Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Sang Hyang Seri (Persero)
|
|
- Sonny Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Sang Hyang Seri (Persero) Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Pendahuluan Laju pertumbuhan produksi pangan pada dasarnya merupakan fenomena jangka panjang yang melibatkan dinamika berbagai faktor ekonomi, teknis dan lingkungan. Faktor ekonomi misalnya dapat berupa dinamika harga-harga yang mempengaruhi penggunaan input usahatani dan rangsangan atau insentif ekonomi bagi petani untuk memproduksi komoditas pangan. Faktor teknis dapat berupa introduksi varitas unggul dan paket teknologi budidaya tanaman yang mampu meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa anomali iklim yang berdampak pada hilangnya sebagian produksi pangan akibat terjadinya peningkatan intensitas kekeringan, tanah longsor, banjir dan serangan hama atau penyakit. Pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan pertanian khususnya sektor tanaman pangan banyak melibatkan campur tangan pemerintah secara langsung maupun tak langsung. Keterlibatan pemerintah secara langsung misalnya dalam pembangunan lahan sawah, pembangunan jaringan irigasi, dan pelaksanaan berbagai program intensifikasi tanaman pangan. Sedangkan keterlibatan pemerintah secara tak langsung dapat berupa kebijakan pengendalian harga pangan dan harga sarana produksi pertanian. Seluruh keterlibatan pemerintah tersebut bersifat dinamis dalam jangka panjang dan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan produksi secara nasional dan regional. Pupuk dan benih unggul merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produktivitas dan produksi pangan nasional. Dalam mendorong penggunaan pupuk oleh petani pemberian subsidi dan pengendalian harga pupuk dan benih merupakan kebijakan utama yang dilakukan pemerintah. Kebijakan subsidi diberikan kepada : (1) produsen pupuk untuk merangsang peningkatan produksi pupuk, (2) distributor pupuk dan benih untuk memperlancar kegiatan peyaluran pupuk, dan (3) para petani agar mampu meningkatkan penggunaan pupuk dan benih seperti yang dianjurkan dalam paket teknologi yang diperkenalkan melalui berbagai program intensifikasi. Dalam pelaksanaannya pemberian 1
2 subsidi dan bantuan langsung kepada petani dilakukan melalui PT Sang Hyang Seri (Persero) atau PT SHS dan PT Pertani (Persero). Atas bantuan kepada kedua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertanian tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan sesuai tugas pokok dan fungsi yang diemban. Pada Semester II Tahun 2009, BPK telah menyelesaikan laporan hasil pemeriksaan subsidi Cadangan Benih Nasional (CBN) pada PT SHS untuk pemeriksaan tahun 2007 dan 2008, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) pada PT SHS dan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) pada PT SHS pada Tahun Anggaran Pemeriksaan pada PT SHS (Persero) merupakan pemeriksaan atas cadangan benih nasional (CBN), bantuan langsung benih unggul (BLBU), bantuan langsung pupuk (BLP) dan subsidi benih. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan CBN, BLBU dan BLP telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; menilai kewajaran subsidi benih yang layak diterima oleh PT SHS (Persero). Hasil-Hasil Pemeriksaan Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan pada Semester II Tahun 2009 oleh BPK terhadap subsidi Cadangan Benih Nasional (CBN), Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) pada PT SHS untuk pemeriksaan tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil-hasil diantaranya sebagai berikut. Pertama berdasarkan hasil pemeriksaan atas CBN pada PT SHS (Persero) oleh BPK diketahui bahwa anggaran biaya program CBN Tahun 2007 senilai Rp86,09 miliar telah dicairkan seluruhnya tanggal 18 Desember 2007 sedangkan anggaran biaya program CBN tahun 2008 adalah senilai Rp190,53 miliar, pencairan anggaran tersebut dilakukan pada tanggal 8 Juli 2008 senilai Rp177,02 miliar dan tanggal 3 Maret 2009 senilai Rp13,51 miliar. Kedua, berdasarkan hasil pemeriksaan atas BLBU pada PT SHS (Persero) diketahui bahwa menurut Laporan Pelaksanaan BLBU PT SHS Tahun 2007, anggaran untuk penyaluran benih senilai Rp197,21 miliar dan direalisasikan senilai Rp184,17 miliar sehingga pembayaran BLBU kurang diterima PT SHS (Persero) senilai Rp13,04 miliar. Sedangkan untuk Tahun 2008, anggaran yang tersedia senilai Rp389,12 miliar dan direalisasikan senilai Rp355,58 miliar sehingga pembayaran BLBU kurang diterima PT SHS (Persero) senilai Rp33,54 miliar. Pada PT Pertani (Persero) diketahui anggaran yang telah direalisasikan dan dibayarkan Pemerintah senilai Rp265,00 miliar. 2
