KUESIONER PENELITIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI BIOETANOL SKALA RUMAH DI SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN. 1. Data volume bioetanol yang dihasilkan Tabel 13. Data Volume Bioetanol yang Dihasilkan

Tips Mencegah LPG Meledak

1. Bagian Utama Boiler

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juli 2015 di Laboratorium Daya dan

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Lampiran A : Perangkat Percobaan Kontaktor Gas Cair

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Kuesioner Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. FPMIPA UPI, Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PERANCANGAN PABRIK KIMIA

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KAJIAN POTENSI SUMBER BIOETHANOL DARI PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGY ALTERNATIF

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

METODOLOGI PENELITIAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PT. BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah. Seri Artikel Keselamatan Kelistrikan Tambang Bawah Tanah 1. LOTO (bagian 1)

Alat dan Mesin Pengolahan Biodiesel dan Bioethanol

METODE PENELITIAN. Limbah Tanaman Jagung, Bioetanol, Energi, dan Limbah KAJIAN. Penggunaan Bahan Baku, Energi, dan Analisis Dampak Lingkungan

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pemurnian Etanol dengan Menggunakan Alat Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB IV PROSES PENGUJIAN

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

II. DESKRIPSI PROSES

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

EXECUTIVE SUMMARY. PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI MOLASE DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS PRODUKSI kiloliter/tahun JUDUL TUGAS

DESAIN UNIT PENGOLAHAN BIOETANOL UNTUK PETANI DI DESA NGAJUM KECAMATAN SUMBER PUCUNG KABUPATEN MALANG

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

Transkripsi:

LAMPIRAN 53

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI BIOETANOL SKALA RUMAH DI SUKABUMI Data Responden Nama :.. Usia :.. Berilah tanda silang pada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Status tingkat Pendidikan SD SMP SMU Sarjana Lainnya (.) 54

BAGIAN PERSIAPAN BAHAN BAKU I.A Peluang Terjadinya Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang SS Sr Sd J SJ 1. Pencucian Terkena cipratan air pencucian 2. Pengecilan Ukuran (Pemotongan) Tergores Terpotong/ Tersayat Kebisingan (dari alat pemotong) Tersetrum (jika alat menggunakan listrik) 3. Pemasakan Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Terkena bahan kimia Kebakaran / ledakan Keterangan : SS : Sangat sering, dapat terjadi kapan saja Sr : Sering, dapat terjadi secara berkala Sd : Sedang, dapat terjadi pada kondisi tertentu J : Jarang, dapat terjadi tetapi jarang SJ : Sangat jarang, memungkinkan tidak pernah terjadi 55

I.B. Durasi Paparan (Lamanya terkena bahaya potensial) No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang Tm Bk Tr Tt J 1. Pencucian Terkena cipratan air pencucian 2. Pengecilan Ukuran (Pemotongan) Tergores Terpotong/ Tersayat Kebisingan (dari alat pemotong) Tersetrum (jika alat menggunakan listrik) 3. Pemasakan Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Terkena bahan kimia Kebakaran / ledakan Keterangan : Tm : Terus menerus, terkena bahaya potensial dalam waktu yang lama Bk : Berkala, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat tetapi sering Tr : Tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat pada kondisi tertentu Tt : Tidak tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat dan jarang J : Jarang, memungkinkan tidak terkena bahaya potensial 56

I.C. Konsekuensi dari Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang F Ma S Mi TS 1. Pencucian Terkena cipratan air pencucian 2. Pengecilan Ukuran (Pemotongan) Tergores Terpotong/ Tersayat Kebisingan (dari alat pemotong) Tersetrum (jika alat menggunakan listrik) 3. Pemasakan Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Terkena bahan kimia Kebakaran / ledakan Keterangan : F : Fatal, mengakibatkan kematian dan atau kerugian finansial dalam jumlah yang tinggi Ma: Major, mengakibatkan kematian atau cacat permanen S : Sedang, mengakibatkan luka atau cacat minor Mi : Minor, mengakibatkan luka kecil dan tidak permanen TS:Tidak Signifikan, memungkinkan tidak ada konsekuensi yang terjadi 57

