PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Petani tentang Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) di Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT TERHADAP SISTEM INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT (SISKA) DI KABUPATEN PELALAWAN

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

SEPA : Vol. 11 No.1 September 2014 : ISSN :

PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN BONAI DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

X.250 KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

ANALISIS PELAKSANAAN DAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

Renstra BKP5K Tahun

RENCANA AKSI PERUBAHAN DINAS PETERNAKAN KABUPATEN PELALAWAN TAHUN X X X X Itik ,249 `- Jl Lingkungan UPTD Langgam 50 m X X X X X

KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Transkripsi:

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN Susy Edwina, Evy Maharani, Yusmini, Joko Saputra Fakultas Pertanian, Universitas Riau Abstrak Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian melalui pendekatan Low External Input Agriculture System (LEIAS), sehingga terjadi ketergantungan antara kegiatan sub sektor perkebunan dan sub sektor peternakan yang mampu mendatangkan pendapatan yang lebih besar. Penelitian dilaksanakan pada Kelompok Tani Karya Lestari di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan dalam mendukung inovasi SISKA. Penelitian dilakukan pada bulan bulan Mei 2015 dengan menggunakan metode survey pada kelompok tani yang mendapat bantuan program SISKA, dan pengambilan informan dengan metode sensus terhadap 15 anggota kelompok, sedangkan analisis data menggunakan skala Likert s. Hasil penelitian menunjukkan persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan secara keseluruhan termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 3,47, dilihat dari peran penyuluhan dalam edukasi dan diseminasi informasi/inovasi berada pada kategori sangat tinggi, konsultasi termasuk tinggi, supervisi dan monitoring sedang, sementara itu peran kelembagaan penyuluhan dalam fasilitasi berada pada kategori rendah. Kata Kunci: kelembagaan, penyuluhan, peran, persepsi, SISKA 1. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis perkebunan, merupakan kegiatan strategis yang perlu dikembangkan dalam memanfatkan berbagai potensi yang ada. Kenyataanya yang ada menunjukan, kegiatan pada usaha perkebunan dan peternakan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi yang tidak bisa terlepas dan saling melengkapi melalui pola system pertanian terpadu (integrated farming system). Salah satunya adalah Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA), pengembangan sistem ini terkait dengan budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit dan usaha peternakan sapi. Perkembangan jumlah kelompok tani yang mendapat program SISKA di Kabupaten Pelalawan sejak tahun 2010 cukup signifikan, terdapat 22 kelompok tani yang mendapat bantuan dan fasilitas dari pemerintah. Edwina (2014), karakteristik internal petani memiliki hubungan signifikan dengan tingkat adopsi SISKA. Karakteristik eksternal yang signifikan adalah intensitas penyuluhan, ketepatan saluran penyuluhan, serta jumlah informasi dari kelembagaan penyuluhan. Peran kelembagaan penyuluhan dalam mendukung program SISKA sangat besar dilihat dari intensitas penyuluhan, namun demikian sebagian dari kelompok tersebut saat ini tidak lagi menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan program SISKA. Penerapan SISKA oleh petani, sangat tergantung pada peran kelembagaan pendukung sebagai kunci keberhasilan progam. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani, akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kelembagaan. Berdasarkan Undang- SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 37

undang No.16 Tahun 2006, Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu wadah yang terdapat dalam dinas pertanian. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Karya Lestari di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, yang pelaksanaanya diawali pada bulan Mei 2015, dengan tujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan dalam mendukung inovasi SISKA. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey pada kelompok tani yang mendapat bantuan program SISKA, dan pengambilan informan dengan metode sensus terhadap 15 anggota kelompok, sedangkan analisis data menggunakan skala Likert s. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuisioner kepada informan, yang terdiri dari semua anggota kelompok tani yang berjumlah 15 orang termasuk ketua kelompok, bendahara dan pengurus lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi data: peran kelembagaan penyuluhan dalam mendukung SISKA dilihat dari variable edukasi, diseminasi informasi/ inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi serta monitoring dan evaluasi. Analisis data menggunakan skala Likert s Summated Rating (SLR), yaitu variabel yang menggambarkan indikator tertentu diukur dengan menggunakan skor yang berkisar 1-5 dengan penilaian sebagai berikut: untuk jawaban Sangat Berperan (SB) dengan skor 5, Berperan (B) skor 4; jawaban Berperan Sedang (BS) skor 3; jawaban Cukup Berperan (CB) skor 2 dan Tidak Berperan (SR) skor 1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelembagaan penyuluhan yang mendukung SISKA diantaranya Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Peran kelembagaan ini dapat dilihat dari variabel edukasi, diseminasi informasi, fasilitasi, konsultasi, supervise serta monitoring dan evaluasi, dapat dilihat pada Tabel 1. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 38