3 Ketiga, berdasarkan hasil pemeriksaan atas BLP pada PT SHS (Persero) diketahui bahwa anggaran kegiatan BLP berasal dari APBN/APBN-P Tahun 2008 senilai Rp332,21 miliar dan direalisasikan senilai Rp319,65 miliar, sehingga pembayaran BLP kurang diterima PT SHS (Persero) senilai Rp12,56 miliar. Sedangkan hasil pemeriksaan pada PT Pertani (Persero) diketahui bahwa pelaksanaan BLP Tahun 2008 telah direalisasikan dan dibayar Pemerintah senilai Rp450,01 miliar. Keempat, berdasarkan hasil pemeriksaan atas perhitungan subsidi benih pada PT SHS (Persero) Tahun 2007 diketahui bahwa jumlah anggaran subsidi benih untuk PT SHS (Persero) sesuai APBN senilai Rp92,29 miliar. Jumlah subsidi benih, profit margin dan penambahan atau pengurangan profit margin atas penjualan benih Tahun 2007 menurut perhitungan PT SHS (Persero) senilai Rp78,14 miliar. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa jumlah subsidi benih, profit margin dan penambahan atau pengurangan profit margin yang layak diterima PT SHS (Persero) adalah senilai Rp78,51 miliar sehingga terdapat koreksi tambah/positif senilai Rp368,87 juta. Jumlah subsidi benih dan profit margin yang sudah ditagihkan dan diterima PT SHS (Persero) pada Tahun 2007 adalah senilai Rp57,83 miliar sedangkan sisanya senilai Rp20,67 miliar belum ditagihkan oleh PT SHS (Persero). Catatan Kritis Berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas, dicatat hal-hal pokok sebagai catatan kritis seperti berikut ini. Pertama, senantiasa ditemukan adanya banyak kasus yang berasal dari kelemahan sistem pengendalian intern. -kasus tersebut diantaranya PT SHS (Persero) belum memenuhi kontrak pengadaan benih CBN V senilai Rp15,23 miliar mengakibatkan persediaan CBN milik Pemerintah per 31 Desember 2008 terlalu tinggi (overstate). Permasalahan kelemahan SPI tersebut secara umum disebabkan antara lain adanya pengawasan yang tidak maksimal terhadap pelaksanaan kegiatan penyediaan dan pendistribusian subsidi; belum adanya ketentuan/peraturan yang secara tegas menentukan jenis konsumen serta sektor usaha yang berhak mendapatkan subsidi; kurang cermat dalam hal perhitungan pendapatan, pembebanan dan perhitungan biaya. Kedua, senantiasa ditemukan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundangundangan yang mengakibatkan kekurangan penerimaan dan permasalahan administrasi. 3
4 Adapun rincian hasil pemeriksaan berdasar kelompok temuan menurut entitas dan jenis subsidi atau pelayanan umum yang menimbulkan kerugian disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa hasil pemeriksaan mengungkapkan terdapat 10 kasus senilai Rp 6,52 miliar, yang diantaranya disebabkan oleh : (1) Terdapat dana yang masih harus disetor PT SHS (Persero) ke Kas Negara senilai Rp1,28 miliar yang berasal dari sisa anggaran lebih senilai Rp451,08 juta, pendapatan jasa giro bersih dari hasil pengelolaan dana CBN senilai Rp557,63 juta dan pungutan PPh Pasal 21 minimal senilai Rp280,96 juta; (2) PT SHS (Persero) lebih menerima penggantian dana untuk kegiatan pembinaan dan pendampingan BLBU senilai Rp809,73 juta; dan (3) PT SHS (Persero) lebih menerima penggantian dana untuk kegiatan pembinaan dan pendampingan BLP senilai Rp581,63 juta dan pungutan PPh Pasal 21 atas honor tim senilai Rp174,66 juta belum disetor ke Kas Negara. Tabel 1. Kelompok Temuan Menurut Entitas atas Pelaksanaan Subsidi/Kewajiban Pelayanan Umum PT Entitas Total Kekurangan Penerimaan Administrasi Ketidakefektifan Nilai (Juta Nilai (Juta Nilai (Juta Rp) Nilai (Juta Rp) Rp) Rp) PT SHS 2007 CBN BLBU Sub Jumlah PT SHS 2008 CBN BLBU BLP Sub Jumlah Jumlah Sumber : BPK (2010) 4
