PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
|
|
- Ratna Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013
2 KATA PENGANTAR Dengan maksud untuk mengembangkan sistem pertanian berbasis Tanaman tahunan, lebih meningkatkan pendapatan petani sekaligus mendukung kebijakan swasembada daging, maka disamping berbagai kegiatan yang dilakukan oleh unit fungsional, di DIPA subsektor Perkebunan sejak tahun 2007 telah dialokasikan kegiatan pengembangan integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak sapi dan dilanjutkan pada tahun selanjutnya. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dimaksud dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka tahun 2014 dialokasikan kegiatan pengembangan integrasi tanaman tahunan (kelapa sawit, kelapa dan karet) dengan terrnak sapi di 13 Provinsi dan 18 Kabupaten. Disadari bahwa maksud tersebut akan dapat tercapai apabila dapat berkembang gerakan pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi pada umumnya, dan pada perkebunan rakyat pada khususnya. Tumbuhnya gerakan dimaksud akan dapat berlangsung apabila secara teknis mudah dipahami dan terjangkau pelaksanaannya serta secara ekonomi cukup menguntungkan. Kondisi yang ada menggambarkan bahwa pilihan model yang paling menguntungkan belum sepenuhnya dapat diterapkan pelaksanaannya karena adanya berbagai keterbatasan, utamanya kecukupan i
3 ketersediaan bibit unggul yang dipandang paling menguntungkan pada wilayah pengembangan. Berkenaan dengan berbagai keterbatasan yang dimaksud, maka dipandang perlu adanya Pedoman Teknis bagi semua pihak terkait di semua tingkatan, agar penyelenggaraan kegiatan tetap dalam kerangka tertib administrasi yang ditentukan dan tertib teknis yang harus dipedomani. ii
4 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Sasaran Nasional C. Tujuan II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan B. Spesifikasi Teknis III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup B. Pelaksana Kegiatan C. Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan D. Simpul Kritis IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN VII. PEMBIAYAAN VIII. PENUTUP LAMPIRAN iii
5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Kegiatan Integrasi Tanaman Tahunan- Sapi iv
6 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Ciri umum usaha pertanian/perkebunan rakyat adalah: (i) Lahan usaha sempit; (ii) kurang memiliki akses keberbagai kemudahan yang diperlukan; (iii) tingkat produktivitas dibawah potensi normalnya; (iv) posisi tawar petani lemah, sehingga (v) kemampuannya sebagai sumber pendapatan keluarga cenderung terus menurun dalam menghadapi tuntutan kebutuhan yang terus meningkat. Berkenaan dengan hal tersebut, pada tahun-tahun terakhir ini diperkenalkan model pengembangan sistem agribisnis berbasis komoditas melalui pemanfaatan aset secara optimal. 2. Perkebunan rakyat kelapa sawit yang telah cukup berkembang dan akan terus dipacu kelanjutan upaya pengembangannya, berpotensi untuk pengembangan sistem agribisnis berbasis komoditi kelapa sawit dengan pengembangan cabang usahatani ternak intensif, mengingat: (i) tersedia limbah, hasil samping, dan hijauan secara berkelanjutan, (ii) uji coba paket teknologi pemanfaatan limbah dan hasil samping telah tersedia dan akan terus 1
7 berkembang; (iii) infrastruktur dan fasilitas penunjang relatif memadai, (iv) kelembagaan ekonomi petani telah cukup berkembang, (iv) bentuk pengusahaannya pada umumnya dalam bentuk hamparan dalam skala luas, karena harus terkait dengan unit pengolahan dengan kapasitas tertentu. Sedangkan faktor pembatas pengembangan ternak, khususnya sapi, adalah tersedianya pakan dan air secara cukup terjangkau dan berkelanjutan. 3. Pengembangan sistem usahatani diversifikasi berbasis tanaman karet dapat merupakan peningkatan, pengutuhan atau koreksi dari usahatani tanaman karet yang telah ada cabang usahataninya atau berasal dari tanaman karet monokultur.kerangka umum konsep sistem usahatani diversifikasi berbasis tanaman karet adalah memanfaatkan secara optimal sumberdaya lahan perkebunan karet petani. Melalui upaya pengembangan integratif ini diharapkan tanaman karet dapat memperoleh pupuk dari limbah kotoran ternak sapi akan terjadi perubahan yang cukup mendasar karena sebelumnya belum pernah dilakukan pemupukan terhadap tanaman karet. Disamping itu akan banyak manfaat lain yang akan diperoleh seperti; (i) kebutuhan pangan dapat berasal dari 2
