ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
dan ~erkembangnya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

GUBERNUR SULAWESI BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT SUBHAN, MOHAMMAD Dosen Fakultas Perikanan Universitas Gunung Rinjani Selong-Lombok Timur email : amakbaeng@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengetahui kondisi mangrove di Sekitar Daerah Perlindungan Laut dan Untuk mengetahui Faktor sosial yang mempengaruhi kondisi mangrove di sekitar DPL Gili Petagan dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi secara digital dengan interpretasi visual langsung ke layar monitor dengan menggunakan penggabungan data multispectral (Color composit), sedangkan untuk mengetahui berbagai faktor sosial yang mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove dilakukan penggalian informasi dari stakeholder melalui Focus Group Discussion (FGD). Tingkat kerapatan sumberdaya Mangrove disekitar Gili Petagan didominasi oleh kategori sangat rapat yaitu 65,35% (26,82 ha) rata-rata terdiri dari 1,8626 2,3282 individu/m 2, 27,56% (11,31 ha) termasuk dalam kategori rapat dengan rata-rata 1,398-1,8626 individu/m 2, 4,29% (1,76 ha) termasuk kategori sedang dengan rata-rata 0,9315-1,397 individu/m 2, 2,19% (0,90 ha) termasuk kategori jarang dengan rata-rata 0,4657-0,9314 individu/m 2, dan 0,61% (0,25 ha) termasuk kategori sangat jarang dengan rata-rata 0,0000 0,4656 individu/m 2. Kelestraian sumberdaya mangrove di sekitar Kawasan Gili Petagan dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap pengelolaan dan manfaat sumberdaya mangrove. Tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi ditunjukkan dengan eksistensi POKMASWAS, Kelompok Rumah Ikan dan Kelompok Pemandu Wisata yang melakukan pengelolaan dan Pengawasan sumberdaya mangrove berbasis lingkungan dengan swadaya. Kata Kunci : Analisis Tingkat Kerusakan; Mangrove; Daerah Perlindungan Laut; Gili Petagan; Lombok Timur; Nusa Tenggara Barat ABSTRACT The purpose of this study is to investigate to determine the condition of mangrove Around Marine Protected Areas (MPAs) Gili Petagan and to know the social factors that affect the condition of mangrove around MPAs Gili Petagan in this study using a classification digitally with visual interpretations directly to the monitor using multispectral data integration (Color composite), while to know the social factors that affect mangrove ecosystems carried extracting information from stakeholders through a Focus Group Discussion (FGD). The density of mangrove resources around Gili Petagan dominated by very dense category is 65.35% (26.82 ha) Average consists of 1.8626 to 2.3282 individuals / m2, 27.56% (11.31 ha) including in the category of meetings with an average of 1.398 to 1.8626 individuals / m2, 4.29% (1.76 ha) medium category with an average of 0.9315 to 1.397 individuals / m2, 2.19% (0.90 ha) categorized as rare with an average of 0.4657 to 0.9314 individuals / m2, and 0.61% (0.25 ha) categorized as very rare with an average of 0.0000 to 0.4656 individuals / m2. Kelestraian mangrove resources around Gili Region Petagan affected by a high level of public awareness of the benefits of resource management and mangrove. A high level of public awareness shown by the existence Pokmaswas, Group Home Fish and Tour Guide Group performs management and supervision of the mangrove resource-based environment with self-help. Keywords: Analysis of Damage; mangrove; Marine Protected Areas; Gili Petagan; East Lombok; West Nusa Tenggara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya pesisir dan laut merupakan potensi penting dalam pembangunan masa depan, mengingat luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional. Luas wilayah pesisir Indonesia 2/3 dari luas daratan dan garis pantai 95,161 Km atau terpanjang kedua di dunia. Sumberdaya pesisir dan laut mempunyai nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi (Purnamasari Lukita, 2015). Pesisir sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan social ekonomi nilai wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir (Nurmalasari, 2001 dalam Purnamasari Lukita, 2015). Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman potensi sumberdaya alam yang tinggi dan sangat penting bagi pengembangan social, ekonomi, lingkungan dan penyangga kedaulatan bangsa. Oleh karena itu, sumberdaya tersebut perlu dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan global, dengan memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang berdasarkan norma hokum nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84). Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang umumnya ditemukan pada daerah berlumpur, dimana mangrove umumnya tumbuh di daerah air payau dan air tawar. Hutang mangrove terdiri dari pohon dan semak dengan ketinggian pohon dapat mencapai 30 meter. Fungsi dari mangrove adalah sebagai tempat sedimentasi dan mengurangi terjadinya abrasi (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2016). Daerah Perlindungan Laut (DPL) Gili Petagan merupakan salah satu DPL yang terdapat di Kawasan Pesisir Kabupaten Lombok Timur. Kawasan ini ditetapkan menjadi DPL dengan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lombok Timur Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kabupaten Lombok Timur, 2006). Kawasan DPL ini berada pada lokasi yang cukup dekat dengan destinasi wisata Pulau lampu, dengan demikian peluang terdegradasinya ekosistem mangrove cukup tinggi. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaiamana kondisi mangrove di Sekitar Daerah Perlindungan Laut 2. Faktor sosial apa saja yang mempengaruhi kondisi mangrove di sekitar Daerah Perlindungan Laut 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui kondisi mangrove di Sekitar Daerah Perlindungan Laut 2. Untuk mengetahui Faktor sosial yang mempengaruhi kondisi mangrove di sekitar Daerah Perlindungan Laut METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan klasifikasi secara digital dengan interpretasi visual langsung ke layar monitor dengan menggunakan penggabungan data multispectral (Color composit) Subhan, Mohammad 153

