ARTIKEL PENELITIAN. Dwi Novrianda 1, Henny Lucida 2 & Irfandy Soumariris 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

SUCI ARSITA SARI. R

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

PENGARUH PEER EDUCATION TENTANG ISPA TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM PERAWATAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PRAKTIK IBU HAMIL DALAM UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI POST PARTUM

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), media audio visual, pendidikan kesehatan, perilaku ibu, balita

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

RANI SURAYA NIM

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU ORANG TUA DALAM TOILET TRAINING TODDLER ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELUARGA DENGAN ANAK BALITA YANG MENDERITA ISPA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

Journal of Health Education

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA. Fithria

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELUARGA DENGAN ANAK BALITA YANG MENDERITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBADUYUT BANDUNG

TESIS. Oleh KATHERINE EMILY PANGGABEAN /IKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

TESIS. Oleh HIKMAH NURMARALITA /IKM

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta APRI ANI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Unnes Journal of Public Health

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Triwik Sri Mulati, Wiwik Setyaningsih, Dodiet Aditya S Kementrian Kesehatan Politeknik Surakarta Jurusan Kebidanan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebesar 14% (WHO, 2013). Pada tahun 2011, dilaporkan 1,3 juta anak meninggal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PNEUMONIA RINGAN PADA BALITA DI RUMAH DI DESA SAYANG KECAMATAN JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

DINATIA BINTARIA S NIM.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Infeksi saluran pernafasan akut sampai saat ini masih menjadi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Nurlathifah N. Yusuf

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

KARYA TULIS ILMIAH. (Studi dilakukan di Kampung Sengon Kabupaten Sukoharjo)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ISPA PADA BAYI DI PUSKESMAS KECAMATAN SEGEDONG.

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TESIS. Oleh MARTINA PERANGIN-ANGIN /IKM

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

Pengaruh Frekuensi Penyuluhan di UKGS pada Anak SD terhadap Derajat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMAN 1 RASAU JAYA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TAHUN 2014

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya * Abstrak

Transkripsi:

Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(2), 159-169 ARTIKEL PENELITIAN Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA di Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh Comparison of Effectivity of Health Education towards Mother s Knowledge and Ability in Caring Children with Acute respiratory infection in Health Center Padang Pasir And Pauh Dwi Novrianda 1, Henny Lucida 2 & Irfandy Soumariris 1 Keywords: health education, knowledge, caring ability, acute respiratory infection ABSTRACT: Health education with booklet media is an effort to increase knowledge and ability in caring Acute respiratory infection (ARI). This study aimed to identify comparison effectivity in health education towards knowledge and ability in caring between Padang Pasir and Pauh Health Center. Method used pre experimental with pretest posttest design. Subject was mothers with children having ARI amount 15 samples. Data was collected by questionnaires. Data analysis used wilcoxon to identify difference pre and posttest of mother s knowledge and ability in caring, mann whitney-u to know difference between both of them. Study showed there was difference of knowledge and ability in caring between pre and posttest (p=0,002). There was difference in effectivity of health education between Padang Pasir and Pauh on ability in caring (p=0,004). It suggested health education with more interesting media like booklet must be given especially for mothers so ARI s rate can be reduced in children. Kata kunci: pendidikan, pengetahuan, kemampuan merawat, Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ABSTRAK: Pendidikan dengan media booklet merupakan upaya meningkatkan kemampuan merawat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pendidikan terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA antara Puskesmas Padang Pasir dan Pauh. Metode yang digunakan adalah preeksperimental dengan pretest posttest design. Subjek penelitian adalah ibu dengan balita ISPA berjumlah 15. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon untuk menilai perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat pada pretest posttest dan Mann Whitney-U untuk menilai perbandingan antar Puskesmas. Hasil penelitian diperoleh perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat balita ISPA sebelum dan setelah pendidikan dengan (p=0,002). Lebih lanjut terdapat perbedaan efektivitas pendidikan antara Puskesmas Padang Pasir dengan Pauh pada kemampuan merawat (p=0,004). Oleh karena itu pendidikan tentang ISPA dengan media yang lebih menarik seperti booklet perlu diberikan terutama pada ibu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan merawat balita dengan ISPA. 1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2 Fakultas Farmasi Universitas Andalas Korespondensi: Dwi Novrianda (dwinov_82@yahoo.co.id) 159