5 Kekurangan penerimaan negara/perusahaan milik negara adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak negara/perusahaan milik negara tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/perusahaan milik negara karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Kelompok temuan kekurangan penerimaan meliputi permasalahan penerimaan negara/perusahaan atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan/ dipungut/diterima/disetor ke kas negara/perusahaan dan adanya kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah. Permasalahan kekurangan penerimaan tersebut secara umum disebabkan PT SHS (Persero) pada bagian divisi public service obligation (PSO) belum sepenuhnya memahami peraturan yang ada dan tim verifikasi tidak teliti dalam memverifikasi seluruh dokumen tagihan BLP maupun BLBU kepada pemerintah. Ketiga, senantiasa ditemukan permasalahan administrasi. Pada aspek ini terungkap suatu temuan yang terjadi karena adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan anggaran/pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan adanya suatu kerugian, tidak menghambat operasional/program entitas dan tidak berpengaruh terhadap keuangan negara/perusahaan milik negara. Kelompok temuan administrasi meliputi permasalahan adanya pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid) dan koreksi perhitungan subsidi/kewajiban pelayanan umum. Temuan BPK pada kasus yang menyangkut administrasi diantaranya: (1).Terdapat pengelolaan CBN belum sepenuhnya sesuai ketentuan, yaitu jumlah persediaan fisik benih CBN yang tersedia di gudang Regional Manager PT SHS (Persero) per 31 Desember 2007 kurang dari jumlah persediaan/stock benih minimal sesuai persyaratan dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Benih CBN yang ditetapkan Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian; dan (2). Selain itu PT SHS (Persero) telah membebankan fee pengelolaan atas penyediaan/produksi benih CBN yang belum direalisasikan sehingga biaya/fee pengelolaan dalam Laporan Perhitungan CBN Tahun 2007 terlalu tinggi senilai Rp5,84 miliar. Permasalahan administrasi tersebut secara umum disebabkan PT SHS belum mempedomani Petunjuk Teknis Pengelolaan Benih CBN dan PT SHS belum cermat melakukan pembebanan biaya/fee pengelolaan. Kesimpulan Berdasarkan atas temuan dan catatan kritis dapat maka hendaknya: Pertama pimpinan entitas yang diperiksa membuat atau memperbaiki kebijakan/aturan/ pedoman yang ada sehingga lebih memadai, lebih meningkatkan koordinasi antar instansi terkait, 5
6 memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang menyalahi ketentuan sesuai peraturan yang berlaku, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian. Kedua, agar Direksi PT SHS (Persero) segera menyetorkan dana ke Kas Negara senilai Rp2,83 miliar. Ketiga, agar PT SHS (Persero) segera memenuhi persediaan/stock minimum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengelola persediaan sesuai batas minimum persediaan/stock sesuai ketentuan serta melakukan koreksi beban fee pengelolaan. Keempat, sekalipun menunjukkan kinerja yang meningkat dimana pada tahun 2007 nilai kekurangan penerimaan mencapai Rp miliar lebih dan menunrun menjadi sekitar Rp miliar pada tahun 2008, mengingat kelemahan sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kekurangan penerimaan negara dan permasalahan administrasi menjadi femomena permasalahan yang senantiasa terjadi setiap tahun, maka seharusnya PT SHS (Persero) beserta instansi terkait beserta stakeholder lainnya memperhatikan secara serius hal ini dan memiliki niatan baik (political will) untuk segera keluar dari permasalahan itu. Terlebih lagi pemberian bantuan dan subsidi ditujukan untuk peningkatan produksi pangan, ketahanan pangan, peningkatan pendapatan petani dan pengentasan kemiskinan yang merupakan permasalahan serius dan memiliki nilai strategis bagi Indonesia. 6
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero)
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero) Pendahuluan Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Peningkatan produksi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 167/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA CADANGAN BENIH NASIONAL DAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN CADANGAN BENIH NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2006
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.02/2009 TENTANG TATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu instrumen utama