Tabel 1. Persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan No Variabel Uraian Skor Kategori 1. Edukasi a. Materi program penyuluh relevan 4,48 Sangat b. Penyuluh memberikan arahan terhadap Berperan teknologi SISKA c. Pengetahuan petani bertambah dengan adanya kegiatan penyuluhan d. Intensitas kunjungan yang dilakukan penyuluh dalam melakukan edukasi 2. Diseminasi Informasi/ Inovasi a. Penyuluh menyampaikan informasi teknologi terbaru SISKA b. Informasi dan inovasi menyebar terhadap petani lain yang tidak mendapat informasi c. Informasi sesuai dengan keadaan masyarakat setempat 3. Fasilitasi a. Penyuluh memfasilitasi keluhan petani b. Penyuluh memfasilitasi pengembangan minat petani c. Penyuluh memfasilitasi petani untuk bermitra 4. Konsultasi a. Penyuluh membantu memecahkan permasalahan petani SISKA b. Penyuluh Memberikan sarana dan prasarana konsultasi c. Penyuluh memberikan waktu untuk melakukan konsultasi kepada petani 5. Supervisi/ pembinaan 6. Monitoring dan Evaluasi a. Penyuluh melakukan pembinaan terhadap kemampuan petani b. Penyuluh berperan dalam melakukan pembinaan untuk pemanfaatan SDA dan SDM c. Pembinaan yang dilakukan penyuluh bermanfaat bagi petani a. Penyuluh melakukan monitoring terhadap usaha ternak petani SISKA, b. Penyuluh melakukan monitoring terhadap penguasaan inovasi baru dan c. melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan penyuluhan 4,22 Sangat Berperan 2,33 Cukup Berperan 4,16 Berperan Sedang 2,84 Berperan Sedang 2,78 Berperan Sedang Rata-rata 3.47 Berperan Edukasi Menurut Mardikanto (2009), edukasi adalah memfasilitasi proses belajar para penerima manfaat penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh, penyuluh memberikan pembelajaran kepada petani dengan tujuan sebagai penyebarluasan informasi, pemberi penjelasan, perubah prilaku petani dalam berusahatani. Peran penyuluhan sebagai edukasi berada pada skor 4,48 termasuk kategori sangat berperan, menunjukkan kelembagaan penyuluhan yang terkait SISKA memiliki peranan penting dalam penyampaian materi serta teknologi pendukung SISKA, sehingga terjadi perubahan perilaku dalam mengelola usahatani secara terintegrasi antara kelapa sawit dan ternak sapi. Edukasi, terlihat dari kemampuan kelompok mengolah pakan dari limbah pelepah kelapa sawit dan solid, mengolah feses menjadi kompos, serta SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 39

pemanfaatan kencing sapi untuk pupuk. Menurut Mardikanto (2009) perubahan perilaku lebih kekal dengan adanya pembelajaran ketimbang perubahan perilaku melalui paksaan, bujukan, aturan maupu ancaman. Diseminasi informasi/inovasi Diseminasi merupakan kegiatan penyebarluasan informasi dari sumber informasi dan atau penggunaannya. Persepsi petani terhadap kelembagaan penyuluhan dilihat dari variabel diseminasi berada pada skor 4,22 termasuk juga kategori Sangat Berperan, menunjukkan bahwa peran kelembagaan penyuluhan yang terkait dengan diseminasi informasi melalui penyampaian informasi teknologi SISKA yang senantiasa berkembang, sementara itu peran kelembagaan penyuluhan dalam penyebaran inovasi dari petani yang mendapat inovasi ke petani lainnnya relative tinggi dari jawaban 62,86% petani. Mayoritas petani merasakan inovasi SISKA dalam pemanfaatan teknologi melalui mesin pencacah pelepah kelapa sawit, pengolahan kompos, serta pemanfaatan biogas sesuai dengan potensi dan kondisi masyarakat. Fasilitasi Menurut Mardikanto (2009), fasilitasi atau pendampingan, yang lebih bersifat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh client-nya. Fungsi fasilitasi tidak harus selalu dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, atau memenuhi sendiri kebutuhankebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai penengah atau mediator. Persepsi petani terhadap kelembagaan penyuluhan dilihat dari indikator fasilitas memiliki skor 2,33 termasuk kategori cukup berperan. Peran kelembagaan penyuluhan dalam memfasilitasi keluhan petani apabila mengalami kendala dalam permasalahan kelompok dan ternak termasuk kategori sedang. Namun demikian peran penyuluh dalam memfasilitasi pengembangan minat dan memfasilitasi petani untuk bermitra tergolong rendah karena saat ini focus menfasilitasi petani dalam permasalahan internal yang ada dalam kelompok dan kegiatan usaha kelompok. Konsultasi Menurut Mardikanto (2009), konsultasi sama halnya dengan fasilitasi, yaitu membantu memecahkan masalah atau hanya memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Dalam melaksanakan peran konsultasi, penting untuk memberikan rujukan kepada pihak lain yang lebih mampu dan atau lebih kompeten untuk menanganinya. Persepsi petani terhadap kelembagaan penyuluhan dilihat dari variabel konsultasi memiliki skor 4,16 termasuk kategori berperan sedang, dilihat dari indikator penyuluh membantu memecahkan permasalahan petani SISKA dan memberikan sarana dan prasarana konsultasi, kelembagaan penyuluhan dalam memberikan waktu untuk konsultasi kepada petani. Peranan kelembagaan penyuluh dalam mengatasi permasalahan petani tentang penyakit ternak dan teknis budidaya sangat baik, didukung SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 40