8 produksi sendiri, (ii) dapat dikembannngkan cabang usahatani baru hortikultura yang berkualitas, (iii) mengurangi resiko apabila ada penurunan harga atau kegagalan panen, serta (iv) berbagai manfaat lainnya. 4. Tanaman kelapa banyak dibudidayakan di perkebunan rakyat. Pemeliharaan pada tanaman kelapa masih belum diterapkan intensif karena dianggap Tanaman kelapa tetap dapat tumbuh dan menghasilkan dengan pemeliharaan terbatas, bahkan tanpa pemeliharaan sekalipun. Tanaman kelapa juga merupakan salah satu tanaman yang meskipun sudah berumur tua masih tetap menghasilkan sehingga kurang mendorong terjadinya peremajaan. Dengan cara pengusahaan semacam ini lahan-lahan kosong di bawah tanaman kelapa ditumbuhi belukar tanpa memberikan hasil, bahkan merupakan pesaing usaha pokok tanaman kelapa dan pada wilayah-wilayah tertentu menjadi sarang hama. Pengembangan integrasi ternak kelapa merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan usahatani tanaman kelapa. dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya lahan perkebunan kelapa petani. dengan masukan input minimal sesuai dengan hara yang terangkut melalui panen hasil 3
9 produksi. Masukan input produksi diharapkan berasal dari limbah ternak karenanya ternak perlu dikandangkan. 5. Dewasa ini pemenuhan kebutuhan konsumsi daging nasional masih belum tercukupi, sehingga masih perlu diimpor dalam bentuk sapi potong dan daging,, seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Impor Sapi dan Daging serta Populasi Sapi, Tahun (000) Impor Populasi Sapi Tahun Sapi Daging (ekor) (kg) (Kg) , , , , , , Sumber: Ditjen Peternakan, Tahun 2013 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa keragaan impor 3 tahun terakhir Indonesia masih melakukan impor daging, sedangkan populasi ternak sapi meningkat. 6. Usaha ternak sapi seperti keragaan tersebut di atas pada umumnya dilakukan oleh peternak skala kecil dan keberadaannya di sentra-sentra wilayah 4
10 pertanian rakyat tradisional (sekitar 60% populasi ternak sapi potong berada di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara), sedangkan usaha perkebunan kelapa sawit, karet dan kelapa umumnya di wilayah bukaan baru (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku). Oleh sebab itu percepatan penerapan pengembangan cabang usahatani ternak sapi pada wilayah perkebunan rakyat yang berbasis kelapa sawit, kelapa dan karet perlu didorong dan dipacu bahkan dibantu melalui berbagai upaya terencana, baik oleh unit fungsional maupun berbagai pihak yang terkait. Keberhasilan berbagai upaya yang dimaksud pada waktunya akan memberikan berbagai manfaat, baik dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi, bahkan dalam jangka panjang berpotensi untuk ekspor, juga memperluas penyebaran pusat-pusat produksi ternak, serta mempertangguh usahatani perkebunan kelapa sawit. 7. Uji coba integrasi pengembangan usahatani ternak sapi potong pada perkebunan kelapa sawit sudah mulai banyak dilakukan, sehingga semakin tersedia pilihan model-model pengembangan. Sesuai peluang yang tersedia dan potensi manfaat dalam 5
11 jangka panjang, maka pengembangan yang dipandang sesuai tidak sebatas penggabungan usaha ternak sapi dengan usaha perkebunan kelapa sawit, melainkan pengembangan sistem agribisnis berbasis perkebunan kelapa sawit. Oleh sebab itu yang perlu dicari adalah model yang paling sesuai untuk diterapkan pada perkebunan rakyat kelapa sawit di setiap wilayah dari berbagai pendekatan pengembangan yang ada begutu pula dengan komoditi perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa. 8. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2014 dilakukan kegiatan pengembangan integrasi tanaman tahunan - ternak sapi di wilayah perkebunan rakyat pada khususnya. Kegiatan tahun ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan serupa pada tahun Agar pelaksanaan kegiatan yang dimaksud dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka disusun PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN INTEGRASI TANAMAN TAHUNAN DENGAN TERNAK SAPI. 6