Peta Penggunaan Lahan Data Satelit Peta Digital Data Pendukung Lainnya Koreksi Geometrik Mosaik Citra Interpretasi Visual Cek Lapangan Informasi Spasial Potensi Sumnerdaya Pesisir In Situ Modifikasi informasi Spasial Potensi Sumberdaya Pesisir Analisis, Layout Peta dan Pencetakan Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan 1.4. Analisis Data Penentuan tingkat kerapatan mangrove dilakukan dengan interpretasi Visual dan delineasi obyek yang menunjukkan keberadaan Mangrove. Mangrove dapat diidentifikasi dengan menggunakan kombinasi warna (Red : Green : Blue), yaitu band IR (Ifra Red) ditampilkan pada layer merah (Red), Band Nir (Near Infra Red) ditampilkan pada layer biru (Blue), sehingga kombinasi warna pada data Landsat adalah RGB band 4 : Band 5 : Band 3, sedangkan untuk mengetahui berbagai faktor sosial yang mempengaruhi ekosistem mangrove dilakukan penggalian informasi dari stakeholder melalui Focus Group Discussion (FGD). 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Daerah Perlindungan Laut (DPL) Gili Petagan mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Desember 2016 Subhan, Mohammad 154

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Peta Sumberdaya Mangrove di Kawasan Gili Petagan Tahun 2016 Gambar 2 merupakan kawasan sumberdaya Mangrove di Pesisir Kabupaten Lombok Timur bagian utara yaitu dalam wilayah administratif Kecamatan Sambelia yang meliputi sekitar Kawasan Gili Petagan. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan citra satelit Landsat 8 OLI yang diakuisisi bulan Juli Tahun 2016, luas kawasan sumberdaya Mangrove disekitar Kawasan Gili Petagan ± 41.04 ha. Gili Petagan merupakan kawasan pesisir Kabupaten Lombok Timur yang terletak di pesisir pantai bagian utara. Gili Petagan terletak disekitar rumpun Gili lampu, Gili Lebur dan Gili Kapal. Gili Petagan merupakan salah satu tujuan wisata alam (ecotourism) di Kabupaten Lombok Timur. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kerapatan Mangrove di Kawasan Gili Petagan didominasi oleh kondisi sumberdaya Mangrove dengan kategori sangat padat (Gambar 3). Subhan, Mohammad 155