BAGIAN FERMENTASI II.A. Peluang Terjadinya Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang SS Sr Sd J SJ 1. Fermentasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Bahaya biologis (dari S. cerevisiae) Polusi udara (bau dari limbah) Menghirup gas CO 2 dalam waktu lama Keterangan : SS : Sangat sering, dapat terjadi kapan saja Sr : Sering, dapat terjadi secara berkala Sd : Sedang, dapat terjadi pada kondisi tertentu J : Jarang, dapat terjadi tetapi jarang SJ : Sangat jarang, memungkinkan tidak pernah terjadi 58

II.B. Durasi Paparan (Lamanya terkena bahaya potensial) No. Aktivitas Bahaya Potensial Paparan Tm Bk Tr Tt J 1. Fermentasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Bahaya biologis (dari S. cerevisiae) Polusi udara (bau dari limbah) Menghirup gas CO 2 dalam waktu lama Keterangan : Tm : Terus menerus, terkena bahaya potensial dalam waktu yang lama Bk : Berkala, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat tetapi sering Tr : Tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat pada kondisi tertentu Tt : Tidak tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat dan jarang J : Jarang, memungkinkan tidak terkena bahaya potensial 59

II.C. Konsekuensi dari Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Konsekuensi F Ma S Mi TS 1. Fermentasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Bahaya biologis (dari S. cerevisiae) Polusi udara (bau dari limbah) Menghirup gas CO 2 dalam waktu lama Keterangan : F : Fatal, mengakibatkan kematian dan atau kerugian finansial dalam jumlah yang tinggi Ma: Major, mengakibatkan kematian atau cacat permanen S : Sedang, mengakibatkan luka atau cacat minor Mi : Minor, mengakibatkan luka kecil dan tidak permanen TS:Tidak Signifikan, memungkinkan tidak ada konsekuensi yang terjadi 60

BAGIAN DISTILASI DAN DEHIDRASI III.A. Peluang Terjadinya Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang SS Sr Sd J SJ 1. Distilasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Kebakaran/ ledakan Polusi udara (bau dari limbah cair) Kontak dengan limbah Terpeleset dari tangga unit distilasi 2. Dehidrasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Keterangan : SS : Sangat sering, dapat terjadi kapan saja Sr : Sering, dapat terjadi secara berkala Sd : Sedang, dapat terjadi pada kondisi tertentu J : Jarang, dapat terjadi tetapi jarang SJ : Sangat jarang, memungkinkan tidak pernah terjadi 61

III.B. Durasi Paparan (Lamanya terkena bahaya potensial) No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang Tm Bk Tr Tt J 1. Distilasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Kebakaran/ ledakan Polusi udara (bau dari limbah cair) Kontak dengan limbah Terpeleset dari tangga unit distilasi 2. Dehidrasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Keterangan : Tm : Terus menerus, terkena bahaya potensial dalam waktu yang lama Bk : Berkala, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat tetapi sering Tr : Tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat pada kondisi tertentu Tt : Tidak tertentu, terkena bahaya potensial dalam waktu singkat dan jarang J : Jarang, memungkinkan tidak terkena bahaya potensial 62

III.C. Konsekuensi dari Kecelakaan No. Aktivitas Bahaya Potensial Peluang F Ma S Mi TS 1. Distilasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Kebakaran/ ledakan Polusi udara (bau dari limbah cair) Kontak dengan limbah Terpeleset dari tangga unit distilasi 2. Dehidrasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Keterangan : F : Fatal, mengakibatkan kematian dan atau kerugian finansial dalam jumlah yang tinggi Ma: Major, mengakibatkan kematian atau cacat permanen S : Sedang, mengakibatkan luka atau cacat minor Mi : Minor, mengakibatkan luka kecil dan tidak permanen TS:Tidak Signifikan, memungkinkan tidak ada konsekuensi yang terjadi 63