sarana dan prasarana konsultasi Puskeswan dan Dokter Hewan. Supervisi Menurut Mardikanto (2009) penyuluhan sebagai supervisi atau pembinaan dalam praktek, supervisi seringkali disalah-artikan sebagai kegiatan pengawasan atau pemeriksaan, tetapi sebenarnya adalah lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien melakukan penilaian, untuk kemudian memberikan saran alternatif perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi. Persepsi petani terhadap kelembagaan penyuluhan dari variabel supervisi memiliki skor rata-rata 2,84 termasuk kategori berperan sedang, menunjukkan supervise yang dilakukan belum maksimal,yang menjadi indicator yang menggambarkan supervisi dilihat dari peran penyuluh dalam pembinaan. Monitoring dan Evaluasi Persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan dari variabel monitoring berada pada skor rata-rata 2,78 tergolong kategori berperan sedang. Indikator yang menunjukkan peran penyuluh dalam monitoring terhadap usaha ternak dan melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan penyuluhan, serta monitoring terhadap penguasaan inovasi baru. Bentuk monitoring yang dilakukan, melalui kunjungan ke kelompok tani secara langsung dalam penerapan program SISKA, baik terhadap kelompok yang mendapat bantuan program dari pemerintah. Monitoring dilakukan terutama terhadap penguasaan inovasi baru oleh petani dalam penggunaan mesin pencacah, pemanfaatan biogas dan perkembangan usaha kelompok. Monitoring dalam penggunaan mesin pencacah menunjukkan banyak kendala yang dihadapi petani karena hasil pencacahan pelepah sawit kurang halus sehingga inovasi pakan tidak sesuai harapan. Evaluasi dilakukan terhadap penggunaan mesin pencacah, pemanfaatan biogas dan cara beternak serta pembuatan pupuk kandang. Skor rata-rata persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan berdasarkan variabel edukasi, diseminasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi dan monitoring adalah 3,47 termasuk kategori berperan, berbeda dengan hasil penelitian Marliati (2008), dari kajian persepsi petani terhadap penyuluh di Kabupaten Kampar dilihat dari peran penyuluh relatif belum baik (kategori Sedang ). Kelembagaan penyuluh di Kecamatan Kerumutan dinilai sudah mampu bekerja sesuai dengan tanggung jawab meskipun perlu upaya untuk meningkatkan peran dalam fungsi fasilitas terutama untuk bermitra dengan pihak swasta maupun lembaga terkait yang dapat mendukung program SISKA. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Persepsi petani terhadap peran kelembagaan penyuluhan secara keseluruhan termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 3,47, dilihat dari peran penyuluhan dalam edukasi dan diseminasi informasi/inovasi berada pada kategori sangat tinggi, konsultasi termasuk tinggi, supervisi dan monitoring SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 41

sedang, sementara itu peran kelembagaan penyuluhan dalam fasilitasi berada pada kategori rendah. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan penelitian ini melalui dana penelitian Hibah Bersaing dan kepada semua pihak yang terlibat dan membantu kelancaran penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA Edwina, Susy dan Maharani, E. 2014. Model Pemberdayaan Petani Kelapa Sawit Dalam Mendukung Sistem Sapi Kelapa Sawit (SISKA) Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan Pakan di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret (UNS) Press, Surakarta. Marliati. 2008. Pemberdayaan Petani Untuk Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas dan Kemandirian Petani Dalam Beragribisnis (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN UGM 2015 42