12 B. Sasaran Nasional Perkebunan rakyat kelapa sawit, kelapa dan karet cukup berkembang dan akan dipacu terus yang berpotensi untuk pengembangan sistem agribisnis berbasis komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa mengingat tersedianya limbah, hasil samping, dan hijauan secara berkelanjutan. C. Tujuan Kegiatan pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi dilatar belakangi oleh pertimbangan untuk mempertangguh usaha perkebunan rakyat, sekaligus mendukung kebijakan swasembada daging, melalui pemanfaatan potensi yang tersedia pada perkebunan. Oleh sebab itu, kegiatan pengembangan integrasi perkebunan rakyat dengan ternak sapi ini dipandang masih perlu untuk memperkaya dan melengkapi berbagai kegiatan serupa yang telah dilakukan oleh unit fungsional, untuk mendukung tujuan jangka panjang, yaitu: a. Mengembangkan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan; b. Membudayanya gerakan pengembangan cabang usahatani ternak sapi; 7
13 c. Mendukung peningkatan populasi sapi untuk substitusi impor dan pada akhirnya untuk ekspor; d. Mendukung kebijakan ketahanan pangan; e. Mendukung pengembangan wilayah; 8
14 II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan Konsepsi pengembangan integrasi tanaman tahuanan sapi idealnya terdiri dari : 1 paket utuh untuk 1 kelompok tani dan setiap lokasi minimal 3 paket utuh. Setiap 1 paket utuh terdiri dari: 50 ekor sapi/kelompok tani, 2 ekor sapi/petani, kandang (kelompok/individu), obat-obatan, bantuan pakan, chopper (perajang pelepah dan daun), mesin pembuat pakan, mesin biogas untuk seluruh petani (untuk energi memasak dan penerangan), mesin pembuat pupuk, gerobak, studi banding, pelatihan ketrampilan teknis, fasilitasi timbulnya gerakan serupa secara swadaya. Sesuai konsep pendekatan kegiatan, maka ruang lingkup paket bantuan meliputi : (1). Paket dari sub-sektor perkebunan : alat pengolahan limbah & hasil samping kelapa sawit, alat pengolah kotoran sapi, sarana lain (gerobak dll), peningkatan ketrampilan teknis, studi banding dan pengawalan. (2). Paket dari sub-sektor peternakan : sapi, kandang, obat-obatan dll 9
15 Agar hasil uji coba masing-masing model pengembangan dapat menjadi acuan dalam langkah implementasi dalam bentuk gerakan, perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, agar diperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu prinsip-prinsip pendekatan pelaksanaan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui pendekatan kelompok, yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh masing-masing petani anggota kelompok atau dilaksanakan bersama secara kelompok; 2. Petani atau kelembagaannyanya dalam melaksanakan kegiatan perlu menerapkan paket teknologi anjuran (intensif) yang disampaikan melalui pelatihan; 3. Paket kegiatan uji coba masing-masing model diusahakan penyediaan komponenkomponennya secara lengkap; 4. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan kegiatan integrasi perkebunan kelapa sawit dengan sapi mengacu kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN 10
16 TAHUN 2014 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian; 4. Kelompok penerima bantuan bukan kelompok baru, tetapi kelompok yang sudah ada. Untuk propinsi yang karena kekhususannya, dapat ditempuh upaya modifikasinya sesuai karakteristik wilayah setempat; 5. Pelaksanaan kegiatan untuk masingmasing model perlu dilakukan pencatatan secara tertib untuk dapat menjadi laporan akhir. Dengan pertimbangan agar pelaksanaan kegiatan pengembangan masing-masing model keberhasilannya dapat menjadi acuan replikasi kelanjutan pengembangannya, penerapan pelaksanaan kegiatan ditempuh dengan kriteria: 1. Penentuan pilihan lokasi (mudah dijangkau, dukungan infrastruktur, kondisi kelembagaan petani dll); 2. Pilihan pendekatan kegiatan usaha (penggemukan atau usaha pembibitan); 3. Pilihan jenis sapi (pilihannya harus unggul, namun pada akhirnya tergantung ketersediaannya); 11