Lampiran 2. Pengukuran Data Resiko Paparan (E) Peluang (L) Konsekuensi (K) Nilai Resiko No. Bahaya R1 R2 R3 R4 R5 R1 R2 R3 R4 R5 R1 R2 R3 R4 R5 1 Terkena cipratan air pencucian 2 1 6 10 2 0.6 1 1 1 1 10 1 2 1 2 8 2 Tergores 6 1 6 2 6 0.6 0.3 1 0.3 1 2 2 5 2 2 10 3 Terpotong atau Tersayat 6 3 6 2 3 1 0.6 1 0.1 0.3 2 2 5 2 5 10 4 Kebisingan (dari crusher) 10 6 6 3 3 0.6 0.3 0.6 0.1 0.3 5 5 5 5 10 14 5 Tersengat aliran listrik 3 3 3 2 3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.3 10 5 5 10 5 4 6 Terkena benda panas (pemasakan) 2 2 3 6 6 1 1 0.3 1 1 2 2 2 5 2 10 7 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 2 3 6 10 10 1 1 0.3 0.6 0.6 6 2 5 5 2 14 8 Terkena bahan kimia 1 3 3 2 3 0.1 0.6 0.3 1 0.6 2 2 2 1 2 2 9 Kebakaran atau ledakan (pemasakan) 3 6 2 2 2 0.3 0.3 0.1 0.1 0.1 20 20 20 10 20 13 10 Terkena benda panas (fermentasi) 1 1 2 3 2 0.1 0.05 1 0.3 1 1 1 5 2 5 4 11 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 1 2 2 3 3 0.05 0.3 0.05 0.3 0.3 1 5 2 5 1 2 12 Bahaya biologis (dari S.cerevisae) 3 1 6 3 6 0.1 0.05 0.3 0.05 0.3 1 1 5 1 5 4 13 Polusi udara (bau dari limbah) 3 1 2 1 3 1 0.6 0.3 1 1 2 2 2 1 2 3 14 Menghirup gas CO 2 dalam waktu lama 2 2 3 1 3 0.6 0.1 1 0.6 1 5 5 2 5 2 4 15 Terkena benda panas (distilasi) 2 2 10 6 10 0.3 0.3 1 1 1 1 2 5 2 5 23 16 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 3 1 10 10 10 0.3 0.1 1 1 1 5 1 5 1 5 23 17 Kebakaran atau ledakan (distilasi) 3 2 2 2 1 0.6 1 0.6 1 1 20 10 20 10 5 21 18 Polusi udara (bau dari limbah cair) 6 2 2 3 6 0.3 0.6 0.6 0.1 1 2 10 20 1 2 10 19 Kontak dengan limbah 6 2 10 1 10 0.6 0.1 0.1 0.05 0.1 2 2 5 1 5 4 20 Terjatuh dari tangga unit distilasi 2 3 6 3 6 0.1 0.3 0.6 0.3 0.6 20 10 10 10 10 19 21 Terkena benda panas (dehidrasi) 2 2 3 6 3 0.6 0.6 1 0.05 1 10 2 10 5 10 15 22 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 6 3 10 2 2 0.6 0.6 1 1 0.6 5 5 5 5 2 18 3

Lampiran 3. Uji Validitas No. Bahaya Responden Responden Responden Responden Responden Nilai korelasi 1 2 3 4 5 1 Terkena cipratan air pencucian 3 2 3 4 4 0.100678723 2 Tergores 4 2 1 2 3 0.586406506 3 Terpotong atau Tersayat 3 4 1 2 4 0.137284401 4 Kebisingan (dari crusher) 3 2 4 1 2 0.609493377 5 Tersengat aliran listrik 4 4 3 3 4 0.461367869 6 Terkena benda panas (pemasakan) 4 4 2 1 3 0.480495402 7 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 4 3 3 2 4 0.918693347 8 Terkena bahan kimia 4 3 4 4 3 0.028835492 9 Kebakaran atau ledakan (pemasakan) 4 3 2 1 2 0.563319636 10 Terkena benda panas (fermentasi) 3 3 4 3 4 0.451756038 11 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 4 3 4 3 4 0.941959399 12 Bahaya biologis (dari S.cerevisae) 3 3 4 3 4 0.451756038 13 Polusi udara (bau dari limbah) 4 3 3 3 4 0.836229262 14 Menghirup gas CO 2 dalam waktu lama 4 3 4 4 4 0.459109569 15 Terkena benda panas (distilasi) 1 1 4 3 4 0.079841861 16 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 2 1 4 2 4 0.521893784 17 Kebakaran atau ledakan (distilasi) 4 3 4 3 2 0.163602925 18 Polusi udara (bau dari limbah cair) 4 3 1 2 3 0.406328918 19 Kontak dengan limbah 4 3 4 3 4 0.941959399 20 Terjatuh dari tangga unit distilasi 2 2 3 2 3 0.451756038 21 Terkena benda panas (dehidrasi) 4 1 3 1 3 0.969231313 22 Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) 4 2 3 2 1 0.175460215 Total 76 58 68 54 73 3