0.61% 2.19% 4.29% 27.56% 65.35% Sangat Jarang Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat Gambar 3. Persentase Kondisi Sumberdaya Mangrove di Kawasan Gili Petagan Tahun 2016 Tingkat kerapatan sumberdaya Mangrove disekitar Gili Petagan didominasi oleh kategori sangat rapat yaitu 65,35% (26,82 ha) dengan rata-rata terdiri dari 1,8626 2,3282 individu/m 2, 27,56% (11,31 ha) termasuk dalam kategori rapat dengan rata-rata 1,398-1,8626 individu/m 2, 4,29% (1,76 ha) termasuk kategori sedang dengan rata-rata 0,9315-1,397 individu/m 2, 2,19% (0,90 ha) termasuk kategori jarang dengan rata-rata 0,4657-0,9314 individu/m 2, dan 0,61% (0,25 ha) termasuk kategori sangat jarang dengan rata-rata 0,0000 0,4656 individu/m 2. Kelestarian sumberdaya Mangrove di sekitar Gili Petagan dipengaruhi oleh status Gili Petagan sebagai bagian dari Daerah Perlindungan Laut (DPL) atau umumnya disebut Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat nomor 10 tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) menegaskan bahwa Gili Petagan dan sekitarnya ditetapkan sebagai Daerah Perlindungan Laut Gili Petagan. Kondisi sumberdaya Mangrove disekitar Gili Petagan cukup lestari, hal ini didukung oleh hasil riset yang menegaskan bahwa 65,37% dari kawasan sumberdaya Mangrove memiliki tingkat kerapatan sangat rapat. Tingkat kelestarian Mangrove disekitar Gili Petagan dipengaruhi oleh keberadaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). Eksistensi POKMASWAS ini sangat besar perannya terhadap pemanfaatan Mangrove berbasis lingkungan. POKMASWAS memanfaatakan kawasan ini sebagai daerah wisata alam (destinasi ecotourism), sehingga keberadaan ecotourism ini secara tidak langsung membantu dalam pengawasan dengan pemanfaatan sumberdaya Mangrove yang sustainable. Kelestarian sumberdaya mangrove di Daerah Perlindungan Laut (DPL) Gili Petagan juga dipengaruhi oleh pengelolaan yang intensif oleh masyarakat sekitar. Selain keberadaan POKMASWAS, berbagai kelompok masyarakat yang ada juga sangat mempengaruhi kelestarian sumberdaya mangrove yang ada. Beberapa kelompok masyarakat lain yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya mangrove di Kawasan DPL Gili Petagan yaitu Kelompok Rumah Ikan dan Kelompok Pemandu Wisata. Kelompok Rumah Ikan merupakan kelompok masyarakat yang melakukan pengelolaan ikan, sedangkan kelompok pemandu wisata merupakan kelompok masyarakat yang menjadi pemandu bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin melihat panorama alam yang terdapat disekitar Kawasan DPL Gili Petagan. Dengan berbagai aktivitas tersebut, pengawasan terhadap ekosistem yang ada dapat dilakukan dengan intensif. SIMPULAN 1. Tingkat kerapatan sumberdaya Mangrove disekitar Gili Petagan Subhan, Mohammad 156

didominasi oleh kategori sangat rapat yaitu 65,35% (26,82 ha) 2. Kelestraian sumberdaya mangrove di sekitar Kawasan Gili Petagan dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap pengelolaan dan manfaat sumberdaya mangrove. Tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi ditunjukkan dengan eksistensi POKMASWAS, Kelompok Rumah Ikan dan Kelompok Pemandu Wisata yang melakukan pengelolaan dan Pengawasan sumberdaya mangrove berbasis lingkungan dengan swadaya. DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Lombok Timur, 2006. Paeraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 10 tentang Pengerlolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007. Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Purnamasari Lukita, 2015. Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Terpadu dan Berkelanjutan yang berbasis Masyarakat. Jurnal Lingkungan Hidup. Bumi Lestari Langit Bebas Polusi..Yayasan Terumbu Karang Indonesia. 2016. Ekosistem Pesisir dan Pengelolaannya di Indonesia Subhan, Mohammad 157