17 4. Pilihan pendekatan pemeliharaannya (kandang kelompok atau kandang individual); 5. Pilihan teknik pemeliharaan (pemanfaatan hasil samping dan limbah tanaman, penyediaan mesin pencincang pelepah dan daun, pilihan makanan penguat, ditambah hijauan dari luar kebun); 6. Pilihan pendekatan pemanfaatan limbah sapinya (pupuk, biogas); 7. Pilihan pendekatan bantuan kepada petani (bagi hasil, perhitungan tingkat bunga, perguliran pada diri sendiri, perguliran berjenjang dll). Dari keragaan yang ada menunjukkan bahwa telah cukup beragam model pendekatan bantuan, baik yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan, Pemerintah Daerah, Perbankan, ataupun penyandang dana/perusahaan ataupun kesepakatan masing-masing pelaku. Dengan pertimbangan dapat meningkatkan tumbuhnya keberlanjutan, disamping berbagai model pendekatan bantuan tersebut, pada usaha perkebunan kelapa sawit sesuai potensi yang tersedia dan budaya petani yang berorientasi keuntungan, dapat dipertimbangkan untuk menempuh pendekatan berjenjang untuk kegiatan usaha penggemukan. 12
18 Pendekatan berjenjang dimaksud dipandang lebih menarik dan menjamin keberlanjutannya dalam mengkondisikan kemandirian petani penerima bantuan untuk mampu memelihara ternak secara berkelanjutan serta tumbuhnya peran serta calon petani/kelompok penerima guliran dalam mengawasi kelancaran dan keberhasilan kegiatan, karena apabila gagal, calon petani/kelompok penerima tidak menerima. Pendekatan berjenjang prinsipnya, adalah: 1. Sejak awal kegiatan dipilih dan ditetapkan petani/kelompok tani calon penerima bantuan awal dan petani/kelompok tani calon penerima; 2. Petani/kelompok tani penerima bantuan awal melaksanakan kegiatan sampai dengan keuntungan yang diperoleh cukup untuk membeli ternak sejumlah bantuan awal; 3. Ternak yang dibeli dari keuntungan menjadi paket bantuan untuk petani/kelompok tani penerima, sedangkan modal pokok juga dibelikan ternak untuk menjadi milik peternak penerima bantuan awal. Demikian seterusnya dengan pendekatan serupa. 13
19 B. Spesifikasi Teknis Setiap paket bantuan terdiri dari alat pengolah limbah dan hasil samping (pencacah pelepah dan daun/alat biogas atau kelengkapan lainnya). Dengan tetap berpegang pada pendekatan kelompok, sesuai dengan tujuan pokok kegiatan, alat pencacah pelepah dan daun, biogas serta perlengkapan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan setempat. III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup Kegiatan Dengan pertimbangan keberhasilannya akan dapat mengkondisikan upaya pengembangan lebih lanjut, ruang lingkup kegiatan pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi, idealnya untuk PUSAT, PROVINSI dan KABUPATEN masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Pusat Kegiatan Pusat adalah: a. Menyusun Pedoman Teknis; b. Melakukan sosialisasi dalam rangka penyamaan persepsi tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan; 14
20 c. Memfasilitasi penyelenggaraan workshop pengembangan cabang usahatani ternak sapi potong integratif pada wilayah perkebunan rakyat untuk mencari pilihan model rencana kegiatan yang dipandang paling sesuai; d. Memfasilitasi pelatihan keterampilan teknis dalam rangka pemantapan pilihan model rencana kegiatan; e. Membahas penetapan kriteria calon lokasi dan calon petani sebagai bahan dalam identifikasi pilihan calon lokasi rencana kegiatan; f. Memonitor proses pemilihan dan penetapan calon lokasi dan calon petani; g. Melakukan konsultasi, bimbingan, pendampingan dan pengawalan pengembangan cabang usahatani ternak sapi potong integratif pada wilayah perkebunan rakyat; h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah berjalan tahun-tahun sebelumnya; i. Menyusun laporan. 15
21 2. Kegiatan Provinsi Kegiatan Provinsi adalah: a. Mengikuti workshop pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi; b. Mengikuti pelatihan keterampilan teknis; c. Menetapkan Tim pembina Provinsi, melalui surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan. d. Menjabarkan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kelapa (Peremajaan dan perluasan) yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai kondisi daerah. e. Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama sama Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan. f. Jika Kegiatan merupakan TP propinsi: maka penetapan calon petani dan calon lahan (CP/CL) oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. g. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah berjalan tahun-tahun sebelumnya; 16
