyebabkan penyerapan dana subsidi benih rendah. Penelitian dirancang dengan menggunakan penelitian evaluasi bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan praktik yang dilakukan dengan kriteria/ketentuan yang seharusnya dilaksanakan. Perbedaan yang ditemukan akan dikonfirmasikan kepada pihak yang terkait dengan pelaksanaan subsidi benih melalui wawancara mendalam. Selanjutnya, hasil wawancara akan dilakukan proses reduksi, kategorisasi dan sintesisasi. Hasil yang diperoleh dari proses evaluasi adalah sebagaimana tersaji pada simpulan. 7.2. Simpulan

3 Hasil Penelitian atas pelaksanaan subsidi benih melalui mekanisme PSO dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Keterlambatan terbitnya juknis subsidi benih mempengaruhi penyerapan Juknis subsidi benih Tahun 2013 baru terbit bulan Juli dan juknis subsidi benih Tahun 2015 baru terbit bulan Maret. Setelah juknis terbit, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan SK Penugasan kepada produsen benih pelaksana PSO subsidi benih sebagai dasar penyaluran dan pencairan dana subsidi benih. Keterlambatan juknis mengakibatkan penerbitan SK Penugasan juga terlambat. Sementara, musim tanam petani biasanya jatuh pada bulan Oktober-Maret (Okmar) atau April-September (Apsep), sehingga ketika ada penugasan subsidi benih, petani sudah tutup tanam. Dengan demikian, petani/kelompok tani telah kehilangan manfaat dari program subsidi benih tersebut. Akibatnya penyerapan dana subsidi benih menjadi rendah. 2) Kemampuan keuangan atau ketersediaan modal kerja PT Sang Hyang Seri (Persero) mempengaruhi penyerapan Keterbatasan modal kerja yang dialami PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional II sejak Tahun 2013 sampai dengan 2105 membuat perusahaan tidak bisa optimal dalam melaksanakan pembelian benih dari mitra kerjasama penangkaran, stok benih sedikit sehingga tidak bisa memenuhi semua kebutuhan petani, akibatnya penyerapan anggaran subsidi benih menjadi rendah. 3) Kepercayaan petani/kelompok tani kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) menurun mempengaruhi penyerapan

4 Kesulitan keuangan PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional II selama Tahun 2013 sampai dengan 2105 berpengaruh juga terhadap tingkat kelancaran pembayaran perusahaan kepada para petani penangkar benih sebagai mitra kerjasama dalam memproduksi benih bersubsidi. Keterlambatan pembayaran tersebut, lama-kelamaan membuat kepercayaan petani terhadap perusahaan jadi menurun. Perusahaan jadi kesulitan membangun mitra kerjasama dengan petani penangkar benih. Tingkat produksi benih bersubsidi tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan untuk memenuhi kebutuhan petani. Akibatnya penyerapan anggaran subsidi benih menjadi rendah. 4) Mekanisme subsidi benih kurang efektif, mempengaruhi penyerapan Mekanisme subsidi benih terutama terkait dengan proses administrasi di tingkat petani yang cukup rumit dan proses verifikasi rekapitulasi faktur penjualan secara berjenjang yang memakan waktu cukup lama mempengaruhi penyerapan 7.3. Keterbatasan Penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian hanya dilakukan pada penyerapan dana subsidi benih oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional II Klaten yang membawahi wilayah kerja di Provinsi Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah, sehingga simpulan yang berbeda mungkin terjadi untuk penyerapan dana subsidi benih oleh Kantor Regional yang lain. Selain itu, penelitian hanya dilakukan di lingkungan PT Sang Hyang Seri (Persero), sehingga hasil penelitian tidak bisa

5 digeneralisasikan untuk penyerapan dana subsidi benih yang dilaksanakan oleh PT Pertani (Persero) yang juga ditugaskan oleh pemerintah sebagai pelaksana dari program subsidi benih. 7.4. Rekomendasi Sesuai dengan simpulan di atas, maka direkomendasikan kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional II Klaten agar: 1) Mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar dalam penerbitan petunjuk teknis subsidi benih tidak terlambat. 2) Mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar dalam pembuatan juknis subsidi benih bisa lebih menyederhanakan mekanisme pelaksanaan subsidi benih terutama proses administrasi dan proses verifikasi dokumen pencairan dana subsidi. 3) Mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar mensinergikan programprogram bantuan kepada petani baik berupa bantuan langsung maupun bantuan subsidi guna meningkatkan efektifitas dari program tersebut. 4) Mengusulkan kepada Kementerian Keuangan agar bisa memberikan uang muka kerja sebesar prosentase tertentu dari nilai kontrak sesuai dengan penugasan PSO subsidi benih yang diberikan kepada perusahaan. 5) Merealisasikan penyaluran subsidi benih untuk Tahun 2015 yang belum terealisir sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.