PENDAHULUAN Pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA, yang merupakan salah satu penyebab kematian tersering, sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman pada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit ISPA. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu memerlukan banyak usaha di antaranya dengan memberikan pendidikan (1). Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA adalah faktor anak, faktor lingkungan dan faktor ibu. Faktor anak terdiri dari umur, status gizi, jenis kelamin, status imunisasi campak, pemberian vitamin A dan pemberian ASI. Faktor lingkungan terdiri dari kepadatan hunian, pencemaran udara dalam rumah. Selanjutnya faktor ibu meliputi pendidikan dan pengetahuan ibu (2). Peningkatan pengetahuan dan informasi tentang ISPA sangat dibutuhkan ibu agar dapat memberikan perawatan terhadap anaknya dengan cara mengikuti pendidikan berupa penyuluhan yang diadakan di Puskesmas sehingga yang optimal bisa dicapai. Pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat sudah sering dilakukan tetapi belum banyak dilakukan evaluasi mengenai keefektifan dilaksanakannya pendidikan tersebut mengingat masih tingginya angka kejadian ISPA yang terjadi saat ini (3). Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu pada penyakit ISPA. Pendidikan mengupayakan perilaku masyarakat untuk menyadari atau mengetahui cara memelihara, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan dan tempat untuk mencari pengobatan jika menderita suatu penyakit (4). Pendekatan dalam pemberian pendidikan sangat bervariasi antara lain metode ceramah, ceramah disertai demonstrasi, diskusi kelompok dan lain-lain. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Prajapati et al (2012) dengan judul Knowledge, Attitude and Practices of Mothers Regarding Acute Respiratory Infection (ARI) in Urban and Rural Communities of Ahmedabad District, Gujarat ditemukan 71,4% ibu memilih allopathy sebagai tipe pengobatan untuk mengatasi ISPA, 40,8% ibu menyatakan ISPA sebagai penyakit yang serius di daerah pedesaan (54,4% di wilayah kota) dari 250 responden dari masing-masing wilayah yang diteliti. Penelitian ini menyarankan perlunya beberapa intervensi seperti pendidikan untuk mengubah pengetahuan ibu balita tentang ISPA (5). Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 bahwa penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2013 adalah ISPA sebanyak 30.926 balita diikuti oleh penyakit kulit dan febris. Puskesmas Padang Pasir menempati urutan pertama dalam kasus penyakit ISPA pada balita sebanyak 1509 balita dari 10 puskesmas di kota Padang pada tahun 2013 dengan sasaran program yang dilakukan terhadap 477 balita yang menderita ISPA sebagai puskesmas yang berada di perkotaan. Puskesmas Pauh mendapatkan kasus ISPA pada balita sebanyak 1370 balita lebih tinggi dari 160

Puskesmas Bungus sebanyak 506 balita dan Puskesmas Air Dingin sebanyak 989 balita sebagai Puskesmas yang berada di pinggiran kota atau pedesaan. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan efektifitas pendidikan tentang ISPA terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu merawat balita ISPA antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan pre and posttest yaitu sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah pusposive sampling dimana teknik penetapan sampel yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 15 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur ukur kuesioner pengetahuan tentang ISPA yang dimodifikasi dari Sitepu (2008) dengan jumlah 16 pertanyaan (6) dan kuesioner kemampuan ibu merawat balita ISPA yang dimodifikasi dari Devyna (2013) dengan jumlah 10 pernyataan yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas (7). Setiap jawaban yang benar akan diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol). HASIL DAN DISKUSI Tabel 1. menunjukkan umur responden di Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dan pendidikan di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh (n=15) Puskesmas Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Padang Umur Pasir 20-30 tahun 7 46,7 31-40 tahun 8 53,3 Pendidikan Tamat SD 1 6,7 Tamat SMP 1 6,7 Tamat SMA 9 60,0 Perg. Tinggi 4 26,7 Pauh Umur 20-30 tahun 11 73,3 31-40 tahun 14 26,7 Pendidikan Tamat SD 1 6,7 Tamat SMP 3 20,0 Tamat SMA 10 66,7 Perg. Tinggi 1 6,7 161