Lampiran 4. Uji Reliabilitas Test Retest UJI RELIABILITAS TEST-RETEST RESPONDEN PENGUKURAN I PENGUKURAN II X Y 1 76 78 2 58 62 3 68 69 4 54 57 5 73 70 Hasil Uji Reliabilitas Test Retest X Y X 2 Y 2 XY 76 78 5776 6084 5928 58 62 3364 3844 3596 68 69 4624 4761 4692 54 57 2916 3249 3078 73 70 5329 4900 5110 Σ 329 336 22009 22838 22404 r = 0.966052998 3

Lampiran 5. Standard Operating Procedure (SOP) Standard Operating Procedure Starting Cara Kerja : 1. Nyalakan generator dan pompa air utama. 2. Buka valve feed air menuju boiler dan pastikan valve drain boiler tertutup. 3. Nyalakan pompa air menuju boiler. 4. Alirkan air ke dalam boiler sampai penunjuk level boiler menunjukkan air dalam boiler ¾ volume total. 5. Pastikan safety valve diset pada tekanan 5 bar dan valve output uap boiler tertutup. 6. Buat api pada tungku boiler sampai tercipta bara. 7. Nyalakan blower milik boiler. 8. Buat api hingga tekanan pada pressure gauge menunjukkan 4-5 bar dan steam dari boiler siap dipakai. 4

Standard Operating Procedure Crushing Cara Kerja : 1. Buka valve 33, 3, 2, dan 1 lalu nyalakan pompa P7. 2. Nyalakan washer (CW) dan crusher (CR). 3. Masukkan singkong sebanyak 2500 kg. 4. Ketika jumlah lumpur singkong di receiver (RC) mencapai 1/4 buka valve 4 untuk lebih mencairkan lumpur singkong. 5. Ketika jumlah cairan lumpur sudah mencapai ½ buka valve 6 dan nyalakan pompa P1 sambil menambahkan lumpur singkong yang baru hingga jumlah di cooking tank (CT) mencapai 4000 liter. 6. Matikan pompa P1 dan tutup valve 6. 5

Cara Kerja : A. Cooking Standard Operating Procedure PreTreatment 1. Ketika lumpur masuk panaskan lumpur di cooking tank sampai 30 o C menggunakan steam dengan membuka valve 11. 2. Setelah steam masuk gerakkan pengaduk cooking tank dengan kecepatan 20 rpm. 3. Setelah semua lumpur masuk tutup valve 11 dan hentikan pengadukan. 4. Buka manhole untuk memasukkan enzim α amilase sebanyak 0,86 kg. 5. Tutup manhole dan aduk kembali sambil memberikan steam sampai bersuhu 80 o C. 6. Setelah mencapai 80 o C hentikan steam dan jaga pada suhu tersebut selama 30 menit. 7. Setelah 30 menit beri steam kembali hingga mencapai 132 o C dan matikan steam serta pertahankan pada suhu tersebut selama 30 menit. B. Saccharifying 1. Dinginkan lumpur yang sudah menjadi broth ini dengan membuka valve 5, 8, dan 9; dan nyalakan pompa P2. Broth ini akan berputar dari cooking tank ke Cooler 1 dan balik lagi ke cooking tank. 2. Setelah suhu broth menjadi 55-60 o C tutup valve 8, 9 dan matikan pompa P2. 3. Buka manhole dan berikan gluco amilase sebanyak 0,54 kg lalu tutup manhole dan aduk kembali dengan menjaga pada suhu 55 o C. 6