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DAN BANTUAN LANGSUNG SARANA PRODUKSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN Oleh : Bambang Prasetyo Prajogo U. Hadi Nur K. Agustin Cut R. Adawiyah PUSAT ANALISIS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciOleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang- Undang No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyediaan Anggaran. Subsidi Pupuk. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas
Lebih terperinciBAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna
BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna mendukung ketahanan pangan nasional dengan mengalokasikan dana
Lebih terperinci2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.815, 2016 KEMENHUB. Angkutan Kota. Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan
Lebih terperinciKebijakan Pengendalian Internal Satuan Pengawasan Internal Universitas Brawijaya (SPI-UB)
Kebijakan Pengendalian Internal Satuan Pengawasan Internal Universitas Brawijaya (SPI-UB) Malang, 14 September 2015 Satuan pengawasan internal (SPI) Satuan Pengawasan Internal Universitas Brawijaya (SPI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI PUPUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang yang sangat penting dalam sistem ketatanegaraan, khususnya sistem pemerintah pusat dan
Lebih terperinciPasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAPORAN MANAJEMEN TAHUN2014. Mutu dan Pelayanan Terjamin
LAPORAN MANAJEMEN TAHUN2014 Mutu dan Pelayanan Terjamin 1. DASAR PENYUSUNAN LAPORAN MANAJEMEN TAHUN 2014 2 1. DASAR PENYUSUNAN LAPORAN MANAJEMEN TAHUN 2014 1. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah mengeluarkan peraturan peraturan mengenai laporan keuangan agar tercipta Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang benar. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN KATA PENGANTAR. Pokok-Pokok Pemeriksaan BPK Selama Semester II Tahun
Badan Pemeriksa Keuangan DAFTAR ISI IHPS II Tahun 2012 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN KATA PENGANTAR i ii iv v vii Pokok-Pokok Pemeriksaan BPK Selama Semester II Tahun 2012 1 BAB
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN SINKRONISASI PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SELASA, 01 MARET 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR,
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
SUBSIDI PUPUK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN YANG BERKESINAMBUNGAN DALAM APBN TAHUN 2013 Salah satu dari 11 isu strategis nasional yang akan dihadapi pada tahun 2013, sebagaimana yang disampaikan
Lebih terperinciKebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung
12 Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung I. Pendahuluan Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul dapat memberikan berbagai keuntungan, karena dapat meningkatkan produktivitas dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata Cara. Pelayanan Umum. Angkutan Laut. Penumpang. Ekonomi. Pertanggung Jawaban. Pencabutan.
No.213, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata Cara. Pelayanan Umum. Angkutan Laut. Penumpang. Ekonomi. Pertanggung Jawaban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGAWASAN INTERN BUMD SEBAGAI WUJUD PENYELAMATAN ASET
RPSEP-60 OPTIMALISASI PENGAWASAN INTERN BUMD SEBAGAI WUJUD PENYELAMATAN ASET Megafury Apriandhini Universitas Terbuka megafury@ut.ac.id Abstrak Indonesia masih dianggap sebagai negara berkembang dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.
No.348, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN,
Lebih terperinciTarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :
CATATAN ATAS PENGELOLAAN PNBP BERDASARKAN TEMUAN BPK PADA LKPP 2010 PENDAHULUAN PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan Tarif atas Jenis PNBP ditetapkan
Lebih terperinciDAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN
Badan Pemeriksa Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN IHPS II Tahun 2013 i ii iii iv i BAB 1 Gambaran Umum Pemeriksaan Keuangan 1 BAB 2 Resume Pemeriksaan Keuangan Semester
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Permentan/HK.140/2/2016 TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.