22 h. Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan Pengembangan Tanaman Kelapa secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan. 3. Kegiatan Kabupaten Kegiatan di Kabupaten adalah: a. Mengikuti workshop pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi; b. Mengikuti pelatihan keterampilan teknis; c. Menjabarkan Pedoman Teknis kedalam Petunjuk Teknis (Juknis). d. Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. e. Jika Kegiatan merupakan TP Kabupaten : maka penetapan calon petani dan calon lahan (CP/CL) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. f. Menyelenggarakan pelatihan ketrampilan teknis; 17
23 g. Menfasilitasi pelaksanaan kegiatan oleh petani; h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah berjalan tahun-tahun sebelumnya; i. Membuat dan melaporkan hasil kegiatan perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kelapa secara berkala (triwulan) dan tahunan sesuai form yang telah ditetapkan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dan Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan. Untuk tahun 2014, paket pengadaan ternak disediakan dana melalui APBN DIPA Sub Sektor Peternakan dan tidak dialokasikan pengadaan ternak pada DIPA Sub Sektor Perkebunan. Sedangkan paket untuk pengadaan alat pencacah pelepah, alat biogas, peningkatan ketrampilan petugas dan petani serta kelengkapan lainnya, disediakan dana melalui APBN sub-sektor Perkebunan. Biaya sosialisasi, pengawalan dan operasional lainnya ditingkat propinsi disediakan dana melalui APBN sub-sektor Perkebunan, sedangkan ditingkat Kabupaten diharapkan dapat bersumber dari dana APBN tingkat propinsi, APBD dan atau swadaya petani dan sumberdana lain yang memungkinkan. 18
24 B. Pelaksana Kegiatan Pelaksana langsung kegiatan pengembangan integrasi tanaman tahunan dengan ternak sapi adalah petani/kelompok tani terpilih yang telah ditetapkan melalui proses seleksi, dengan mengacu pedoman teknis yang telah ditetapkan. Dengan maksud agar penyelenggaraannya dapat berlangsung sesuai tertib teknis dan administrasi sesuai ketentuan, maka pelaksanaan kegiatan oleh petani/ kelompok tani dibawah bimbingan, pendampingan dan koordinasi: a. Dinas Kabupaten/Propinsi setempat yang mebidangi perkebunan sebagai penanggung jawab kegiatan; b. Petugas Dinas Kabupaten/Propinsi yang membidangi perkebunan yang ditunjuk untuk menangani administrasi kegiatan; c. Petugas unit fungsional terkait untuk konsultasi kelancaran pelaksanaan kegiatan; d. Petugas teknis yang ditunjuk untuk memberikan pembekalan ketrampilan, bimbingan dan pendampingan teknis pelaksanaan. Dengan pertimbangan dana paket bantuan berasal dari berbagai sumber, kerjasama dan 19
25 peran aktif dari masing-masing pelaksana kegiatan sangat mendukung keberhasilan. Organisasi pelaksanaan kegiatan lingkup unit fungsional pada semua tingkatan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Sedangkan organisasi pelaksanaan tingkat kelompok tani diatur sesuai musyawarah kelompok. C. Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan Lokasi dan volume kegiatan pengembangan cabang usahatani ternak sapi potong integratif pada perkebunan rakyat tahun 2014 seperti pada Lampiran 1. Setiap paket bantuan terdiri dari bantuan alat biogas serta kelengkapan lainnya, pelatihan ketrampilan teknis dan studi banding. Dengan tetap berpegang pada pendekatan kelompok, sesuai dengan tujuan pokok kegiatan, idealnya setiap paket bantuan ternak sapi potong dapat mencapai 50 ekor/ kelompok. D. Simpul Kritis 1. Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, Ditjen Bun, Direktorat Pakan Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Petugas Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten, Petugas Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, Puslit/ Balit/ Instansi terkait, dan petugas lapang. 20
26 2. Pemilihan lokasi/ CPCL/CPBB diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan dimonitor oleh petugas sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman alat serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut. 3. Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman alat pengolah limbah dan hasil samping (biogas, generator, chopper, appo, dan lain-lain) untuk pengembangan kegiatan integrasi tanaman tahunan - ternak, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan. 4. Teknologi integrasi tanaman tahunan - ternak harus sesuai dengan pedoman pelaksanaan dan kondisi di lapangan. 5. Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk memantau perkembangan ternak dan kondisi alat pengolah limbah dan hasil samping (biogas, generator, chopper, appo, dan lain-lain). 6. Ketersediaan ternak, dan alat pengolah limbah dan hasil samping (biogas, generator, chopper, appo, dan lain-lain) yang akan digunakan sebagai paket teknologi integrasi tanaman tahunan ternak diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran. 21