Puskesmas Padang Pasir lebih dari sebagian 31-40 tahun (53,3%) dan pendidikan terakhir tamat SMA (60%). Namun di Puskesmas Pauh lebih dari sebagian (73,3%) berumur 20-30 tahun, dan 66,7% pendidikan tamat SMA. Berdasarkan pada umur responden dan tingkat pendidikan baik di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh dapat dinyatakan kategori responden dalam tahap dewasa awal 20-40 tahun. Pada tahap ini mampu melakukan perluasan jaringan komunikasi, keinginan dalam mengikuti pendidikan dan pencarian seputar informasi meningkat dalam memenuhi keinginannya untuk perubahan tingkat yang lebih baik. Pengetahuan Responden tentang ISPA Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh Pengetahuan tentang penyakit ISPA pada balita oleh responden baik di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh sebelum dan setelah dilakukan pendidikan berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna, dimana p=0,002 (p<0,05). Berdasarkan analisis statistik pengetahuan responden pada kelompok ini untuk Puskesmas Padang Pasir terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan dari 11,87 menjadi 13,80 dengan besaran selisih (mean difference) sebesar -1,93. Demikian juga halnya di Puskesmas Pauh sebelum dan setelah diberikan pendidikan menunjukkan peningkatan pengetahuan nilai rata-rata dari 10,53 menjadi 13,27 setelah diberikan pendidikan. Peningkatan nilai pengetahuan responden dari sebelum dengan setelah diberikan pendidikan kemungkinan terjadi karena pemberian pendidikan dengan metode ceramah dan pemberian booklet. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Francis (2008) menyatakan bahwa booklet sebagai media memiliki pengaruh yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden dan kepuasan akan informasi tentang ISPA baik selama konsultasi dilakukan dan penjelasan dalam penggunaan antibiotik yang akan Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan responden sebelum dan setelah pendidikan di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh (n=15) Variabel Puskesmas Padang Pasir Puskesmas Pauh mean SD max min mean SD Max Min Pengetahuan 11,87 1,685 14 9 10,53 1,457 13 7 sebelum pendidikan Pengetahuan 13,80 0,862 15 12 13,27 1,033 15 11 Setelah pendidikan 162

digunakan (8). Penelitian lain yang dilakukan oleh Montasser (2012) menunjukkan hasil penelitian dimana lebih dari 60% dari keluarga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 6 anggota keluarga mengalami pneumonia akut dan lebih dari setengah anak-anak yang berada dalam status sosial keluarga yang rendah diklassifikasikan mengalami pneumonia. Jumlah kasus rresponden yang digolongkan mengami pneumonia akut dan pneumonia di atas terjadi karena dipengaruhi oleh pemberian MP ASI dan ASI eksklusif yang tidak diberikan sampai bayi berumur 6 bulan, makanan yang kurang gizi, dan imunisasi yang tidak lengkap yang merupakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu sehingga perlu dilakukan pendidikan unutk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ISPA (9). Kemampuan Responden Merawat Balita ISPA Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh Kemampuan responden dalam merawat balita ISPA di Wilayah Puskesmas Padang Pasir sebelum dan setelah diberikan pendidikan menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dengan p=0,001 (p<0,005). Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai kemampuan responden dalam merawat balita ISPA dari sebelum pendidikan dengan nilai rata-rata 6,53 mengalami peningkatan menjadi rata-rata 9,13 setelah diberikan pendidikan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Huriah dan Lestari (2008) melaporkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita dengan nilai pretest 61,1% dan mengalami perubahan setelah diberikan pendidikan sebesar 75% dari 36 responden (4). Kemampuan responden dalam merawat balita ISPA di Wilayah Puskesmas Pauh sebelum dan setelah diberikan pendidikan menunjukkan terdapat perbedaan Tabel 3. Distribusi frekuensi kemampuan responden merawat balita ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan di Puskesmas Padang Pasir dan Pauh (n=15) Variabel Puskesmas Padang Pasir Puskesmas Pauh mean SD max min mean SD Max Min Kemampuan 6,53 1,598 8 4 5,93 1,033 8 4 merawat balita ISPA sebelum pendidikan Kemampuan 9,13 0,640 10 8 8,27 0,799 10 7 merawat balita ISPA setelah pendidikan 163