Standard Operating Procedure Fermenting Cara Kerja : 1. Turunkan suhu kembali menjadi 32 o C dengan memakai Cooler 1. 2. Setelah menjadi 32 o C matikan valve dan pompanya. 3. Buka manhole dan berikan ragi, urea dan NPK sebanyak 1 kg, 4,34 kg, dan 0,867 kg. 4. Tutup manhole dan aduk selama 15-30 menit. 5. Alirkan broth ke tangki fermentor 1 dan 2 (jika yang digunakan adalah tangki 1 dan 2) dengan membuka valve 8, 10, 12, dan 13; dan nyalakan pompa P2. 6. Tunggu selama 48 jam sebelum digunakan. 7. Saat akan digunakan broth dikirim dengan pompa P3 menuju vibrating screen (VS1) untu disaring lalu dikirim ke broth tank (BT) dengan pompa P4. 7

Cara Kerja : Operasi dengan air: Standard Operating Procedure Distilasi 1. Sebelum distilasi operasikan kolom distilasi dengan air. 2. Nyalakan cooler 2 (HE3) dan alirkan air ke tangki refluks dengan membuka valve 46. 3. Arahkan selang dari cooler 2 ke jerigen sementara untuk memeriksa laju alir dan kadar etanol sebelum dimasukkan ke buffer tank saat peralihan dari operasi dengan air ke operasi dengan broth. 4. Pastikan valve 35, 42, 53, dan 43 tertutup. 5. Masukkan air menuju check tank melalui selang air atau alat lainnya. 6. Nyalakan P5, buka penuh valve 36 dan atur valve 37, 38, dan 39 sehingga flowmeter menunjukkan kecepatan rendah sekitar 1-2 liter/menit. 7. Untuk memastikanair telah masuk ke kolom buka valve 42 dan 43. 8. Beri steam ke kolom mash dengan membuka valve 41 secara bertahap sehingga T3 menunjukkan suhu 100 o C ke atas. 9. Untuk memastikan uap telah sampai bagian atas kolom mash buka valve 52 dengan hati-hati. 10. Atur laju steam hingga suhu T4 menunjukkan nilai di atas 85 o C. 11. Perhatikan apakah air telah terkondensasi menuju jerigen sementara. 12. Jika sudah ada air yang terkondensasi berarti anda sudah dapat menggunakan broth untuk distilasi. Operasi dengan kolom Mash: 1. Ketika akan beralih dari air ke broth matikan air ke check tank dan buka valve 34. 2. Broth akan melewati preheater hingga 80 o C ketika masuk kolom mash. 3. Jika suhu di preheater belum mencapai 80 o C buka valve 54 sehingga steam tambahan akan memanaskan bahan baku hingga 80 o C. 4. Tingkatkan laju broth hingga 4,2 liter/menit. 8

Operasi dengan kolom Rectifier: 1. Buka valve 44 dan nyalakan P6 untuk mengirim etanol yang terkondensasi ke kolom Mash untuk didistilasi ulang. 2. Setelah suhu kolom atas Rectifier (T4) mencapai 80 o C buka penuh valve 47 dan atur valve 48 sehingga didapat laju produk 16,67 liter/jam atau di atasnya. 3. Cek konsentrasinya, jika telah mencapai 95% maka saluran dari cooler 2 dapat dialirkan ke buffer tank. 4. Jika belum 95% naikkan laju feed hingga mencapai 95%. 5. Jika suhu T4 tidak mencapai 79-80 o C tambahkan steam secukupnya. 9