27 IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN Proses pengadaan dan penyaluran bantuan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui mekanisme swakelola dan proses lelang b. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun c. Kontrak pengadaan bantuan telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun d. Penyaluran bantuan kepada petani paling lambat pertengahan bulan November e. Penyaluran bantuan tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan. V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN Pengendalian, pengawasan dan pelaporan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku, agar penyelenggaraan kegiatan dapat 22
28 menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jenis pelaporan a. SIMONEV yang meliputi: Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan; Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi; Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan; 23
29 b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah. (Format terlampir). c. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini. 2. Waktu penyampaian laporan: a. SIMONEV dibuat per bulan dengan ketentuan: Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. 24
30 b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. c. Laporan Akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember VII. PEMBIAYAAN Kegiatan Pengembangan Integrasi Tanaman Tahunan-Ternak Tahun anggaran 2014 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten. VIII. PENUTUP Pedoman teknis ini disusun sebagai salah satu acuan pelaksanaan kegiatan pengembangan cabang usahatani ternak sapi potong pada wilayah perkebunan rakyat kelapa sawit, karet dan kelapa baik Tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten serta pihakpihak terkait lainnya dari perencanaan, 25
31 pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan pelaporan. Dalam rangka lebih memberikan kejelasan penyelenggaraan pelaksanaannya agar tertib teknis dan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan mampu mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka Propinsi menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Kabupaten menerbitkan Petunjuk Teknis. Keberhasilan kegiatan ini diharapkan dapat berperan dalam membudayakan pengembangan cabang usahatani ternak sapi potong pada wilayah perkebunan rakyat kelapa sawit, karet dan kelapa, yang pada tingkat usahatani akan merupakan implementasi dari kebijakan pengembangan sistem pertanian berbasis komoditas tanaman tahunan (kelapa sawit, karet dan kelapa) yang akan meningkatkan produktivitas usahatani dan secara nasional akan mendukung kebijakan peningkatan populasi sapi untuk substitusi impor dan ekspor, dan ketahanan pangan. Capaian keberhasilan yang dimaksud akan dapat terwujud melalui integrasi perencanaan, kesamaan tekad dan kerjasama semua pihak terkait. Jakarta, Desember 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan 26
32 Lampiran 1 Kegiatan Integrasi Tanaman Tahunan Sapi Tahun 2014 PROVINSI KABUPATEN VOLUME 1 ACEH 1 Nagan raya 1.00 Klp 2 SUMUT 2 Batubara 1.00 Klp 3 SUMBAR 3 Pasaman barat 1.00 Klp 4 RIAU 4 Kampar 1.00 Klp 5 Rokan Hulu 1.00 Klp 5 JAMBI 6 Batanghari 1.00 Klp Tanjung Jabung Klp Barat 8 Muaro Jambi 1.00 Klp 6 SUMSEL 9 OKI 1.00 Klp 7 BENGKULU 10 Bengkulu Utara 1.00 Klp 8 BANTEN 11 Lebak 1.00 Klp 9 KALBAR 12 Sanggau 1.00 Klp 13 Sambas 1.00 Klp 10 KALTENG 14 Kota Waringin Barat 1.00 Klp 11 KALSEL 15 Kotabaru 1.00 klp 16 Tanah Laut 1.00 klp 12 MALUT 17 Halmahera Utara 1.00 Klp 13 SULUT 18 Minahasa Selatan 1.00 Klp JUMLAH Klp 27
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Seperti
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR
PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2017 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Sagu dapat