yang bermakna dengan p=0,001 (p<0,005) dari nilai rata-rata 5,93 dan standar deviasi 1,033 mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan dengan nilai rata-rata 8,27 dan standar deviasi 0,799. Berdasarkan uji statistik didapatkan terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan responden dalam merawat balita ISPA dari sebelum dengan setelah diberikan pendidikan dengan perbedaan mean sebesar -2,34. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Suhariyanti (2012) dengan judul Pengaruh promosi terhadap kemandirian keluarga dalam penanganan demam pada anak menggunakan media lembar balik dan booklet yang diberikan setelah dilakukan penyuluhan mengami peningkatan dalam keterampilan merawat anak demam dengan nilai p-0,00 (p<0,05) dinyatakan memiliki perubahan yang bermakna (10). Perbandingan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dan Pauh Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden mengenai pengetahuan sebelum diberikan pendidikan yang dilakukan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p=0,032 (p<0,05), nilai rata-rata pengetahuan sebesar 11,20 dan standar deviasi 1,690. Pengetahuan dapat diperoleh dari akses informasi baik dari media atau pelayanan. Kemudahan dalam memperoleh informasi dan sarana pendukung dapat berbeda antara wilayah perkotaan dengan pedesaan. Beberapa faktor pendukung kejadian ISPA di daerah pedesaan seperti kurangnya pelayanan dasar, kurangnya perhatian pemerintah, tingkat pendidikan, kebersihan lingkungan, penyalahgunaan antibiotik, kemiskinan, tidak adanya ventilasi, dan asap dalam rumah. Perbedaan besar atau kecilnya selisih nilai rata-rata pengetahuan dapat disebabkan oleh adanya informasi yang diperoleh responden selain dari intervensi Tabel 4. Perbedaan pengetahuan dan kemampuan responden merawat balita ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan di Puskesmas Padang Pasir (n=15) Variabel Sebelum pendidikan Setelah pendidikan p value mean SD mean SD Pengetahuan 11,87 1,685 13,80 0,862 0,002 ibu Kemampuan 6,53 1,598 9,13 0,640 0,001 merawat 164

pendidikan yang diberikan, misalnya letak wilayah responden di pusat kota sehingga memudahkan dalam akses informasi, dari media elektronik (TV, radio) atau media cetak (koran, poster, majalah, buku) yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan tentang ISPA pada balita. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Kumar et al (2009) ditemukan 72% ibu memiliki pengetahuan tentang ISPA dan 28% tidak memiliki pengetahuan tentang ISPA. Kemudian, 56 % ibu menyatakan ISPA sebagai penyakit yang serius sedangkan 44 % menyatakan tidak dari 1000 responden yang diteliti. Penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang masih rendah dan diperlukan intervensi seperti pendidikan, media, lady health workers (LHW), banners dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang ISPA (11). Hasil penelitian yang dilakukan Heshmat (2009) menyatakan tingkat pengetahuan responden tentang anemia karena kekurangan zat besi lebih baik dimiliki oleh masyarakat perkotaan daripada masyarakat di pedesaan dimana sekitar 60% anak-anak mengkonsumsi makanan dengan kandungan zat besi secara teratur. Penelitian ini menyarankan perlunya tindakan perbaikan nutrisi melalui pendidikan dengan fokus pada sumber makanan yang memiliki kandungan zat besi yang tinggi (12). Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden mengenai pengetahuan setelah diberikan pendidikan kemudian diberikan media booklet yang dilakukan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p=0,159 (p>0,05) dengan nilai rata-rata pengetahuan 13,53 dan standar deviasi 0,973. Pengetahuan atau kognitif merupakan desain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang (13). Tabel 5. Perbedaan pengetahuan dan kemampuan responden merawat balita ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan di Puskesmas Pauh (n=15) Variabel Sebelum pendidikan Setelah pendidikan p value mean SD mean SD Pengetahuan 10,53 1,457 13,27 1,033 0,002 ibu Kemampuan 5,93 1,033 8,27 0,799 0,001 merawat 165