Standard Operating Procedure Memberhentikan Operasi Distilasi Cara Kerja : 1. Simpan semua etanol dalam buffer tank ke tangki produk etanol agar tidak tercampur air. 2. Ganti broth dengan air. 3. Tunggu sesaat dan T1 akan naik sampai 100 o C dan T4 sampai 90 o C. 4. Kurangi steam secara bertahap, setelah selesai matikan P5 dan P6. 5. Etanol dari cooler 2 yang kurang kadarnya disimpan di tempat tersendiri atau digabung dengan broth yang akan didistilasi. 10

Standard Operating Procedure Dehidrasi Cara Kerja : 1. Buka valve V4 dan V6. 2. Pastikan valve V3, V7, dan V5 tertutup. 3. Buka valve V1 (buka juga V2 untuk pengisian manual), isi dengan etanol 95% langsung dari buffer tank sebanyak ¾ volume. 4. Isi air melalui lubang L5, lalu tutup. 5. Panaskan air hingga T menunjukkan suhu 60 o C, lalu nyalakan pompa vakum. 6. Ambil sampel etanol dari tangki TS dengan membuka valve V5 dan analisis kadarnya. 7. Ketika tercapai 99,5%, buka V7 dan tutup V5. 8. Buka L1, L2, L3, dan L4 untuk mengeluarkan zeolit yang jenuh dengan zeolit yang baru. 9. Regenerasi zeolit dengan memanaskan zeolit lewat oven pada temperatur 200 o C selama 1,5 jam. 11

Standard Operating Procedure Shut Down Cara Kerja : 1. Jika semua alat produksi (tidak termasuk boiler dan alat distilasi) telah selesai digunakan alirkan air ke dalam washer, crusher, receiver, cooking tank, fermentor, dan broth tank hingga airnya bersih. 2. Buka valve drainnya jika ada atau alirkan ke tempat lain yang mempunyai drain seperti cooking tank dan broth tank. 3. Untuk boiler matikan blower dan tutup valve 28. 4. Buka valve drain boiler dan valve pada level meter boiler untuk menghilangkan air dan gas yang ada. 5. Jika masih ada abu di tungku keluarkan. 6. Matikan pompa air utama. 7. Matikan generator. 12

Lampiran 6. Diagram Aliran Proses Produksi Bioetanol 1-6 2-6 3-6 Pencucian Pengecilan Ukuran Pemasakan Dehidrasi Distilasi Fermentasi 6-6 5-6 4-6 3

Lampiran 7. Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan bahaya No. Aktivitas Bahaya Standard Operating Procedure (SOP) 1. Pengecilan ukuran (Pemotongan) Terpotong atau Tersayat 2. Pemasakan Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Kebakaran atau ledakan 3. Fermentasi Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Bahaya biologis (dari S.cerevisae) 4. Distilasi Terkena benda panas Gunakan kayu pendorong jika akan mendorong singkong yang akan dihancurkan Jika mesin mengalami kemacetan atau kerusakan gunakan sarung tangan saat memperbaikinya. Gunakan sarung tangan pada saat pemberian enzim alpha amilase dan gluko amilase Hindari kontak langsung dengan tangki pemasakan (cooking tank) Selama proses pemasakan berlangsung kontrol suhu jangan sampai melebihi 132 C Amati juga indikator tekanan pada boiler agar tidak melebihi 4 bar. Jauhi sementara lokasi fermentasi Jauhi kontak bahan kimia dengan organ tubuh seperti mulut dan mata Gunakan sarung tangan untuk membuka dan menutup valve untuk menghindari kontak langsung dengan 3

Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) Kebakaran atau ledakan 5. Dehidrasi Terkena benda panas Lingkungan pada suhu tinggi (uap panas) suhu Gunakan pakaian lengkap selama proses berlangsung Kontrol suhu dan tekanan menggunakan indikator suhu dan tekanan Gunakan sarung tangan selama proses berlangsung Gunakan pakaian lengkap selama proses berlangsung 4

Lampiran 8. Gambar Boiler Industri Kecil dan Menengah Bioetanol Jampangkulon 3

Lampiran 9. Gambar Mesin Pencucian (Washer) dan Cooking Tank 4

Lampiran 10. Gambar Peralatan Dehidrasi 5

Lampiran 11. Gambar Peralatan Distilasi 6