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BAHAN TANAM TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BENIH KAKAO dan KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN TEH TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Karet
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014
KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 KATA
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR
0 KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BAHAN TANAM TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciBAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan
Lebih terperinciPENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 1 Maret 2017 1 LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR Kakao Cengkeh Kopi PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN BENIH TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...
DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ii Hal I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang. 1 B. Sasaran Nasional... 3 C. Tujuan. 3 D. Pengertian..
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENERAPAN STANDAR PERKEBUNAN BESAR/RAKYAT BERKELANJUTAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan
Lebih terperinciBAB IV TUGAS PEMBANTUAN
BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Tugas Pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan atau Desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang
Lebih terperinciPEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017
Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 STATISTIK PRODUKSI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Jl. AUP NO. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip
KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi
PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciSelanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan
BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Penyelenggaraan tugas pembantuan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan / atau
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP
KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP
KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Koordinasi
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENERAPAN STANDAR PERKEBUNAN BESAR/RAKYAT BERKELANJUTAN INDONESIA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani NIP
KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan Tahun 2009 disusun sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan Program Revitalisasi Perkebunan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN NOVEMBER 2016 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2017 Scanned by CamScanner DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah Tahun
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah Tahun 2016 1 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunianya maka dapat dilakukan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016
PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR
PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciPENGANTAR. Ir. Suprapti
PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis
Lebih terperinciCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBTAN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS Nip
KATA PENGANTAR Berbagai upaya dilakukan Pemerintah dalam rangka peningkatan produksi produktivitas dan untuk hasil tanaman perkebunan khususnya tanaman rempah dan penyegar, salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciVI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN
VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018
PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Lebih terperinciIV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan
13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Lebih terperinciSTATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013
STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 Kementerian negara/lembaga : Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Program :
Lebih terperinciKEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016
KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN
Lebih terperinciJakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP
KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Pengembangan
Lebih terperinci