No.287, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian. Bab ini juga menjelaskan tahapan-tahapan
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Mataram, 25 Mei 2012 Nomor Lampiran Perihal 138/S/XIX.MTR/05/2012 1 (satu) berkas Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Tahun
Lebih terperinciCatatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Program Penyediaan Fasilitas Pembiayaan Rekonstruksi Infrastruktur atau Infrastructure Reconstruction Financing Facilities
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan
Lebih terperinciANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007
ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007 Abstrak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah
Lebih terperinci4.3. PENGEMBANGAN MODEL
terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai nasional menuju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
Lebih terperinci1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2014 Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc NIP
Direktorat Pupuk dan Pestisida KATA PENGANTAR Direktorat Pupuk dan Pestisida mempunyai tugas melaksanakan Penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
Lebih terperinciANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN
ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN BAGIAN ANALISA PEMERIKSAAN BPK DAN PENGAWASAN DPD BEKERJASAMA DENGAN TENAGA KONSULTAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG SUBSIDI BENIH PADI, KEDELAI, JAGUNG HIBRIDA DAN JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT HASIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah mendorong dilakukannya perbaikan kinerja. Pemerintah sebagai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia saat ini masih berupaya meningkatkan reformasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Lebih terperinciPT SANG HYANG SERI (PERSERO)
Laporan Manajemen PT SANG HYANG SERI (PERSERO) TAHUN 2016 (1) KEPMEN Pendayagunaan BUMN Nomor: KEP-211/M-PBUMN/1999, Tentang Laporan Manajemen Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (2) Rencana Kerja dan
Lebih terperinciPEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018
PEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B.
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat di dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan
Lebih terperinciPENYELENGGARAANKEWAJIBANPELAYANANPUBLIK BIDANGANGKUTANLAUTUNTUKPENUMPANG KELASEKONOMITAHUNANGGARAN2014
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAANKEWAJIBANPELAYANANPUBLIK BIDANGANGKUTANLAUTUNTUKPENUMPANG KELASEKONOMITAHUNANGGARAN2014 a. bahwa dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciDAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK KATA PENGANTAR
Badan Pemeriksa Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK KATA PENGANTAR IHPS I Tahun 2014 i ii iii v i Pokok-pokok Pemeriksaan BPK Selama Semester I Tahun 2014 1 BAB 1 Pelaksanaan Pemeriksaan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.511, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pupuk Bersubsidi. Pengadaan. Penyaluran. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-DAG/PER/4/2013 TENTANG PENGADAAN
Lebih terperinciMENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN
MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 68 /PMK.02/2016 TENT ANG TATA CARA PENYEDIAAN: PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA SUBSIDI PUPUK DENGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memegang peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk memperbaiki taraf dan mutu hidup serta kesejahteraan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BOGOR TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN SUBSIDI HARGA KEPADA PETANI UNTUK PEMBELIAN BENIH PADI DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus ditingkatkan agar menghasilkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang untuk menyalurkan atau mendistribusikan barang yang dihasilkan agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perdagangan, pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain bukanlah suatu hal yang baru. Hal ini sering dilakukan oleh produsen barang untuk
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciExit Meeting Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun Ruang Rapat Graha Shawala Jum at, 20 Mei 2016
Exit Meeting Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 Ruang Rapat Graha Shawala Jum at, 20 Mei 2016 TujuanPemeriksaan Menilai kewajaran penyajian Laporan Keuangan(LK)
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang menjadi isu nasional di lingkungan Pemerintah antara lain: (1) Opini Wajar dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 210/PMK.02/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 210/PMK.02/2009 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era reformasi saat ini pemerintahan yang ada di setiap negara baik itu negara berkembang ataupun negara maju pasti akan dituntut untuk dapat menunjukan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciLAPORAN MANAJEMEN TAHUN
LAPORAN MANAJEMEN TAHUN 2013 Mutu dan Pelayanan Terjamin A. Visi, Misi & Strategi Usaha Visi : Menjadi Perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia. Misi : Menghasilkan produk agroindustri bermutu
Lebih terperinciJakarta, Oktober Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan dan penyajian buku Ringkasan dan Telaahan terhadap Hasil Pemeriksaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I
PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciPetunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi
Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi EDISON, SP KOORDINATOR PENYULUH PERTANIAN B. ACEH Disampaikan pada Pertemuan Penyuluh Pertanian se-kota Banda Aceh BPP Lueng Bata, 5 Maret 2015 Latar
Lebih terperinciJakarta, Oktober Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan dan penyajian buku Ringkasan dan Telaahan terhadap Hasil Pemeriksaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
Lebih terperinciPENGANTAR. Muhrizal Sarwani
PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Pupuk dan Pestisida Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam
No.139, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Laut untuk Penumpang Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelanggaraan. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN NOMOR 73/DPD RI/IV/2012 2013 TENTANG PERTIMBANGAN TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEMESTER II TAHUN 2012 JAKARTA 2013 KEPUTUSAN NOMOR 73/DPD RI/IV/2012 2013
Lebih terperinci