Peneliti berasumsi bahwa pendidikan yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian media booklet merupakan metode yang tepat diberikan untuk meningkatkan pengetahuan responden yang dilakukan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Prajapati et al (2012) ditemukan 71,4 % ibu memilih allopathy sebagai tipe pengobatan untuk mengatasi ISPA, 40,8 % ibu menyatakan ISPA sebagai penyakit yang serius di daerah pedesaan (54,4% di wilayah kota) dari 250 responden dari masing-masing wilayah yang diteliti. Penelitian ini menyarankan perlunya beberapa intervensi seperti pendidikan untuk mengubah pengetahuan ibu balita tentang ISPA (5). Perbandingan Kemampuan Responden Merawat Balita ISPA Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dan Pauh Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden mengenai kemampuan merawat balita ISPA sebelum diberikan pendidikan yang dilakukan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh menunjukkan Tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p=1,000 (p>0,05). Pengukuran kemampuan merawat balita ISPA responden tersebut dilakukan untuk melihat perbandingan kemampuan responden dalam merawat balita ISPA melalui pengisian kuesioner dengan jumlah 10 pertanyaan yang dijawab responden sebelum dilakukan intervensi berupa pendidikan. Pengukuran yang dilakukan terhadap responden tentang kemampuan merawat balita ISPA sebelum diberikan pendidikan diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,53 dan standar deviasi 1,570. Perawatan balita ISPA yang bisa dilakukan di rumah meliputi mengatasi panas (demam), pemberian makanan yang Tabel 6. Perbandingan pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan pendidikan antara Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh (n=15). Variabel mean SD Value Pengetahuan 11,20 1,690 0,032 sebelum pendidikan Pengetahuan 13,53 0,973 0,159 setelah pendidikan 166

cukup gizi, pemberian cairan, memberikan kenyamanan, dan memperhatikan tandatanda bahaya ISPA ringan atau ISPA berat yang memerlukan bantuan khusus petugas. Berdasarkan hasil penelitian Maramis (2013) di Puskesmas Bahu menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMP memiliki perawatan ISPA yang baik dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi (14). Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden mengenai kemampuan merawat balita ISPA setelah diberikan pendidikan yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p=0,004. Pengukuran kemampuan merawat balita ISPA yang dilakukan terhadap responden setelah diberikan pendidikan diperoleh nilai mean sebesar 8,70 dan standar deviasi 0,837. Kemampuan ibu dalam perawatan ISPA adalah kesanggupan ibu dalam merawat anak dengan ISPA. Adanya peningkatan kemampuan ibu dalam merawat balita ISPA dipengaruhi oleh penggunaan metode dalam memberikan pendidikan. Pemberian booklet setelah dilakukan pendidikan dapat memperdalam dan mengingat kembali terhadap materi pendidikan yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga mendapatkan pengertian dan pengingatan yang lebih baik. Seseorang yang telah mendapatkan pendidikan maka tingkat pengetahuan dan kemampuan dalam perawatan balita ISPA akan meningkat dan kemudian diaplikasikan melalui perilaku keluarga sehingga angka kejadian ISPA yang terjadi pada anak menjadi semakin rendah. Berbagai faktor yang dapat membentuk ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan dan keterampilan merawat balita ISPA antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh diantaranya adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan, serta faktor emosi dari individu. Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap dikarenakan lembaga tersebut meletakkan Tabel 7. Perbandingan kemampuan responden merawat balita ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan antara Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh (n=15) Variabel mean SD Value Kemampuan merawat 6,53 1,570 1,000 balita ISPA sebelum pendidikan Kemampuan merawat 8,70 0,837 0,004 balita ISPA setelah pendidikan 167

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan banyak mempengaruhi pengetahuan dan tindakan perawatan yang akan dilakukan. Maksudnya adalah, orang melakukan tindakan dalam situasi tertentu ditentukan oleh kepercayaan terhadap stimulus tersebut. Oleh karena itu logis untuk berharap bahwa sikap dan karakteristik seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi tindakan yang dilakukan terhadap objek (15). KESIMPULAN Hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan pengetahuan dan kemampuan responden merawat balita ISPA antara sebelum dan setelah diberikan pendidikan baik di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh. Oleh karena itu pelayanan terutama Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh kota Padang dapat melakukan kegiatan promosi dan pendekatan terhadap keluarga dengan balita ISPA secara intensif dengan metode ceramah dan media booklet sehingga pencegahan dan perawatan balita ISPA memberikan efek langsung terhadap penurunan angka kejadian ISPA. Bagi penelitian selanjutnya, perlunya dilakukan penelitian terkait pemberian pendidikan dengan membandingkan dua metode yang berbeda sehingga tujuan dari kegiatan yang dilakukan tercapai optimal dan dapat dilakukan terhadap ibu yang memiki anak balita yang tidak mengalami ISPA DAFTAR PUSTAKA 1. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Hasil riset dasar tahun 2013. Diakses tanggal 25 Maret 2014. 2. Schwartz, M. 2004. Pedoman klinis pediatrik. Jakarta: EGC. 3. Machmud, R. 2006. Pneumonia balita di Indonesia dan peran kabupaten dalam menanggulanginya. Padang: Andalas University Press. 4. Huriah, T., & Lestari, R. 2005. Pengaruh pendidikan tentang infeksi saluran pernapasan terhadap kemampuan ibu dalam perawatan ispa pada balita di Dusun Lemahdadi Kasihan Bantul Yogyakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan. 29-34. 5. Prajapati, et al. 2012. Knowledge, attitude and practices of mothers regarding acute tract infection (ari) in urban and rural communities of Ahmedabad District, Gujarat. Indian Journal of Pediatrics. 3(2): 101-103). 6. Sitepu, A. 2008. Efektivitas penyuluhan menggunakan metode ceramah disertai pemutaran vcd dan tanpa pemutaran vcd dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia pada balita di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. FKM USU. Tesis. Tidak dipublikasikan. Diakses melalui http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456 789/6725/1/08E00489.pdf tanggal 12 Februari 2014. 7. Devyna. 2013. Hubungan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas purnama 168

dumai. FKep USU. Skripsi. Tidak dipublikasi. 8. Francis, N. 2008. The effect of using interactive booklet on childhood respiratory tract infections in consultations: Study protocol for a cluster randomised controlled trial in primary care. Biomed Journal 9(23): 1-10. 9. Montasser, N. 2012. Assesment and classification of acute respiratory tract infection among egyptian rural children. British Journal of Medicine and Medical Research 2(2): 216-227. 10. Suhariyanti. 2012. Pengaruh promosi terhadap kemandirian kelurga dalam penanganan demam pada anak di wilayah puskesmas pringsurat kabupaten temanggung. Jurnal Promosi Kesehatan 1(1): 1-10. 11. Kumar, et al. 2009. Knowledge attitude and practice about ari among the mothers of under five children attending civil hospital mithi tarparkar desert. PHCOA Journal 2(1): 12-20. 12. Heshmat, R 2009 Comparison of knowledge, attitude and practice of urban and rural household towards iron deficiency anemia in Iran. Iranian Public Health 38(4): 83-90. 13. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 14. Maramis, dkk 2013. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ispa dengan kemempuan ibu merawat balita ispa pada balita di puskesmas bahu kota manado. Jurnal Keperawatan 1(1): 1-8. 15. Murhayati, A. 2010. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan praktik cara perawatan balita yang menderita ISPA non pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Mojobolan, Sukoharjo. Jurnal Kesma 1(1): 34-39. 169